Minggu, 16 Maret 2025

Mengikuti madzhab Syafi'i dalam Fiqih tapi enggan dalam Aqidah

Mengikuti madzhab Syafi'i dalam Fiqih tapi enggan dalam Aqidah

Tidak sedikit di kalangan belakangan yang bermadzhab fiqih dalam madzhab Syafi'i, tapi dalam perkara aqidah tidak berpegang kepada aqidah imam Syafi'i. 

Hal itu tiada lain karena kalangan belakangan itu terpengaruh dengan "metode kalam" dalam memahami aqidah, padahal imam Syafi'i sendiri mengecam metode kalam tersebut. 

Para ulama yang bermadzhab Syafi'i yang berpegang teguh kepada aqidah imam Syafi'i, yakni aqidah Salaf, alias aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'h, telah memperingatkan akan hal ini. Di antaranya Abul Muzhaffar As-Sam'ani (w. 489 H) rahimahullah :

فَهَذَا كَلَام الشَّافِعِي فِي ذمّ الْكَلَام والحث على السّنة وَهُوَ الإِمَام الَّذِي لَا يجارى والفحل الَّذِي لَا يُقَاوم فَلَو جَازَ الرُّجُوع إِلَيْهِ وَطلب الدّين من طَرِيقه لَكَانَ بالترغيب فِيهِ أولى من الزّجر عَنهُ وبالندب إِلَيْهِ أولى من النَّهْي عَنهُ فَلَا يَنْبَغِي لأحد أَن ينصر مذْهبه فِي الْفُرُوع ثمَّ يرغب عَن طَرِيقَته فِي الْأُصُول

"Inilah perkataan Asy-Syafi'i dalam mencela kalam dan mendorong untuk berpegang di atas sunnah. Dia adalah imam yang tidak ada bandingannya, tokoh hebat yang tidak terkalahkan. Kalaulah boleh merujuk kepada ilmu kalam itu dan menuntut ilmu agama dengan metodenya, niscaya mendorong kepadanya lebih utama daripada mengecamnya, dan menganjurkannya lebih utama daripada melarangnya. Maka tidak selayaknya seseorang membela madzhabnya dalam furu', lalu enggan mengikuti metodenya dalam ushul (aqidah)!". (Al-Intishar li Ashabil Hadits, hal. 8-9).

Tidak sulit untuk mengetahui bagaimana pendirian aqidah imam Syafi'i, kita bisa menemukan dengan mudah dalam beberapa risalah aqidah yang telah beliau tulis. 

Secara jelas beliau menetapkan sifat-sifat Allah tanpa terkecuali, baik sifat-sifat dzatiyyah khobariyyah seperti dua tangan, wajah, kaki, sifat-sifat perbuatan seperti tertawa, turun di setiap malam, dll. Yang ditetapkan sebagaimana adanya di dalam nash, tanpa dialih-alihkan kepada makna lain (ta'wil). Yang tentu saja hal tersebut ditolak oleh kalangan yang menggunakan metode kalam karena dianggap melazimkan tajsim. Sementara imam Syafi'i tidak menggunakan metode kalam tersebut, bahkan mengecamnya. 

Wallahul Muwaffiq. 

(Muhammad Atim). 

t.me/butirpencerahan

Ustadz muhammad atim