Hilal Syawal di Saudi
Sabtu besok adalah 29 Ramadhan. Menurut perkiraan astronom Saudi, Badr Al Umairah, hilal tidak mungkin terlihat saat maghrib tiba, karena bertepatan ada gerhana matahari.
Karena itu, menurut ahli falak ini, puasa akan digenapkan menjadi 30 hari dan lebaranya hari Senin.
Penentuan awal dan akhir puasa di Saudi ini masih memegang erat metode ru'yah.
Ahli astronomi boleh saja berpendapat hilal tidak mungkin terlihat, tapi jika nanti tim pemantau ada yang melihat dan disumpah, maka mahkamah akan mengakui hasil ru'yah tersebut.
2 daerah di Saudi yang selalu dapat melihat hilal, di saat tempat pemantauan lain tak bisa melakukannya, yaitu di Sudair dan Tumair.
Kalau di Sudair atau Tumair ada yang mengaku melihat hilal pada Sabtu sore besok, insya Allah lebarannya Ahad. Tapi jika tidak ada yang melihat, maka hari raya Senin.
Langkah pemerintah Saudi terhadap penentuan awal dan akhir puasa ini kerap mendapatkan nyinyiran dari sebagian kita.
Di negeri kita, kalau astronom bilang hilal tak mungkin terlihat, maka harus diamalkan, meskipun ada orang yang melihatnya dan bahkan di sumpah oleh pengadilan.
Di Saudi tidak begitu. Pendapat astronom hanya sebagai prediksi. Kuncinya adalah ada pada tim pemantau hilal di lapangan.
Saudi masih memegang prinsip "Shumu liru'yatihi wa afthiru li ru'yatihi" puasa karena melihat hilal dan berhari raya karena melihat hilal.
Saudi tidak mengenal batas minimal 2,3,atau 4 derajat hilal yang bisa diterima.
Ustadz budi marta saudin