Presiden dan Waliyyul Amr
Muncul syubhat usang yang mengatakan bahwa presiden bukan waliyyul amr dan bahkan hal tersebut katanya merupakan pendapat sebagian masyayikh salafi kontemporer, saya sendiri tidak tahu siapa masyayikh yang dimaksud karena tidak disebutkan namanya.
Memang situasi seperti sekarang adalah kesempatan yang empuk untuk mulai menghembuskan pemikiran-pemikiran semacam itu.
Betul bahwa pemimpin yang ideal adalah yang mengurusi dunia sekaligus agama. Ibnu Taimiyyah mengatakan:
وقد كان النبي صلى الله عليه وسلم وخلفاؤه الراشدون يسوسون الناس في دينهم ودنياهم , ثم بعد ذلك تفرقت الأمور, فصار أمراء الحرب يسوسون الناس في أمر الدنيا والدين الظاهر, وشيوخ العلم والدين يسوسون الناس فيما يرجع إليهم فيه من العلم والدين، وهؤلاء أولوا أمر تجب طاعتهم فيما يأمرون به من طاعة الله
"Dulu Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- dan para khulafa rasyidun mengatur untuk manusia urusan agama dan dunia mereka. Kemudian setelah itu terjadi pemisahan kepemimpinan. Sehingga para panglima memimpin manusia dalam urusan dunia dan syiar agama yang bersifat lahiriyah, sedangkan para ulama memimpin menusia dalam urusan ilmu dan agama. Mereka semua adalah ulil amri yang wajib untuk ditaati perintahnya, berupa ketaatan kepada Allah." (Majmu Fatawa)
Jika kita lihat penjelasan beliau dan juga para ulama lain, perkara agama yang diatur oleh umara adalah perkara agama yang zhahir, seperti shalat, puasa, zakat, haji, jihad, dan peradilan.
Namun perlu diingat bahwa kesempurnaan pemerintah dalam menegakkan semua bab tersebut bukanlah syarat dia masih disebut waliyyul amr yang ditaati. Dalam hadits sangat jelas bahwa Nabi menyebutkan karakter2 pemimpin yang tidak menjalankan agama dengan benar, mementingkan diri sendiri, dll namun tetap diperintahkan untuk taat dalam perkara yang ma'ruf.
Jadi kalau hanya karena pemerintah tidak menjalankan sebagian kewajibannya lantas tidak disebut pemimpin yang ditaati dalam hadits, maka hadits-hadits tentang pemimpin menjadi tidak berlaku! Dan tujuan kepemimpinan dalam Islam berkaitan dengan keteraturan, keamanan, dlsb semakin tidak tercapai! Ini sangat berbahaya.
Cobalah itu orang-orang yang katanya cuma taqlid ke ulama, untuk bersikap konsisten tidak ujug2 berijtihad sendiri dalam perkara-perkara besar seperti ini.
Ustadz ristiyan ragil