Kamis, 20 Maret 2025

Lailatul Qadar

Lailatul Qadar

Ibn Taimiyah ditanya -semoga Allah meridhai dan menjadikanya ridha- tentang Lailatul Qadar, saat itu beliau berstatus sebagai tahanan di Penjara Qal'ah al-Jabal tahum 706 H.

Beliau menjawab:

Alhamdulillah. Lailatul Qadar berada di (antara) sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadan. Begitulah telah sah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda, "Ia di salah satu malam dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadan." Dan ia terdapat di malam ganjil darinya.

Namun, penghitungan ganjil bisa berdasarkan bilangan yang telah lalu, maka ia dicari di malam 21, 23, 25, 27, dan 29.

Sebagaimana bilangan ganjil juga dapat dihitung dari sisa bilangan hari bulan Ramadan sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, "(Carilah malam Lailatul Qadar) di 9 hari tersisa, di 7 hari tersisa, 5 hari, 3 hari, dan 1 hari tersisa dari bulan Ramadan."

Oleh karenanya, apabila jumlah hari dalam bulan Ramadan adalah 30 hari, maka (jika dihitung dari jumlah hari yang tersisa) ia akan terjadi di salah satu malam genap di mana malam ke 22 adalah 9 malam tersisa, malam ke 24 adalah 7 malam sisa, sebagaimana ditafsirkan oleh Abu Said al-Khudriy dalam sebuah hadis sahih. Begitu pula Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menerapkannya dalam satu bulan Ramadan.

Jika jumlah hari dalam bulan Ramadan 29 hari, maka penghitungan malam-malam ganjil dari depan maupun belakang tidak akan berbeda.

Oleh karenanya, jika hal ini telah dipahami, seyogianya seorang mukmin berusaha mencarinya di sepuluh malam terakhir seluruhnya, sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Carilah malam Lailatul Qadar di sepuluh malam terakhir." Dugaannya lebih besar di sisa 7 malam terakhir. Juga, lebih kuat lagi harapannya di malam ke 27, sebagaimana Ubay bin Ka'ab bersumpah bahwa Lailatul Qadar adalah di malam ke 27. Dikatakan kepadanya, "Dengan tanda apa engkau mengetahuinya?" "Dengan tanda yang dikabarkan kepada kami oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau menyampaikan kepada kami bahwasanya Matahari terbit pagi harinya bagaikan bejana tanpa memancarkan sinar (terlalu) terang," jawab beliau.

Tanda yang diriwayatkan oleh Ubay bin Ka'ab dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan tanda Lailatul Qadar termasyhur dalam hadis. Diriwayatkan juga terkait tanda-tandanya bahwasanya malam Lailatul Qadar adalah malam cerah bercahaya dan malam tenang di mana suhunya tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. 

Bisa jadi Allah menyingkapkan malam Lailatul Qadar bagi sebagian orang dalam mimpinya atau saat terjaga, sehingga ia dapat melihat cahayanya atau melihat orang yang mengabarkan kepadanya bahwa malam tertentu merupakan malam Lailatul Qadar. Bisa pula Allah membukakan untuk hatinya penyaksian yang dengannya perkara datangnya malam Lailatul Qadar menjadi jelas baginya. Wallahu Ta'ala A'lam.

Majmu' Fatawa, jilid 25, hlm. 284-286.
Ustadz thamir