"Kepatuhan Kita Kepada Pemimpin
Sedang Diuji"
💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐
Oleh: Ust Abu Ubaidah As Sidawi
*Saat-saat sekarang ini, ketaatan kita kpd pemerintah betul2 diuji. Selama ini kita sudah belajar bahwa aqidah dan prinsip Ahli Sunnah wal Jamaah adalah mentaati mereka selama bukan dalam hal maksiat, baik mereka pemimpin yang baik maupun dzalim.*
Kesimpangsiuran pemerintah dalam mengambil dan menerapkan kebijakan serta berjubel2 nya masyarakat ke mall, pasar, mall dan bandara, *bukanlah alasan bagi kita untuk melanggar prinsip aqidah tersebut,* karena setiap kita akan mempertanggungjawabkan amal kita masing2. Kita sebagai Ahli Sunnah wal Jama'ah hendaknya melaksanakan kewajiban kita dengan menyakini sebagai ibadah, terlepas apakah pemerintah melaksanakan tugasnya atau tidak. Nabi pernah bersabda:
إنما عليكم ما حملتم وعليهم ما حملوا
"Sesungguhnya kewajiban kalian melaksanakan tugas kalian dan kewajiban mereka adalah melaksanakan tugas mereka". (HR. Muslim: 1846)
Saatnya kita Ahli Sunnah mempraktekkan aqidah ini di saat banyak orang melalaikannya sebagai ciri khas yang membedakan mereka dari yang lainnya.
Buatlah himbauan dan status yang menyejukkan dan menyatukan, bukan status yang memanas-manasi dan memprovokasi.
Kita teladan, kita panutan masyarakat, umat sekarang butuh motivasi yang menyejukkan dan menyatukan.
Jangan sampai slogan dakwah sunnah yang selama ini kita gembar gemborkan di mana-mana tentang aqidah Ahli sunnah terhadap pemimpin hanya menjadi slogan yang hanya di lisan semata tapi tidak ada dalam praktek nyata.
Syeikhuna Prof. Dr. Khalid bin Ali Al-Musyaqih (salah satu murid senior Syeikh Utsaimin) menasehatkan kepada kita bagaimana sikap yang benar di tengah bencana wabah covid -19 yang melanda, beliau menjelaskan:
"Hendaknya seorang mengikuti arahan-arahan dari badan resmi Pemerintah, karena arahan-arahan ini berkaitan dengan kebutuhan mayoritas orang. Dan hal-hal yang berkaitan dengan mayoritas orang maka dikembalikan kepada waliyyul amri.
وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ ۖ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَىٰ أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ ۗ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا
"Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu)". (QS. An-Nisa': 83)
Maka dalam hal-hal yang berkaitan dengan keamanan manusia dan problematika umum seperti ini, seharusnya kita menjadi satu barisan dan bergandengan tangan di bawah komando pemerintah dan arahan para ahli, jangan memecah belah barisan.
Barangsiapa yang memiliki pendapat pribadi maka hendaknya dia menyimpannya untuk dirinya sendiri. Rujukan kita adalah para ulama dan ulil amri. Allah berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya".
(An Nisa': 59)
(Lihat "Al Ahkam Al Fiqhiyyah Al Muta'alliqoh Bi Wabai Corona" hlm. 4).