Jumat, 30 Juli 2021

mempelajari BAHA’IYYAH (BAG.1) firqoh sesat menyesatkan

BAHA’IYYAH (BAG.1)

Fawaid dari Penjelasan al-Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA hafidzahullah terkait Baha’iyyah:

1. Bahwa al-Baha’iyyah adalah kelanjutan dari firqah al-Babiyyah, dan al-Babiyyah adalah salah satu pecahan dari firqoh Syi’ah al-Imamiyyah al-Itsnai Al-‘Asyariyyah

2. Kita mengenal keburukan untuk menjauhinya, sebagaimana dikatakan dalam sebuah syair, 

عَرَفتُ الشَرَّ لا لِلشَر لَكِن لِتَوَقّيهِ
وَمَن لَم يَعرِفِ الشَرَّ مِنَ الخَيرِ يَقَع فيهِ

Aku mengenal keburukan untuk melakukannya tapi untuk menjauhinya
Barang siapa yang tak mengenal keburukan bisa jadi terjerumus kedalamnya

Sebagaimana Hudzaifah ibnul Yaman radhiyallahu ‘anhu yang pernah berkata: “Orang-orang bertanya kepada Nabi shallahu ‘alaihi wasallam tentang kebaikan, aku justru bertanya tentang keburukan khawatir aku mendapatkan keburukan tersebut.”

3. Al-Baha’iyyah ( البهائية ) ini nisbat kepada al-Mirza Husain Ali al-Mazandarani ( المرزى حسين علي المازندراني )yang menggelari dirinya dengan al-Baha’ (البهاء) yang maksudnya baha’ullah (penampakan keindahan Allah). Lahir di Iran tahun 1817 dan wafat tahun 1892, keluarganya banyak yang dekat dengan orang-orang Rusia.

4. al-Baha’iyyah ini asalnya adalah Al-Babiyyah (البابية), nisbat kepada Ali Muhammad asy-Syirazi (علي محمد الشيرازي) yang lahir di Syiraz, Iran. Dia menggelari dirinya al-Bab (الباب), dan al-Bab artinya pintu. Ali Muhammad asy-Syirazi adalah pengikut sekte Syiah al-Imamiyyah al-Itsnai Al-‘Asyariyyah yang meyakini 12 imam dan imam terkahir adalah Muhammad bin Hasan al-Askar yang dinanti-nanti dan masuk ke dalam Sirdap sejak tahun 200an sekian hijriah dan sampai saat ini belum keluar. Maka saat itu umat terputus dengan Imam Mahdi yang dinantikan, sehingga dibutuhkanlah perantara dengan imam tersebut, maka asy-Syirazi mengangkat dirinya sebagai al-Bab (pintu) yang menghubungkan umat saat itu dengan Imam Mahdi.

5. Setelah mengangkat dirinya sebagai al-Bab, asy-Syirazi justru mengaku sebagai Imam Mahdi. Tak sampai disitu, dia juga mengaku sebagai Nabi yang diberi wahyu dari Allah. Dan kitab suci yang Allah berikan adalah al-Bayan (البيان). 

6. Kitab al-Bayan adalah kitab suci al-Babiyyah yang berbahasa Arab. Di antara ulama yang membahas terkait al-Babiyyah adalah Ihsan Ilahi Zhahir. Ihsan Ilahi Zhahir menjelaskan bahasa Arab yang ada pada al-Babiyyah adalah bahasa Arab yang kacau dan dikritik oleh beliau dari segi Nahwu yang ada pada al-Bayan. 

7. Ketika dikritik akan kacaunya bahasa Arab pada al-Bayan maka mereka memberikan pembelaan, diantara pembelaan mereka adalah: “Dahulu huruf-huruf bermaksiat kepada Allah, sehingga Allah kekang mereka dengan i’rab. Setelah datangnya asy-Syirazi maka Allah ampuni mereka dan Allah lepaskan huruf-huruf tersebut dari belenggu dan kekangan i’rab.

8. Mengetahui kacaunya kitab suci al-Babiyyah yaitu al-Bayan adalah hal penting, karena al-Baha’iyyah membangun pemikiran mereka di atas sekte al-Babiyyah.

9. asy-Syirazi sebelum meninggal memiliki 18 orang yang khusus yang disiapkan untuk meneruskan dakwah beliau dan yang paling spesial di antara 18 orang tersebut adalah al-Mirza Yahya Ali al-Mazandarani (المرزى يحي علي المزندراني) yang mana ia merupakan saudara sebapak dari Mirza Husain, pendiri al-Baha’iyyah. Sebelumnya Mirza Husain sudah mengikuti al-Baha’iyyah tapi ia tidak masuk dalam 18 orang spesial yang disiapkan oleh asy-Syirazi. Akhirnya ia cemburu dan ikut dalam muktamar mereka serta berhasil mengambil hati mereka padahal asy-Syirazi tidak pernah meridhai Mirza Husain.

10. Keyakinan Ali Muhammad asy-Syirazi,  pendiri Al-Babiyyah bahwa al-Bayan me-mansukh-kan (menghapuskan) Al-Qur’an.

11. Berjalan beberapa waktu Mirza Husain Ali Al-Mazandarani mengaku diberi wahyu oleh Allah dengan kitab suci bernama Al-Aqdas (الأقدس) yang maksudnya kitab yang paling suci dan mengalahkan kesucian Al-Qur’an serta kitab-kitab sebelumnya.

12. Al-Aqdas kalau didownload format pdf hanya kitab kecil (kutaib), ada yang 55 halaman atau 112 halaman. 

13. Mirza Husain memiliki keyakinan terkait kitab suci Al-Aqdas:
a. Me-manshukh-an kitab-kitab sebelumnya
b. Semua syari’at tidak berlaku lagi, kecuali apa yang ada di al-Bayan. Tapi faktanya, sebagian yang ada di al-Bayan dihapuskan. Contohnya: dalam masalah zina, pada al-Bayan tidak ada masalah jika laki-laki dan perempuan sama-sama ridha. Kemudian di-mansukh-kan oleh al-Aqdas ada 2 syarat zina menjadi halal dengan yaitu: 1) laki-laki dan perempuan sama-sama ridha 2) Kedua orang tua dari laki-laki dan perempuan yang berzina juga ridha

14. Ihsan Ilahi Zhahir ia menarik kesimpulan bahwa al-Babiyyah dan al-Baha’iyyah dibantu oleh Rusia, dan memang ada pernyataan dari Mirza Husain yang memuji-muji Rusia. 

15. Adapun wafatnya Mirza Husain Ali Al-Mazandarani, dikatakan bahwa dia meninggal dalam keadaan gangguan jiwa. Ihsan Ilahi Zhahir menyebutkan, dinukilkan dari sebagian orang-orang dekat mereka bahwa anak Mirza Husain al-Mazandarani yaitu Abbas (menggelari dirinya dengan Abdul Baha’) tatkala ayahnya meninggal, dia tidak ingin orang-orang menemui ayahnya karena malu dengan kondisi ayahnya.

Bersambung ke bagian 2....

Akhukum Noviyardi Amarullah Tarmizi
Jum’at malam, 21 Dzulhijjah 1442 H / 30 Juli 2021