Sabtu, 05 Oktober 2024

Imam Hasan Al Bashri Membungkam Para Khawarij*(Bantahan Terhadap Klaim Bahwa Beliau Membolehkan Kudeta)

*Imam Hasan Al Bashri Membungkam Para Khawarij*
(Bantahan Terhadap Klaim Bahwa Beliau Membolehkan Kudeta)

Yusuf Abu Ubaidah As Sidawi

Ada sebagian kalangan yang teracuni paham Khawarij mengklaim bahwa Imam Al Hasan Al Bashri, seorang tabi'in mulia dan tokoh Ahli Sunnah, bahwa beliau termasuk yang menganjurkan pemberontakan dan kudeta menggulingkan Al Hajjaj bin Yusuf, seorang gubernur yang dzalim saat itu.

Maka demi menyingkap syubhat berbahaya ini dan membela kehormatan ulama maka kami goreskan tulisan singkat ini.

Pertama: Imam Al Hasan Al Bashri adalah seorang tokoh ulama Ahli Sunnah yang sangat terkenal di zamannya hingga sekarang ini, bahkan menakjubkan pernah dikatakan oleh Habib Al Abid berkata:"Aku masuk ke kota Bashrah, ternyata pasar-pasar di sana di tutup. Aku bertanya kepada penduduk sana: Apakah hari ini ada perayaan yang tidak saya ketahui? Mereka menjawab: Tidak, tapi sekarang ada Hasan Al Bashri yang sedang mengisi kajian". (Al Mawaidz wal Majalis hlm. 181)

Dan beliau dikenal sangat keras mengingkari paham kaum Khawarij  sampai-sampai dikatakan oleh Qatadah: "Demi Allah, tidak ada yang membenci Hasan Al Bashri kecuali seorang Haruri (khawarij)". (Diriwayatkan Ibnu Sa'ad 7/174 dengan sanad hasan)
Bahkan diceritakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Majmu' Fatawa 11/280 bahwa Hasan Al Bashri pernah mendoakan sebagian Khawarij yang menyakitinya (karena beliau tidak mengikuti ajakannya untuk kudeta), sehingga orang tersebut tersungkur mati.

Kedua: Ahli Sunnah wal Jama'ah dalam beragama, pedoman mereka adalah Al Quran dan hadits-hadits yang shahih. Mereka tidak beragama dengan ucapan manusia yang bisa benar dan bisa salah. 
Oleh karenanya, ucapan dan pendapat siapapun tidak boleh untuk dijadikan hujjah untuk melawan Al Quran dan hadits yang shahih. 
Hal ini berbeda dengan ahli bid'ah yang meninggalkan dalil Al Quran dan sunnah yang jelas, dan berpedoman dengan ucapan manusia dan sejarah yang tidak jelas. Ibnul Qayyim berkata dalam Tahdzib Sunan 2/300: "Tidak boleh menentang hadits-hadits shahih yang jelas dan shahih dengan riwayat-riwayat sejarah yang terputus dan keliru".
Ahlu Sunnah wal Jama'ah mereka meninggalkan ucapan manusia demi dalil, sedangkan ahli bid'ah meninggalkan dalil demi ucapan manusia.

Ketiga: Syeikh Abdul Malik Ramadhani berkata: "Tidak ada riwayat yang shahih dari Hasan Al Bashri yang mendukung kudeta dan pemberontakan. Itu hanyalah bualan kalangan orang yang berpaham Khawarij tatkala tidak menemukan dalil Al Quran dan Sunnah akhirnya mencari-cari alasan ucapan orang yang bisa mendukung kegelapan bid'ah mereka, walau terkadang dengan nama salaf dan kembali kepada ucapan mereka". (Thali'ah Al Hiwar Ad Darij Baina Sunnah wal Khawarij hlm. 444)

Keempat: Telah shahih riwayat-riwayat dari Hasan Al Bashri yang sangat bertentangan dengan paham Khawarij yang membolehkan pemberontakan. Berikut diantaranya:

1. Imam Al Bukhari dalam Tarikh Kabir 7/399 dan Al Ausath 1/236 dengan sanad hasan dari Malik bin Dinar, dia berkata: "Aku pernah bertemu dengan Ma'bad Al Juhani di Mekkah setelah peristiwa pemberontakan Ibnul Asy'ats dan beliau dalam keadaan terluka setelah ikut mengkudeta Al Hajjaj, lalu dia mengatakan: Aku bertemu para ahli ilmu, aku tidak pernah melihat semisal Hasan. Duh, seandainya kami mengikuti arahan beliau! Dia seakan menyesal karena ikut mengkudeta Al Hajjaj".
Ini menunjukkan bahwa Hasan Al Bashri termasuk yang melarang pemberontakan.

2. Ibnu Sa'ad 7/164 dan Ibnu Abi Hatim dalam Tafsirnya 8897 serta Al Ajurri dalam Asy Syariah 62 meriwayatkan dari Umar bin Yazid berkata: "Saya mendengar Hasan saat kudeta Yazid bin Muhallab beliau didatangi oleh rombongan, maka beliau memerintahkan mereka untuk berdiam di rumah mereka, dan menutup rapat pintunya, seraya mengatakan: Demi Allah, seandainya saja manusia tatkala diuji dengan kedzaliman pemimpin mereka sabar maka segera Allah akan angkat bencana tersebut dari mereka. Namun sayangnya mereka beranjak kepada pedang sehingga memperparah keadaan".

3. Ibnu Sa'ad 7/172 meriwayatkan dari Abu Malik berkata: Adalah Hasan apabila dikatakan kepadanya: Kenapa engkau tidak keluar untuk kudeta demi merubah keadaan? Beliau menjawab: Allah merubah keadaan dengan taubat, tidak merubah keadaan dengan pedang".

4. Diriwayatkan Ibnu Saad dalam Ath-Thabaqat 7/163-164 dan Ad-Dulabi dalam Al-Kuna 2/121 dengan sanad yang shahih dari Sulaiman bin Ali Ar-Rabii, katanya: Tatkala terjadi fitnah Ibnu Asyats melawan Hajjaj bin Yusuf, maka beberapa rombongan pemuda seperti Uqbah bin Abdul Ghafir, Abul Jauza dan Abdullah bin Ghalib datang kepada imam Hasan Al-Bashri seraya berkata: Hai Abu Said, bagaimana pendapatmu kalau kita melawan thaghut yang mengalirkan darah, merampas harta, meninggalkan shalat dan dan (mereka menceritakan kejelekan-kejelekan Hajjaj). Hasan Al-Bashri berkata: Menurut saya, kalian jangan melawannya, sebab bila semua itu adalah kemurkaan Allah, maka kalian tidak bisa meredahkan kemurkaan-Nya dengan pedang-pedang kalian. Namun, bila semua itu adalah cobaan, maka bersabarlah hingga Allah kelak yang menghakimi dan Dia adalah sebaik-baik hakim. Setelah mendengar fatwa imam Hasan Al-Bashri (dan tak bisa membantah di hadapannya), mereka menggunjing Hasan Al-Bashri dari belakang seraya mengatakan -dengan nada mengejek-: Apakah kita akan mengikuti fatwa orang keturunan budak ini?! Kata rawi: Merekapun akhirnya nekat bergabung melawan bersama Ibnu Asyats dan dibunuh semuanya!!!.

Dalam riwayat lain ada tambahan menarik dari Murrah bin Dabbab: Aku bertemu Uqbah bin Abdul Ghafir (salah satu tokoh yang kudeta) sedangkan dia tersungkur dan terluka di parit, dia memanggilku: Wahai Abu Muadzal, aku menoleh padanya, lalu dia berkata: Kita rugi dunia akhirat dalam kudeta bersama Ibnul Asy'ats ini".

5. Al Baladzari meriwayatkan dalam Jumal Min Ansabil Asyraf 7/394 dan Ibnu Abi Dunya dalam Al 'Uqubat 52 dengan sanad yang shahih bahwa Hasan Al Bashri berkata: "Sesungguhnya Hajjaj adalah kemurkaan dari kemurkaan Alloh. Dan kemurkaan Alloh jangan ditangkis dengan pedang, akan tetapi tangkislah dengan taubat, merendah, bermunajat, istighfar dan doa". 
Dan diriwayatkan oleh Ibnu Sa'ad dalam Ath Thabaqat 7/164 dan Ibnu Abi Dunya dalam Al 'Uqubat 52 dengan sanad shahih bahwa Hasan Al Bashri berkata: " Wahai sekalian manusia, Demi Allah, tidaklah Allah menjadikan Hajjaj penguasa kalian kecuali karena hukuman, maka janganlah kalian melawan Allah dengan pedang, tetapi hendaknya kalian tenang  dan bermunajat kepada Allah".

6. Iimam Hasan Al-Bashri tatkala melihat seorang khawarij yang keluar untuk mengingkari kemungkaran, beliau berkata:

الْمِسْكِيْنُ رَأَى مُنْكَرًا فَأَنْكَرَهُ فَوَقَعَ فِيْمَا هُوَ أَنْكَرُ مِنْهُ

Si miskin itu melhat kemungkaran dan ingin mengingkarinya tapi malah jatuh pada kemungkaran yang lebih besar. ( As-Syari’ah 1/145 oleh imam Al-Ajurri).

Kelima: Kalaupun ada riwayat yang shahih bahwa beliau ikut kudeta, maka itu karena terpaksa karena paksaan orang-orang Khawarij kepada beliau untuk menipu manusia agar meniru beliau sebab beliau adalah tokoh teladan umat. Ibnu Sa'ad meriwayatkan 7/163 dengan sanad shahih dari Ibnu Aun, katanya: "Manusia lamban pada masa Ibnul Asy'ats. Akhirnya mereka berkata: Keluarkan Syeikh ini yakni Hasan, maka dia mengutus orang memaksanya. Ibnu Aun berkata: Aku melihat Hasan berada antara dua jembatan mengenakan sorban hitam, lalu dia pun melarikan diri di sungai dan selamat dari mereka, dia hampir saja mati saat itu".
Ini menunjukkan bahwa Hasan tidak sampai menumpahkan darah, beliau ikut hanya karena terpaksa saja, dan hukum orang yang terpaksa tidak ada dosa baginya, sebagaimana diketahui bersama.

Keenam: Sebagian ulama salaf dahulu merasa heran dengan adanya kalangan yang kudeta bersama Ibnul Muhallab yang memberontak Yazid padahal ada Hasan Al Bashri di tengah-tengah mereka, tidak meminta fatwa kepadanya dan tidak meniru sikapnya yang tidak kudeta. Diriwayatkan oleh Waki' dalam Akhbar Al Qudhat 2/12 bahwa Maslamah bin Abdul Malik berkata: Bagaimana suatu kaum tersesat padahal Hasan Al Bashri di tengah mereka? Mengapa malah mengikutu Ibnul Muhallab yang melakukan kudeta".

Kesimpulannya, kami sampaikan atsar-atsar ini untuk membantah klaim bahwa Imam Hasan Al Bashri   membolehkan kudeta kepada pemimpin. Sekalipun sebenarnya cukup bagi kita dalil-dalil Al Quran dan As Sunnah. Namun semoga dengan penjelasan ini semakin meyakinkan kita tentang kedustaan klaim mereka tersebut.

* Tulisan ini banyak mengambil faidah dari kitab Thali'ah Al Hiwar Ad Darij Baina Sunni wal Khawarij hlm. 444-449 karya Syeikh Abdul Malik Ramadhani Al Jazairi.