Jumat, 16 Juli 2021

REZEKI YANG SEDIKIT

REZEKI YANG SEDIKIT 

Kalau seseorang menyadari, bahwa hidupnya di dunia ini tidak kekal, tidak abadi, tidak selamanya dan semuanya akan berakhir dengan kematian, rezeki yang sedikit yang dia dapatkan, merasa cukup baginya. 

Berkata Al-Auza’i rahimahullah :

من أكثر ذكر الموت كفاهُ اليسير، ومن علم أن منطقه من عمله قلَّ كلامهُ

"Barangsiapa yang banyak mengingat mati maka rezeki yang sedikit sudah mencukupinya, dan barangsiapa yang menyadari bahwa ucapannya termasuk bagian dari amalnya, maka dia akan sedikit bicara." (Shifatush Shafwah : 4/258).

Rezeki yang sedikit, itu pun datang dari Allah Ta'ala. Begitu pula rezeki yang banyak. Semuanya merupakan pengaturan dan ketentuan Allah Ta'ala. Maka hendaklah rela menerimanya dengan lapang dada dan penuh kesyukuran. 

Allah Ta'ala berfirman:

وَاللَّهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ فِي الرِّزْقِ

“Dan Allah melebihkan sebahagian kalian dari sebagian yang lain dalam hal rezeki” (QS. An-Nahl: 71).

Dan Allah Ta'ala berfirman:

اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ 

Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. Al-‘Ankabuut: 62).

Rezeki yang banyak dan melimpah, itu bukan menunjukkan bahwa Allah Ta'ala memuliakanya. Begitu pula rezeki yang sedikit, bukan dalam artian Allah Ta'ala menghinakannya. Itu semua merupakan ujian. Siapa diantara hamba-Nya yang bersyukur dan siapa yang kufur.

Allah Ta'ala berfirman :

فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (15) وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ (16)

“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka Dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka Dia berkata: “Tuhanku menghinakanku“. (QS. Al Fajr: 15-16. 

Di dalam tafsir Al Muyassar dijelaskan tentang ayat di atas :

فأما الإنسان إذا ما اختبره ربه بالنعمة, وبسط له رزقه, وجعله في أطيب عيش, فيظن أن ذلك لكرامته عند ربه, فيقول: ربي أكرمن.

Bila manusia diuji oleh Tuhannya dengan kenikmatan, melapangkan rizkinya, dan berada dalam kehidupan yang makmur,maka dia mengira bahwa hal itu adalah karena kedudukannya yang mulia di sisi tuhannya, dia berkata “tuhanku memuliakanku”

وأما إذا ما اختبره, فضيَّق عليه رزقه, فيظن أن ذلك لهوانه على الله, فيقول: ربي أهانن. 

Bila Dia menguji manusia dengan menyempitkan rizkinya, dimana dia menyangka bahwa hal itu adalah karena kedudukannya yang rendah disisi tuhannya, dia berkat, “tuhanku merendahkanku.” (Tafsir Al-Muyassar). 

AFM