"Duel Dajjal VS Pemuda Mukmin"
Abu Ubaidah As Sidawi
Dalam riwayat Imam Muslim (2938) dari hadits Abu Sai’id al-Khudri terdapat kisah menarik tentang pertarungan antara Dajjal dengan seorang mukmin, ringkasnya:
"Ada seorang pemuda beriman sebaik-baik manusia datang kepada Dajjal seraya berkata padanya: Wahai manusia, ini adalah Dajjal yang telah diceritakan Rasulullah dalam haditsnya!
Dajjal berkata: Apakah kamu beriman padaku? Jawab pemuda itu: “Kamu adalah pendusta”.
Pemuda itu kemudian digergaji sehingga terbelah menjadi dua, lalu Dajjal melewati dua potongan badannya kemudian menyuruhnya berdiri.
Pemuda itupun berdiri lagi seraya berkata: “Saya malah bertambah mantap tentang dirimu”.
Setelah itu, Dajjal ingin membunuhnya tetapi tidak bisa”.
Dalam kisah tersebut ada beberapa feadah yang dapat kita petik, diantaranya:
a. Pentingnya aqidah dan manhaj yang kokoh dalam hati. Perhatikanlah, bagaimana pemuda tersebut tetap kokoh seperti gunung sekalipun harus menanggung penganiayaan Dajjal yang begitu sadis! Oleh karena itu, janganlah sekali-kali engkau -wahai saudaraku- merasa jemu dan bosan dalam mempelajari dan memupuk aqidah dan manhaj dalam hati kita.
b. Boleh bahkan disyaria’atkan bagi seorang yang mapan dan kokoh imanannya untuk menghadapi Dajjal. Dari sinilah diambil kaidah manhajiyah, bahwa orang yang berhak untuk menghadang fitnah ahli bid’ah -yang menggeliat pada zaman sekarang- adalah ahli ilmu dan penuntut ilmu yang mapan, bukan orang-orang awam atau penuntut ilmu ingusan, sehingga dengan amat mudahnya mereka akan terbius oleh syubhat-syubhat ahli bid’ah. Demikianlah karakteristik golongan selamat, mereka senantiasa berjuang dengan gigih untuk melawan dan menumpas para dajjal junior dari kalangan penyesat manusia dan penjahat agama. Yakinlah bahwa kebatilan akan sirna dan kebenaran pasti jaya.
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ يُقَاتِلُوْنَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِيْنَ عَلَى مَنْ نَاوَأَهُمْ حَتَّى يُقَاتِلَ آخِرُهُمْ الْمَسِيْحَ الدَّجَّالَ
"Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang berjuag di atas kebenaran, mereka menang melawan orang yang menghadang mereka sehingga akhir dari mereka perang melawan Dajjal".
c. Ilmu yang bermanfaat dan terpuji dalam Islam adalah ilmu Al-Qur’an dan hadits yang shahih. Oleh karena itulah, hendaknya kita menyibukkan diri untuk mempelajari dan menggeluti keduanya. Sungguh merupakan kesalahan yang amat fatal sekarang ini, kalau kita menyibukkan para pemuda dengan apa yang kini biasa disebut dengan fiqhul waqi’ yaitu menggeluti koran, situs internet, satelit, tv, radio dan medsos.
Perhatikanlah -wahai saudaraku- perkataan seorang pemuda mukmin tersebut “Engkau adalah Dajjal yang telah diberitakan oleh Nabi dalam hadits-haditsnya”. Jadi, dengan apakah pemuda tersebut mengenal Dajjal?! Apakah karena dia mendengar berita dari radio BBC London atau CNN Amerika?!! Tidak, sama sekali tidak, tetapi dia mengetahuinya dari hadits Nabi. Subhanallah, Allohu akbar, demikianlah fiqih waqi’ yang sebenarnya!!.
d. Menetapkan karomah bagi orang-orang beriman dan ini akan terus berlanjut hingga akhir zaman sebagaimana dialami oleh pemuda beriman tersebut.
e. Bantahan kepada pemahaman tasawwuf, karena kedigdayaan dan keluarbiasaan yang muncul pada seorang tidak mesti menunjukkan keshalehan seorang, tetapi harus diukur dengan barometer syari’at. Tidakkah engkau lihat bahwa Dajjal juga memiliki keluarbiasaan, tetapi apakah hal itu menunjukkan dia shaleh dan baik?!! Jadi harus dibedakan antara karomah dan istidraj. Karomah adalah keluarbiasaan yang Allah anugerahkan kepada hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa, adapun kedigdayaan yang muncul dari orang yang menyimpang, penyihir dan para dajjal maka hal itu disebut istidraj dan tipuan Iblis. Alangkah indahnya ucapan seorang penyair:
إِذَا رَأَيْتَ شَخْصًا قَدْ يَطِيْرُ وَفَوْقَ مَاءِ الْبَحْرِ يَسِيْرُ
وَلَمْ يَقِفْ عَلَى حُدُوْدِ الشَّرْعِ فَإِنَّهُ مُسْتَدْرَجٌ بِدْعِيْ
Bila engkau lihat seorang dapat terbang
Dan berjaan di atas lautan
Padahal dia tidak mentaati undang-undang syari’at
Maka ketahuilah bahwa dia adalah ahli bid’ah yang dimanja.
Jadi, kisah tentang pemudah yg duel dengan Dajjal di akhir zaman memang shahih. Namun hal yg perlu kita ingatkan di sini bahwa termasuk kesalahan fatal adalah prilaku sebagian ustadz akhir zaman yg takalluf (merepotkan diri) dengan mereka-reka, bahkan berani menvonis bahwa pemuda tersebut sekarang sudah lahir sejak 2004, lahir di Suriah dan sekarang sudah menjadi remaja dan tinggal di Madinah!!!. Semua ini termasuk bentuk takalluf, bicara tanpa ilmu, sekedar prasangka, dan mengikuti hawa nafsu.
Syeikh Muhammad bin Ismail Al-Muqoddam berkata:
"Sikap kita dalam memahami hadits-hadits tentang tanda-tanda kiamat adalah mengimani berita-berita yang shahih dan tidak takalluf dalam mencarinya dan mencocokkanya dengan realita, agar kita tidak berbicara tanpa ilmu dan agar kita meneladani jalan salaf shalih yg mengimani hadits-hadits tersebut, menyampaikan kpd kita dengan jujur dan amanah, namun mereka tidak terjun dalam prasangka dg menentukannya dan menyusun urutan kejadiannya hanya sekedar dengan pendapat semata.
Dengan sikap seperti ini, kita akan selamat dari prilaku sebagian orang yg mengaitkan dan mencocokkan tentang tragedi2 akhir zaman dan tanda2 kiamat dengan realita zaman sekarang, sehingga menimbulkan fitnah dan kekacauan.
Intinya, kita mengimaninya tanpa sembarangan menafsirkan dengan pendapat kita, hanya agar sesuai dg realita zaman sekarang". (Al Mahdi Haqiqoh Laa Khurafah hlm. 181)
Sungguh mengherankan, seorang berbicara tentang fitnah Dajjal, namun dia tidak sadar jika dirinya adalah bagian dari Dajjal (pendusta) yg berbicara tentang akhir zaman tanpa ilmu, sehingga menipu dan menyesatkan banyak manusia yg tidak ngerti tentang ilmu agama.
Para ulama menyebutkan bahwa fitnah Dajjal ada dua macam:
1. Jenis orang yang disifatkan oleh Nabi dengan sifat-sifat yang tertera dalam banyak hadits.
2. Jenis fitnah Dajjal yang mencakup seluruh kebathilan yang dipoles dengan baju yang indah sehingga banyak manipu manusia.
(Lihat Bughyatul Murtab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah hal. 483 & Fitnah Dajjal hlm. 30 krya As Sa'di).
Ustadz abu Ubaidah as sidawi