Sabtu, 12 Oktober 2024

ALIRAN SESAT: KARROMIYYAH

ALIRAN SESAT: KARROMIYYAH

Karromiyyah memiliki pandangan bahwa iman hanya berupa ucapan lisan saja, dan tidak harus diikuti oleh keyakinan dalam hati. Mereka berpendapat bahwa selama seseorang mengucapkan kalimat syahadat, ia dianggap beriman, meskipun dalam hati mungkin tidak meyakini kebenaran syahadat tersebut. Pandangan ini juga berbeda dari pandangan mayoritas ulama, yang menyatakan bahwa iman terdiri dari keyakinan dalam hati, pengucapan dengan lisan, dan pengamalan dengan perbuatan.

-

Muhammad bin Karrom as-Sijistani adalah pendiri aliran Karromiyyah, yang muncul pada abad ke-9 Masehi di wilayah Khurasan, khususnya di daerah Sijistan (sekarang bagian dari Afghanistan dan Iran). Berikut beberapa informasi utama tentang sosok dan pemikiran Muhammad bin Karrom:

1. Latar Belakang dan Kehidupan Awal

Muhammad bin Karrom berasal dari Sijistan, yang menjadi salah satu pusat keilmuan Islam pada masanya. Ia dikenal memiliki pemikiran yang berbeda dari mayoritas ulama pada zamannya dan kemudian merumuskan ajaran-ajaran yang menjadi dasar bagi aliran Karromiyyah.

2. Ajaran dan Pandangan

Pandangan-pandangan yang diajarkan oleh Muhammad bin Karrom banyak menyimpang dari aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah. Beberapa pandangannya yang terkenal meliputi:

 • Antropomorfisme (Tajsim): Ia memiliki pandangan bahwa Allah memiliki sifat-sifat fisik seperti manusia, yang dapat diasosiasikan dengan tubuh atau bentuk tertentu. Ajaran ini dianggap menyimpang karena bertentangan dengan konsep tauhid dalam Islam, yang menegaskan bahwa Allah tidak menyerupai makhluk-Nya.
 • Pemahaman tentang Iman: Muhammad bin Karrom mendefinisikan iman hanya sebatas pengucapan lisan tanpa perlu diyakini dalam hati atau diikuti oleh perbuatan. Ini berarti, menurut pandangannya, seseorang dianggap beriman hanya dengan mengucapkan syahadat, meskipun tidak ada keyakinan atau amal yang mendukungnya. Hal ini berbeda dengan pandangan Ahlus Sunnah, yang memandang iman terdiri dari keyakinan hati, pengucapan lisan, dan pengamalan perbuatan.
 • Pandangan tentang Dosa: Dalam ajaran Karromiyyah, terdapat anggapan bahwa seseorang yang melakukan dosa besar tidak serta merta kehilangan status keimanannya. Mereka cenderung meremehkan dampak dosa terhadap iman, yang membuat ajarannya berbeda dari kebanyakan ulama yang menekankan pentingnya tobat dan penyesalan.

3. Pengaruh dan Penyebaran

Ajaran Muhammad bin Karrom sempat menyebar di wilayah Khurasan dan sekitarnya, terutama karena dukungan beberapa pengikutnya. Meski demikian, aliran ini tidak pernah menjadi arus utama dalam Islam dan pada akhirnya mengalami penurunan setelah wafatnya Muhammad bin Karrom. Banyak ulama yang menentang dan mengecam ajaran Karromiyyah karena dianggap menyimpang dari prinsip-prinsip Islam yang benar.

4. Pandangan Ulama Terhadap Muhammad bin Karrom

Ulama-ulama terkenal seperti Imam Ahmad bin Hanbal, Al-Bukhari, dan Ibnu Taimiyyah, menganggap ajaran Karromiyyah sebagai penyimpangan yang serius. Mereka menegaskan bahwa ajaran yang mengandung unsur tajsim (penyerupaan Allah dengan makhluk) dan pemahaman yang salah tentang iman sangat bertentangan dengan Islam yang murni. Para ulama juga berusaha membantah pandangan-pandangan yang diajarkan Muhammad bin Karrom dan mengarahkan umat untuk kembali pada ajaran Islam yang lurus.

Dengan pandangan-pandangannya yang kontroversial, Muhammad bin Karrom dan aliran Karromiyyah dikenang dalam sejarah sebagai contoh dari kelompok yang menyimpang dalam akidah. Ajarannya tidak banyak bertahan lama dan tidak memiliki pengaruh signifikan dalam sejarah teologi Islam, selain sebagai salah satu kelompok yang menjadi pembahasan dalam kajian aliran-aliran sesat dalam Islam.

-

✍🏼 Catatan ini dikembangkan oleh Muhammad Abduh Tuasikal dari kajian Ustadz Badrusalam di Masjid Al-Barkah Cileungsi, 13 Oktober 2024