Ulama Ijma Melarang Memberontak Kepada Ulil Amri Walaupun Zalim
Dalil-dalil Al Qur’an dan as-Sunnah sangat banyak dan jelas, para ulama Ahlussunnah pun telah ijma (sepakat) melarang memberontak kepada ulil amri, walaupun ia zalim. Benar, larangan untuk memberontak kepada ulil amri adalah kesepakatan ulama, bukan masalah khilafiyah. Berikut ini nukilan ijma dari banyak sekali ulama tentang hal ini.
Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah mengatakan:
من خَرجَ على إمامٍ من أئِمَّةِ المُسلِمينَ، وقد كانوا اجتَمَعوا عليه، وأقَرُّوا لَهُ بالخِلافةِ بأيِّ وجهٍ كان، بالرِّضا أو بالغَلَبةِ، فقد شَقَّ هذا الخارِجُ عَصا المُسلِمين، وخالَفَ الآثارَ عن رَسولِ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم، فإنْ ماتَ الخارِجُ عليه مات مِيتةً جاهِليَّةً، ولا يَحِلُّ قِتالُ السُّلطانِ، ولا الخُروجُ عليه لأحَدٍ من النَّاسِ، فمن فعلَ ذلك فهو مُبتَدِعٌ على غَيرِ السُّنَّة والطَّريقِ
“Barang siapa yang memberontak kepada pemimpin kaum Muslimin, yang sebelumnya telah disepakati oleh mereka dan telah diakui kekhalifahannya dengan cara apa pun, baik melalui keridhaan ataupun dengan cara mengalahkan, maka orang yang memberontak ini telah memecah belah persatuan kaum Muslimin, dan telah menyelisihi atsar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika ia mati dalam keadaan demikian, maka ia mati dalam keadaan mati Jahiliyah. Tidak diperbolehkan memerangi penguasa dan tidak boleh keluar dari kekuasaannya bagi siapa pun. Barang siapa yang melakukan hal tersebut, maka ia adalah seorang ahlul bid’ah yang tidak mengikuti sunnah dan tidak mengikuti jalan yang benar” (Ushulus Sunnah, no.45).
Abu Bakar Al Isma’ili rahimahullah menjelaskan:
ويَرَونَ جِهادَ الكُفَّارِ مَعَهم، وإنْ كانوا جَوَرةً، ويَرَونَ الدُّعاءَ لَهم بالصَّلاحِ والعَطْفِ إلى العَدْلِ، ولا يَرَونَ الخُروجَ بالسَّيفِ عليهم
“Ahlussunnah memandang bahwa jihad melawan orang-orang kafir harus bersama penguasa Muslim, meskipun penguasa tersebut zalim. Ahlussunnah juga memandang bahwa dianjurkan untuk mendoakan kebaikan bagi penguasa tersebut, dan agar mereka diberi kelembutan hati untuk berlaku adil. Dan Ahlussunnah tidak membolehkan pemberontakan dengan pedang melawan penguasa tersebut” (I’tiqad Aimmatil Hadits, hal.75).
Ibnu Abdil Barr rahimahullah mengatakan:
أمَّا أهلُ الحَقِّ، وهم أهلُ السُّنَّة، فقالوا: هذا هو الاختيارُ؛ أن يَكونَ الإمامُ فاضِلًا عَدلًا مُحسِنًا، فإنْ لم يَكُنْ، فالصَّبرُ على طاعةِ الجائِرينَ من الأئِمةِ أَولَى من الخُروجِ عليه؛ لأنَّ في مُنازَعَتِه والخُروجِ عليه استِبدالَ الأمنِ بالخَوفِ، ولِأنَّ ذلك يَحمِلُ على هِراقِ الدِّماءِ، وشَنِّ الغاراتِ، والفَسادِ في الأرضِ، وذلك أعظَمُ من الصَّبرِ على جَورِه وفِسقِه
“Adapun orang-orang yang berada di atas kebenaran, yaitu Ahlussunnah, mereka berkata: Hendaknya memilih pemimpin itu dari orang yang mulia, adil, dan berbuat kebaikan. Namun, jika pemimpin kaum Muslimin ternyata tidak demikian, maka tetap bersabar dalam menaati pemimpin yang zalim lebih utama daripada memberontak kepadanya. Karena jika mencabut ketaatan darinya dan memberontak terhadapnya akan mengganti keamanan dengan ketakutan. Selain itu, hal tersebut akan mengakibatkan pertumpahan darah, penyerangan, dan kerusakan di bumi, yang mana itu lebih besar keburukannya dibandingkan bersabar atas kezaliman dan kefasikannya” (At Tamhid, 23/279).
Imam An Nawawi rahimahullah mengatakan:
أجمع العلماء على وجوب طاعة الأمراء في غير معصية
“Para ulama ijma akan wajibnya taat kepada ulil amri selama bukan dalam perkara maksiat” (Syarah Shahih Muslim, 12/222).
An Nawawi juga mengatakan:
وأما الخروج عليهم وقتالهم فحرام بإجماع المسلمين وإن كانوا فسقة ظالمين وقد تظاهرت الأحاديث بمعنى ما ذكرته وأجمع أهل السنة على أنه لا ينعزل السلطان بالفسق
“Adapun memberontak kepada ulil amri dan memerangi ulil amri, hukumnya haram berdasarkan ijma ulama. Walaupun ulil amri tersebut fasiq dan zalim. Hadits-hadits yang telah saya sebutkan sangat jelas dan ahlussunnah sudah sepakat tentang tidak bolehnya memberontak kepada penguasa yang fasiq” (Syarah Shahih Muslim, 12/228).
Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah mengatakan:
قال بن بطال في الحديث حجة في ترك الخروج على السلطان ولو جار وقد أجمع الفقهاء على وجوب طاعة السلطان المتغلب والجهاد معه وأن طاعته خير من الخروج عليه لما في ذلك من حقن الدماء وتسكين الدهماء
“Ibnu Bathal mengatakan bahwa dalam hadits ini terdapat hujjah terhadap haramnya memberontak kepada penguasa (Muslim) walaupun ia zalim. Dan ulama telah ijma akan wajibnya taat kepada penguasa yang berhasil menguasai pemerintahan. Serta wajibnya berjihad bersama dia. Dan taat kepadanya lebih baik daripada memberontak. Karena taat kepadanya akan menjaga darah dan menstabilkan keamanan masyarakat” (Fathul Bari, 7/13).
Selengkapnya:
https://fawaidkangaswad.id/2024/10/06/ulama-ijma-melarang-memberontak-kepada-ulil-amri-walaupun-zalim/
@fawaid_kangaswad