Perbuatan seorang muslim yang memiliki jiwa yang lapang dan akal cerdas adalah pengakuan dirinya atas kekurangan, sebagaimana selain dirinya dari orang-orang yang terdekat juga memiliki kekurangan.
Ketika mereka berbuat kekeliruan kepadanya, maka hendaknya seorang hamba memaafkan dan tidak perlu mengingat kesalahannya. Agar hati menjadi bahagia dan tentram. Sebagaimana ingin ketergelincirannya baik ucapan maupun perbuatan sekiranya dimaafkan oleh mereka.
Allah berfirman kepada Abu Bakar radhiyallahu 'anhu saat memberhentikan misthoh bin utsatsah radhiyallahu anhu dari nafkah yang biasa beliau berikan kepadanya. Maka turunlah ayat :
وَلَا يَأۡتَلِ أُوْلُواْ ٱلۡفَضۡلِ مِنكُمۡ وَٱلسَّعَةِ أَن يُؤۡتُوٓاْ أُوْلِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينَ وَٱلۡمُهَٰجِرِينَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۖ وَلۡيَعۡفُواْ وَلۡيَصۡفَحُوٓاْۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغۡفِرَ ٱللَّهُ لَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٌ
Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(nya), orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
-سورة النور، آية ٢٢
Maafkanlah mereka, semoga Allah dengan itu memaafkanmu.