Sabtu, 31 Juli 2021

BAHA’IYYAH (BAG.2 / TERAKHIR)

BAHA’IYYAH (BAG.2 / TERAKHIR)

Fawaid dari Penjelasan al-Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA hafidzahullah terkait Baha’iyyah:

Pada catatan bagian 1 kita telah sampai pada poin 15 terkait meninggalnya Mirza Husain (al-Baha’) yang dikatakan bahwa beliau meninggal dalam keadaan gangguan jiwa dan beliau memiliki anak bernama Abbas (Abdul Baha’). Maka lanjutannya adalah sebagai berikut,

16. Ihsan Ilahi Zahir bahkan mengatakan bahwa Mirza Husain tidaklah gila ketika akan meninggal tapi sejak awal (sejak ikut firqoh al-Babiyyah) sudah gila, akan tetapi puncak kegilaan adalah saat akan meninggal dunia. 

17. Syaikh Ghalib ‘Awaji rahimahullah (guru Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA) dalam kitab beliau al-Firaq al-Islamiyyah atau al-Firaq al-Muntasibah ila al-Islam menyebutkan bahwa beliau telah membaca kitab al-Aqdas berulang-ulang, semakin dibaca semakin menimbulkan kejengkelan. Tidak didapati kefasihan padanya, maknanya dan nahwunya juga kacau. Pada al-Aqdas juga didapati kesombongan al-Baha’ yang memuji-muji dirinya, lebih sombong daripada Fir’an, Haman dan Qarun.

18. Kitab al-Aqdas ini begitu mulia bagi pengikut al-Baha’iyyah. al-Baha’ mengatakan di dalam al-Aqdas, “Barang siapa yang membaca 1 ayat dari kitab al-Aqdas, lebih baik baginya daripada membaca kitab-kitab yang sebelumnya dan sesudahnya.”

19. Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA memberikan contoh dengan membacakan cuplikan isi al-Aqdas pada halaman 63 ayat 106-107 (versi pdf yang ada pada beliau 112 halaman), beliau membacanya dengan mencoba melagukan seperti Al-Qur’an. Karena bagi Bahaiyyun kalau dilagukan pahalanya besar. Diantara makna dari yang beliau baca, “Jangan kalian sekali-kali mendekati hammamat (tempat pemandian) orang asing.....”. Beliau tidak meneruskannya karena isinya tidak nyambung. Kitab suci seperti ini memalukan. 

20. Diantara Aqidah kelompok ini:
a. al-Baha’ meyakini bahwa dia adalah penampakan dari Allah, dan itu sebab penamaan dirinya. Kadang dia juga mensifati dirinya dengan sifat-sifat ketuhanan. 

b. Sikap mereka kepada para Nabi, mereka mengakui seluruh Nabi tapi tidak meyakini bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam sebagai nabi yang terakhir. Mereka bahkan meyakini Budha sebagai utusan Allah dan tokoh-tokoh lain yang diakui dunia termasuklah Mirza Husain Ali Al-Mazandarani (al-Baha’). Demikian pula asy-Syirazi (pendiri al-Babiyyah) adalah Nabi dengan kitabnya al-Bayan. 

c. Sikap mereka terhadap syari’at, maka syari’at telah mansukh dengan adanya syari’at al-Baha’iyyah.

21. Beberapa ajaran “menarik” al-Baha’iyyah:
a. Wihdatul Adyan, semua agama benar. Akan tetapi dalam teori dan praktek mereka bertentangan, karena dalam teori (merujuk kitab suci mereka) dinyatakan bahwa semua agama sudah mansukh dan semua harus kembali kepada al-Baha’iyyah. 
Bertentanganya teori dan praktek kelompok ini bisa saja terjadi karena adaptasi mereka dengan tempat, sehingga terkadang ada perubahan, penipuan atau taqiyyah yang dimunculkan agar dapat diterima. Selain itu jika dilihat dari biografi al-Baha’, dia suka membaca buku-buku shufiyyah seperti Ibnu Arabi yang mengatakan, “Manusia membuat Aqidah tentang Tuhan, aqidah mereka macam-macam dan saya meyakini (membenarkan) seluruh aqidah mereka.”

b. Wihdatul Authon, ajaran mereka yang menegaskan manusia ini seluruhnya satu alam dan tak perlu batas-batas negara. Manusia semua satu suku, sehingga tidak ada fanatik suku, fanatik suku. Menurut mereka ini sebab-sebab perpecahan.

c. Wihdatul Lughah, satu bahasa. Bahkan di dalam kitab al-Aqsa disuruh dicari satu Bahsa yang sama untuk semua manusia. Allah berfirman melalui al-Baha’: “Wahai orang-orang yang duduk di majelis negeri-negeri  ini, pilihlah satu bahasa dari banyak bahasa agar semua yang berada di atas muka bumi berbicara dan menulis dengan satu bahasa ini.”  

Perintah mencari satu bahasa ini adalah bentuk taklif maa laa yuthoq (pembebanan sesuatu yang tak mungkin bisa dilakukan). Mereka beranggapan berbeda bahasa akan menyebabkan perpecahan, padahal sebab perpecahan adalah perbedaan aqidah bukan bahasa.

d. Persamaan pria dan wanita, maka wanita harus dikeluarkan karena mereka adalah perhiasan dan tak perlu menggunakan hijab. 

22. Sebagian ulama mengatakan ajaran-ajaran mereka ini sepertinya indah, layaknya madu tapi sejatinya isinya racun. Kenapa? Dengan membawa ajaran-ajaran tadi, ini menjadikan kaum muslimin tak perlu membela negeri mereka dan pasrah dengan masuknya kekuatan asing, semua dianggap sama. Nyatanya, itu tak bisa mereka lakukan dan rasisme masih terus berjalan. 

23. Islamlah yang anti dengan rasisme, Islam memuliakan Bilal padahal beliau berkulit hitam dan seorang budak. Islam memuliakan Salman al-Farisi, padahal dia Persia dan bukan Arab, karena Nabi shallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى عَجَمِيٍّ إِلاَّ بِالتَّقْوَى
“Tidak ada keutamaan bagi orang ‘Arab di atas orang ‘Ajam (non ‘Arab) kecuali dengan sebab ketakwaan.”

Allah juga berfirman:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.” (QS. al-Hujurat: 13)

24. Adapun terkait ibadah mereka adalah:
a. Tidak ada najis, disebutkan di dalam al-Aqdas, “bahwasanya seluruh perkara telah tenggelam dalam lautan kesucian”
b. Tidak ada mandi janabah bagi bahaiyyun, cukup mandi satu kali dalam sepekan. Setiap hari cukup mencuci kedua kakinya di musim panas, kalau di musim dingin mencuci kedua kakinya sekali dalam tiga hari
c. Jika tidak air, tidak perlu tayammum tapi cukup mengucapkan “Bismillahi al-athar al-athar” sebanyak 5 kali 
d. Shalat cukup dikerjakan 3 waktu sebanyak 9 raka’at ketika Subuh, Zuhur dan Ashar dan waktu lainnya dimaafkan. Sementara Abbas (Abdul Baha’) mengatakan cukup 1 waktu shalat dalam sehari pilih dari yang tiga, jika 3 waktu maka itu boleh saja
e. Jika shalat untuk yang mukim cukup mengucapkan, “syahidallahu annhau laa ilaaha illa huwa al-Muhaiminu al-Qayyum”
f. Jika musafir tidak perlu shalat, tapi shalat diganti dengan satu sujud saja
g. Shalat berjama’ah haram hukumnya kecuali shalat jenazah
h. Shalat jenazah dikerjakan dengan 6 kali takbir, dan setiap takbir dibaca ayat dati kitab al-Aqdas. Bagi yang hafal, silakan membaca dan bagi yang tidak hafal tidak masalah
i. Kiblat mereka adalah diri al-Baha’, dan dia dikuburkan di Palestina. Maka kiblat mereka bukan ke arah Ka’bah kaum muslimin
j. Besaran zakat 19%, mereka mensucikan angka 19
k. Mereka memiliki 19 bulan dalam setahun, bulan pertama bagi mereka namanya al-Muhaimin dan bulan dimana mereka berpuasa adalah al-Ala’. Jumlah puasa mereka 19 hari
l. Hari raya mereka adalah hari raya Nairuz, setelah berpuasa 19 hari
m. Haji mereka menuju tempat asy-Syirazi di Iran atau ke Palestina tempat wafatnya al-Baha’ 
n. Tidak perlu haji bagi wanita, dan laki-laki pun demikian

25. Berkaitan dengan sosial:
a. Mereka meyakini Allah telah mewajibkan pernikahan dan tak boleh poligami lebih dari dua. Akan tetapi ini sulit secara praktek, karena mereka mempersyaratkan kalau istri dua dengan syarat-syarat yang mustahil (syuruth mumtani’ah). Sehingga dalam prakteknya mereka tidak berpoligami
b. Tidak mengapa nikah dengan kerabat (termasuk mahram seperti kakak dan adik) selama pengikut Baha’iyyah masih sedikit dan lemah, yang terlarang nikah dengan istri bapak  karena itu yang ada nashnya dalam al-Aqdas
c. Zina dibolehkan atau tidak dikatakan zina,  jika; 1) ridha dan suka sama suka antara pria dan wanita 2) izin dari kedua orang tua. Syarat ini setelah memansukhkan apa yang ada al-Bayan yang tidak mempersyaratkan izin dari kedua orang tua
d. Hukum zina hanya berlaku bagi pria dan wanita yang belum menikah (ghairu muhshan), adapun bagi pria dan wanita yang sudah menikah berzina, maka tidak ada hukum bagi mereka berdua kecuali jika ada dari baitul ‘adl (pemerintah). Meskipun pada asalnya tidak ada hukumnya
e. Jika berzina maka hukumannya bagi setiap yang berzina membayar 9 mitsqal (sekitar 40 grm emas), kalau mengulangi lagi maka dilipat gandakan menjadi 18 mitsqal.

26. Pertanyaan: Kalau memang aliran Baha’iyyah ini melecehkan agama Islam, wajibkah kita memberi kritik atau memberi masukan kepada pemerintah?
Beliau hafidzahullah menjawab: “Kita usahakan, karena ini berafiliasi kepada Islam. Dia (Baha’iyyah) bicara tentang Allah, tentang Muhammad, apalagi kitab sucinya bahasa Arab, jadi nuansa Islam sangat besar dan pecahan dari sekte Syi’ah. Kita kasih masukan kepada penguasa dan semoga mereka bisa dengar dan tentunya yang kasih masukan pihak-pihak yang berkompeten seperti MUI. Semoga Allah memberi kekuatan kepada mereka untuk memberikan masukan kepada penguasa. 

Akhukum Noviyardi Amarullah Tarmizi
Sabtu malam, 22 Dzulhijjah 1442 H / 31 Juli 2021