Rabu, 27 November 2024

ANTARA QASHAR DAN JAMAK SAAT SAFAR

ANTARA QASHAR DAN JAMAK SAAT SAFAR

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -rahimahullah- ditanya:

هَلِ الْجَمْعُ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ فِي السَّفَرِ أَفْضَلُ أَمِ الْقَصْرُ؟

Manakah yang lebih utama dalam safar, menjamak dua salat atau meringkas (qashar)?

Beliau menjawab:

“بَلْ فِعْلُ كُلِّ صَلَاةٍ فِي وَقْتِهَا أَفْضَلُ إِذَا لَمْ يَكُنْ بِهِ حَاجَةٌ إِلَى الْجَمْعِ، فَإِنَّ غَالِبَ صَلَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّتِي كَانَ يُصَلِّيهَا فِي السَّفَرِ إِنَّمَا يُصَلِّيهَا فِي أَوْقَاتِهَا. وَإِنَّمَا كَانَ الْجَمْعُ مِنْهُ مَرَّاتٍ قَلِيلَةً”.

“Yang lebih utama adalah melaksanakan setiap salat pada waktunya, selama tidak ada kebutuhan untuk menjamak. Karena mayoritas salat Nabi ﷺ ketika safar dilakukan pada waktunya. Beliau hanya menjamak dalam beberapa kesempatan yang sedikit.” [Majmū‘ al-Fatāwā (24/19)].

Beliau -rahimahullah- juga berkata:

“وَهَذَا يُبَيِّنُ أَنَّ الْجَمْعَ لَيْسَ مِنْ سُنَّةِ السَّفَرِ كَالْقَصْرِ؛ بَلْ يُفْعَلُ لِلْحَاجَةِ سَوَاءٌ كَانَ فِي السَّفَرِ أَوِ الْحَضَرِ”.

“Ini menunjukkan bahwa menjamak bukan termasuk sunnah safar seperti qashar; namun dilakukan karena adanya kebutuhan, baik dalam keadaan safar maupun ketika mukim.” [Majmū‘ al-Fatāwā (24/64)].
Ustadz didik suyadi