Kamis, 28 November 2024

Tauhid dulu baru Umroh

Tauhid dulu baru Umroh
-------------------------------------

Yang paling penting dibimbingkan kepada Jama'ah umroh, yaitu Tauhid dan Ittiba' Sunnah.

Sehingga jangan sampai jama'ah mengangungkan ka'bah sebagaimana mengagungkan Allah ﷻ, padahal ka'bah itu hanyalah makhluk. Jangan sampai mengagungkan kuburan Nabi ﷺ seolah-olah sebagai sesembahan selain Allah ﷻ, memohon kepada Nabi ﷺ, dan perbuatan lainnya. 

Kita tidak boleh menyembahnya, menganggap ka'bah sebagai pemberi barokah dan sebagainya,

Tetapi, yang kita lakukan mestinya adalah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ﷺ, Ibadah kita hanya kepada Allah, cara beribadah kita mestinya mengikuti cara beribadah Rasulullah ﷺ.

Umar bin Khattab Radhiallahu'anhu ketika hendak mencium hajar aswad, perhatikan Aqidah beliau :

إني أعلم أنَّك حجر لا تضر ولا تنفع، ولكني أُقبلك لأني رأيتُ النبيَّ يُقبلك

"Sesungguhnya engkau hanyalah sebuah batu, tidak bisa mendatangkan bahaya dan tidak bisa pula mendatangkan manfaat, akan tetapi aku mencium mu karena aku melihat Rasulullah mencium mu. (Shahîh al-Bukhâri, no. 1597 dan Shahîh Muslim, no. 1270) 

Lihatlah, yang beliau lakukan hanya karena melihat Rasulullah melakukannya, bukan mengagungkan sebuah batu, bukan pula menganggapnya sebagai batu sakti. 

Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah mengatakan, “Umar Radhiyallahu anhu mengucapkan perkataan itu karena manusia kala itu belum lama meninggalkan peribadatan mereka terhadap berhala-berhala. Umar Radhiyallahu anhu khawatir orang-orang bodoh mengira bahwa mengusap Hajar Aswad merupakan bentuk pemuliaan terhadap sebagian batu, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Arab pada masa jahiliyah. Umar Radhiyallahu anhu ingin memberitahu manusia bahwa mengusap Hajar Aswad itu hanya dalam rangka mengikuti sunnah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan karena batu itu bisa memberikan manfaat atau mendatangkan bahaya, sebagaimana keyakinan orang-orang Arab terhadap berhala-berhala mereka (Dinukil oleh al-hafizh Ibnu Hajar dalam al-Fath, 3/463) 

Banyak hal yang tidak pantas, seperti mengusap dan ngalap berkah pada seluruh bagian ka'bah, mengusap bahkan sampai mencium hijr Ismail, mengusap maqom Ibrahim,  mengusap dinding kuburan Nabiﷺ, menyampaikan do'a kepada selain Allah, menitipkan do'a di kuburan Nabi ﷺ dan amalan yang semisal. 

Padahal, terhadap ka’bah ada hal-hal yang dilakukan karena memang mengikuti cara Nabi Muhammad ﷺ, seperti mencium hajar aswad jika memungkinkan, kalau tidak mungkin cukup diusap, dan kalaupun tidak sampai cukup dengan isyarat tangan. Begitu juga dengan rukun yamani yang cukup sekedar diusap, itupun tidak dengan cara berlebihan, adapun bagian ka’bah lainnya maka tidak ada tuntutan Rasulullah ﷺ dalam mengusap atau menciumnya. 

Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma, beliau Radhiyallahu anhma mengatakan:

لَمْ أَرَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَلِمُ مِنَ الْبَيْتِ إِلَّا الرُّكْنَيْنِ الْيَمَانِيَّيْنِ

Saya tidak pernah melihat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap bagian dari Ka’bah kecuali dua rukun (yaitu Hajar Aswad dan Rukun Yamani) 
(Shahîh al-Bukhâri, no. 1609 dan Shahîh Muslim, no. 1269) 

Maka, perlu sekali bimbingan ini secara tegas dan berkomitmen. 

Baarokallahu fiikum
Ustadz hafzan