Senin, 26 Juli 2021

Penggalangan Donasi, Bid'ah, Haram atau Mubah?

Penggalangan Donasi, Bid'ah, Haram atau Mubah?

Di saat terjadi bencana alam, atau musibah menimpa sebagian saudara kita, apa yang harus kita lakukan?

mau bantu sendiri, kurang mampu, kalaupun bisa membantu hanya sedikit tidak mencukupi, dan kalau mau galang donasi kawatir bid'ah atau haram, namun bila kita berpangku tangan, maka kasihan menyaksikan saudara kita dalam kesusahan.

Kawan, coba kita menoleh kebelakang, pernahkah Nabi menggalang donasi untuk sebagian sahabat yang sedang kesusahan?

Dengan sedikit buka buka data hadits, kita menemukan beberapa riwayat berikut:

Riwayat pertama:
Jarir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu mengisahkan:

كنا في صَدْرِ النَّهَارِ عِنْدَ رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم – فَجَاءهُ قَومٌ عُرَاةٌ مُجْتَابي النِّمَار أَوْ العَبَاء ، مُتَقَلِّدِي السُّيُوف ، عَامَّتُهُمْ من مضر بَلْ كُلُّهُمْ مِنْ مُضَرَ ، فَتَمَعَّرَ رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم – لما رَأَى بِهِمْ مِنَ الفَاقَة، فَدَخَلَ ثُمَّ خَرَجَ ، فَأَمَرَ بِلالاً فَأَذَّنَ وَأَقَامَ ، فصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ ، فَقَالَ : { يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ } إِلَى آخر الآية : { إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً } ، والآية الأُخْرَى التي في آخر الحَشْرِ : { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ } تَصَدَّقَ رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ، مِنْ دِرهمِهِ، مِنْ ثَوبِهِ ، مِنْ صَاعِ بُرِّهِ ، مِنْ صَاعِ تَمْرِهِ – حَتَّى قَالَ – وَلَوْ بِشقِّ تَمرَةٍ )) فَجَاءَ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ كَادَتْ كَفُّهُ تَعجَزُ عَنهَا، بَلْ قَدْ عَجَزَتْ، ثُمَّ تَتَابَعَ النَّاسُ حَتَّى رَأيْتُ كَومَيْنِ مِنْ طَعَامٍ وَثِيَابٍ ، حَتَّى رَأيْتُ وَجْهَ رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم – يَتَهَلَّلُ كَأنَّهُ مُذْهَبَةٌ. فَقَالَ رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم -: ((مَنْ سَنَّ في الإسلامِ سنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أجْرُهَا، وَأجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ،مِنْ غَيرِ أنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورهمْ شَيءٌ، وَمَنْ سَنَّ في الإسْلامِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيهِ وِزْرُهَا ، وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ ، مِنْ غَيرِ أنْ يَنْقُصَ مِنْ أوْزَارِهمْ شَيءٌ ))

“Di suatu pagi, kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu datanglah sekelompok orang yang setengah telanjang, pakaian mereka terbuat dari bulu domba yang bergaris-garis dan sudah rodek-robek. Mereka datang dengen menenteng pedang. Mayoritas mereka dari suku Mudhor, bahkan seluruhnya dari suku Mudhor. 

Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyaksikan kondisi mereka, beliau merasa iba, rasa sedih nampak jelas pada raut wajah Nabi . 

Nabipun masuk ke rumah beliau dan lalu segera keluar keluar lagi, dan selanjutnya beliau memerintahkan Bilal untuk segera mengumandangkan adzan dan iqomat. Beliapun segera mendirikan sholat berjamaah.

Seusai shalat berkhutbah, dan pada khutbahnya beliau membaca ayat yang artinya : “Wahai ummat manusia, bertakwalah kepada Rob kalian yang telah menciptakan kalian dari satu jiwa ......” (hingga akhir ayat tersebut yang artinya): “Sesungguhnya Allah Maha Mengawasi kalian ....”.

Beliau juga membaca ayat di akhir surat al-Hasyr yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah, dan hendaknya setiap jiwa melihat apa yang telah ia kerjakan untuk esok hari”.

Hendaknya ada orang yang mensedekahkan sebagian dari uang dinarnya, atau dari uang dirhamnya, dari bajunya, dari gandumnya, dari kormanya…-hingga Nabi bersabda:- meskipun bersedekah dengan sepenggal butir korma”

Tidak selang berapa lama, datang seorang lelaki dari kaum anshor dengan membawa sekarung makanan yang hampir-hampir tangannya tidak kuat untuk mengangkat karung tersebut, bahkan benar benar keberatan mengangkatnya. 

Selajutnya orang-orangpun berbondong bondong datang membawa sedekah mereka, hingga aku melihat dua tumpukan besar bahan makanan dan pakaian. 

Girang melihat sikap para sahabat yang bergegas merespon seruannya, aku menyaksikan wajah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berseri-seri. Selanjutnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barang siapa menjadi teladan (pelopor) dalam suatu perbuatan baik menurut ajaran Islam maka baginya pahala perbuatannya tersebut, dan pahala perbuatan semua orang yang meneladaninya , tanpa berkurang sedikitpun dari pahala mereka. 

Dan barang siapa menjadi teladan (pelopor) dalam suatu perbuatan buruk menurut ajaran Islam maka ia memikul dosa perbuatannya tersebut, dan dosa semua orang yang meneladaninya tanpa berkurang dari dosa-dosa mereka sedikitpun” (Muslim)

Riwayat kedua: 
وعن قبيصة بن مخارق رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إن المسألة لا تحل إلا لأحد ثلاثة : رجل تحمل حمالة فحلت له المسألة حتى يصيبها ثم يمسك ؛ ورجل أصابته جائحة احتاحت ماله فحلت له المسألة حتى يصيب قواما من عيش ؛ ورجل أصابته فاقة حتى يقول ثلاثة من ذوي الحجى من قومه : لقد أصاصت فلانا فاقة فحلت له المسألة ؛ رواه مسلم.

Qabishah bin Mukhariq radhiallahu 'anhu, dia mengisahkan : Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal kecuali bagi salah satu dari tiga orang berikut: 
1. Seorang yang menanggung hutang (demi mendamaikan pertikaian antara dua orang) maka halal baginya untuk meminta-minta sampai dia dapat melunasinya, selanjutnya dia berhenti dari meminta.

2. Orang yang tertimpa musibah yang menghabiskan hartanya maka halal baginya meminta-minta sampai dia mendapat kelapangan dari penghasilan.

3. Dan orang yang tertimpa kefaqiran sehingga tiga orang tokoh dari kaumnya bersaksi; sungguh si fulan benar benar ditimpa kefakiran, maka halalnya untuk meminta. (Muslim).

Riwayat ketiga: 
أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ قَالَ أُصِيبَ رَجُلٌ فِى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى ثِمَارٍ ابْتَاعَهَا فَكَثُرَ دَيْنُهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « تَصَدَّقُوا عَلَيْهِ ». فَتَصَدَّقَ النَّاسُ عَلَيْهِ فَلَمْ يَبْلُغْ ذَلِكَ وَفَاءَ دَيْنِهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لِغُرَمَائِهِ « خُذُوا مَا وَجَدْتُمْ وَلَيْسَ لَكُمْ إِلاَّ ذَلِكَ ».
Abu Sa'id Al Khudri radhiallahu 'anhu mengisahkan: ada seseorang yang ditimpa pailit, dikarenakan ia membeli/memborong buah buahan, hingga hutangnya menggunung. Mengetahui kondisi lelaki itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Hendaknya kalian bersedekah untuk lelaki tersebut, namun sedekah yang terkumpul tidak cukup untuk melunasi seluruh hutangnya. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada para kreditur lelaki tersebut: terimalah apa yang ada dan kalian tidak berhak untuk meminta selain itu”. (Muslim).

Riwayat keempat:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَعْفَرٍ قَالَ
لَمَّا جَاءَ نَعْيُ جَعْفَرٍ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اصْنَعُوا لِآلِ جَعْفَرٍ طَعَامًا فَقَدْ أَتَاهُمْ مَا يَشْغَلُهُمْ أَوْ أَمْرٌ يَشْغَلُهُمْ
Abdullah bin bin Ja'far radhiallahu ‘anhu mengisahkan: "tatkala datang berita kematian Ja'far, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Buatkanlah makanan untuk keluarga Ja'far, sungguh mereka sedang ditimpa satu kejadian yang menyibukkan, atau perkara yang menyibukkan mereka. " (Abu Dawud dan lainnya)

Heem, silahkan anda menilai sendiri, kira kira sikap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sampai berkhutbah memotovasi para sahabat untuk bersedekah, dan juga mengizinkan sahabat Qabishah untuk meminta minta (menggalang donasi) guna membiayai perdamaian, demikian pula sikap beliau yang memotivasi para sahabat membantu orang yang terlilit hutang, apakah sikap sikap beliau ini dapat disebut menggalang donasi secara terbuka atau secara sembunyi, atau secara terbatas, dan tidak secara luas.

Sepenuhnya anda bebas menilai, karena menurut hemat saya redaksi hadits-hadits di atas sudah cukup lugas, jelas dan tegas, tanpa perlu tancap gas, semoga  tuntas.

Namun yang jelas, beliau tidak menggunakan medsos, web, tidak membuat poster, atau proposal, tidak pula membuat broadcast, pengeras suara, kamera untuk merekam, beliau hanya berkhutbah, menganjurkan, dan memotivasi. 

Heem, ya gitu saja, Wallahu Ta’ala a’alam bisshawab.
Ustadz Dr Arifin Badri Lc Ma