MENIKAHI WANITA HIZBIYYAH ATAU ORANG AWAM
Sebagian ikhwah, thulabul ilmi atau ustadz salafi, menikahi wanita awam, ahlul bid'ah, hizbi atau haroki, niatnya agar bisa mendidik dan mewarnai isterinya. Namun banyak terjadi, justru mereka sendiri yang terwarnai isterinya.
Di zaman tabi'in, ada seorang yang shaleh, perawi hadits lagi, dia menikahi seorang wanita yang memiliki pemahaman khawarij dengan niat untuk mengembalikan kepada pemahaman yang benar, pemahaman ahlussunnah. Namun apa yang terjadi, justru beliau yang menjadi seorang khawarij, keluar dari ahlussunnah.
Berkata Adz Dzahabi rahimahullah, Salamah bin ‘Alqamah rahimahullah menceritakan,
قال ابْنِ سِيْرِيْنَ رحمه الله : تَزَوَّجَ عِمْرَانُ خَارِجِيَّةً، وَقَالَ: سَأَرُدُّهَا [ أي إلى مذهب أهل السنة] . قَالَ: فَصَرَفَتْهُ إِلَى مَذْهَبِهَا. [سير أعلام النبلاء]
Berkata Ibnu Sirin rahimahullah, Imran menikahi wanita Khawaarij, ia berkata : ‘Aku ingin mengembalikannya (kepada madzhab ahlussunnah). Dia (Ibnu Sirin) berkata : Maka dia (wanita itu) mewarnainya ke madzhabnya (madzhab khawarij) .[Siyaru A’laamin-Nubalaa]. Sumber : https://www.islamweb.net/newlibrary/showalam.php?id=529
Berkata Ibnu Katsiir rahimahullah :
عمران بن حطان الخارجي، كان أولا من أهل السنة والجماعة فتزوج امرأة من الخوارج حسنة جميلة جدا فأحبها. وكان هو دميم الشكل، فأراد أن يردها إلى السنة فأبت فارتد معها إلى مذهبها
“’Imraan bin Hiththaan Al-Khaarijiy. Dulu dia termasuk ahlussunnah wal jamaah,lalu Ia menikahi seorang wanita diantara Khawaarij yang cantik menawan, ia pun jatuh cinta kepadanya. Dan ia (Imran) seorang yang cebol lagi buruk rupa. Imraan (menikahinya) hendak mengembalikannya kepada sunnah, namun wanita itu enggan dan malah ‘Imraan murtad (dari sunnah) bersama wanita itu kepada madzhabnya (Khawaarij)” [Al-Bidaayah wan-Nihaayah, 9/65]. Sumber : https://shamela.ws/book/37325/512
Berkata Syaikh Utsaimin rahimahullah :
وقد يقول بعض الناس أتزوج امرأة غير ديِّنة لعل الله أن يهديها على يدي، ونقول له: نحن لا نكلَّف بالمستقبل، فالمستقبل لا ندري عنه، فربما تتزوجها تريد أن يهديها الله على يدك، ولكنها هي تحولك إلى ما هي عليه، فتشقى على يديها.
"Sebagian orang ada yang mengatakan, 'Saya akan menikahi seorang wanita yang kurang baik agamanya dengan harapan mudah-mudahan Allah memberinya hidayah melalui saya.' Kita katakan kepadanya: Kita tidak dibebani dengan masa depan, karena masa depan sesuatu yang tidak kita ketahui. Bisa jadi engkau menikahinya karena mengharapkan agar Allah memberinya hidayah melalui dirimu, tetapi yang terjadi justru dia mengubah dirimu kepada keadaannya, akibatnya engkau yang celaka gara-gara dirinya." (Asy-Syarhul Mumti', XII/13-14). Sumber : https://www.alathar.net/home/esound/index.php?op=codevi&coid=101463
Oleh karena itu, para ulama menasehati untuk menikahi wanita yang baik agama dan akhlaknya. Yang paham sunnah, bukan ahlul bid'ah.
Berkata Imam Syafii rahimahullah :
"لا ينكح أهل البدع ؛ ولا ينكح إليهم ، ولا يسلم عليهم .. " المدونة " 1 / 84
Tidak boleh menikah dengan ahlul bid'ah, tidak boleh menikahkan (anaknya) kepada mereka dan tidak boleh salam kepada mereka. (Mudawwanah (1/84)).
Berkata Al Mahalli rahimahullah,
والمبتدع ليس كفؤا للسنية
“Dan mubtadi (laki-laki ahlul bid'ah) itu tidak sekufu bagi wanita ahlus sunnah. (Kanz Ar-Raghibin Syarh Minhaj Ath-Thalibin).
Jika seseorang sudah kadung menikah dengan wanita awam, hizbi, haroki atau ahlul bid'ah, maka didiklah mereka dengan baik, untuk mengenal sunnah. Ajaklah ikut kajian-kajian sunnah. Semoga mereka mendapatkan hidayah sunnah. Kalau tidak demikian, keadaannya tidak akan berubah, maka ini awal dari prahara hidup berumah tangga, perdebatan dan percekcokan yang tak berujung.
AFM
Copas dari berbagai sumber