Sabtu, 26 Oktober 2024

Senantiasa menghadirkan niat baik

✍🏻 _*Senantiasa menghadirkan niat baik*_

_*Pertanyaan*_
_Ustad niat tempatnya di dalam hati tidak dilafadzkan, bagaimana cara kita untuk menghadirkan niat baik di dalam hati ?_

_*Jawab*_

Alhamdulilah..

Memang betul bahwa setiap amalan sudah terdapat niat dan niat tempatnya di dalam hati tidak diucapkan lewat lisan.

Mengucapkan niat lewat lisan termasuk perbuatan bid'ah yang terlarang, hal ini sebagaimana hadits nabi sallallahu alaihi wa salam:

إنما الأعمال بالنيات و إنما لكل امرؤ ما نوى 

_"Setiap amalan tergantung dengan niat dan setiap orang mendapatkan (pahala/dosa) dari apa yang ia niatkan"_
(HR. Bukhari & Muslim)

Namun yang perlu diketahui bahwa niat yang dibahas oleh para ulama ada dua:

- niat yang berkaitan dengan keabsahan amalan
- niat yang berkaitan dengan kualitas amalan

Niat yang pertama banyak dibahas oleh fuqoha (ahli fiqih) sedangkan yang kedua paling banyak disinggung dalam bab suluk dan tazkiyatun nufus

Niat yang pertama memiliki dua fungsi: 

تمييز العادة عن العبادة
تمييز العبادة بعضها عن بعض

1/ membedakan kebiasaan dengan ibadah 
2/ membedakan satu ibadah dengan ibadah yang lain 

Sebagai contoh:

- yang membedakan mandi junub dengan mandi biasa selain membasahi air ke seluruh tubuh adalah niat, dengan itu apabila seseorang junub kemudian dia mandi dan tidak ada niat membersihkan diri dari hadats (junub) maka sholatnya tidak sah hingga ia meniatkan akan hal tersebut 

- contoh kedua: diantara yang membedakan sholat Sunnah fajar dan sholat subuh adalah niat dan seterusnya 

Permasalahan di atas banyak dibahas oleh fuqoha dalam kitab² fiqih

Adapun yang kedua tentang niat ikhlas dalam beramal maka banyak dibahas oleh ulama dalam kitab adab dan suluk 

Menghadirkan niat ikhlas, jujur dan taqarrub kepada Allah Taala dalam ibadah dan aktifitas merupakan perkara yang agung dan kebiasaan orang-orang Sholeh dahulu 

Bahkan kualitas amalan dan besar pahala dalam ibadah tergantung dari keikhlasan di dalam hati dan ittiba' 

Para ulama ketika menjelaskan kebaikan yang berlipat ganda dalam hadits:
_"..Jika ia berniat berbuat kebaikan kemudian mengerjakannya, maka Allâh menulisnya di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat sampai kelipatan yang banyak.._
(HR. Bukhari & Muslim)
Bahwa kelipatan pahala bagi seseorang tergantung dari kadar keikhlasan dan ittiba' nya
(Penjelasan syekh Soleh alu Syaikh dalam rosail)

Maka bisa jadi dua orang yang sholat dalam shof yang sama dengan gerakan yang sama namun yang satu mendapatkan pahala sebesar gunung sedangkan yang lain sebesar biji disebabkan dari niat mereka

Yang satu sholat hanya sebatas menjalankan kewajiban sedangkan yang lain sholat ikhlas, menjalankan perintah Allah dalam Al-Qur'an dan meneladani Rasulullah dalam gerakan sholat dll

Maka dengan niat tersebut berbeda pahala mereka walaupun sholat pada waktu, shaff dan imam yang sama 

Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Ibnul Mubarak: 

رب عمل صغير تعظمه النية و رب عمل كبير تصغره النية 

_"Berapa banyak amalan yang kecil dibesarkan oleh niatnya dan berapa banyak amalan yang besar dikecilkan oleh niatnya"_

Nah.. niat seperti ini harus dihadirkan di dalam hati lantaran manusia banyak lalai dan lupa serta tidak ada pos dan tempatnya di dalam hati manusia, sebagaimana perkataan salaf:

قيل لسهيل: أي شيء أشد على النفس؟ قال: الإخلاص إذ ليس لها فيه نصيب

Ditanyakan kepada Suhail: _Perkara apa yang paling sulit pada hati?_ maka ia menjawab: _*keikhlasan karena tidak ada bagiannya di dalam hati*_

Kalau seseorang senantiasa memperhatikan kebaikan amal dan berharap perjumpaan dengan Allah Taala maka perkara yang paling sulit adalah ikhlas dalam semua keadaan dan aktifitas, ia benar-benar merasakan perkataan Sufyan rahimahullah:

ما عالجت شيئا أشد على من نيتتي لأنها تتقلب علي

_"Tidak ada yang paling berat aku perbaiki dari pada niatku karena sering berubah-ubah"_

Ingat manusia senantiasa di atas kebaikan apabila selalu memiliki niat yang baik dan jujur kepada Allah Taala baik pada ketaatan atau perkara mubah sekalipun, imam Ahmad rahimahullah pernah menasehati kepada anaknya:

يا بني انو خيرا فإنك على الخير ما نويت بخير

_"Wahai anakku selalu niatkan kebaikan! Karena sesungguhnya engkau di atas kebaikan selama memiliki niat yang baik"_

Semoga Allah memberikan kepada kita semua keikhlasan dalam perkataan dan perbuatan

Semoga bermanfaat 
Akhukum Abu Badar Bajre 

✍🏻 Tanya-jawab kajian malam ahad

Joint: https://t.me/catatanabubadarbajre