Minggu, 25 Juli 2021

Makna ucapan salaf ‎: ‏bilaa kaif ‎(بلا كيف)

Makna ucapan salaf : bilaa kaif (بلا كيف)

Bila kita membaca kitab kitab ulama salaf. Akan sering kita dapati saat mereka menetapkan sifat sifat Allah ucapan : bilaa kaif.

Contohnya adalah perkataan ibnu Abi Hatim:

سألت أبي، وأبا زرعة، عن مذاهب أهل السنة في أصول الدين, وما أدركا عليه العلماء في جميع الأمصار, وما يعتقدان من ذلك؟ فقالا: "أدركنا العلماء في جميع الأمصار -حجازًا، وعراقًا، وشامًا، ويمنًا-، فكان من مذهبهم: أن الله عز وجل على عرشه، بائن من خلقه، كما وصف نفسه في كتابه, وعلى لسان رسوله صلى الله عليه وسلم، بلا كيف

“Aku bertanya kepada ayahku (Abu Hatim) dan Abu Zur’ah tentang keyakinan Ahlussunnah dalam pokok pokok agama. Dan apa yang mereka berdua temui dari para ulama di seluruh negeri dan apa keyakinan mereka berdua?” 
Keduanya berkata, “Kami mendapati para ulama di seluruh negeri baik di Hijaz, di Iraq, di Syam, di Yaman. Keyakinan mereka adalah bahwasanya Allah Azza wajalla di atas Arasy-Nya bain (berpisah) dari makhluk-Nya. Sebagaimana Dia menyifati diri-Nya dalam kitab-Nya dan melalui lisan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam bilaa kaif (tanpa kaifa).” 

Imam ibnu Qayyim rahimahullah dalam kitab Madarijussalikin menjelaskan maknanya:

إن العقل قد يئس من تعرف كنه الصفة، وكيفيتها، فإنه لا يعلم كيف الله إلا الله، وهذا معنى قول السلف: بلا كيف. أي: بلا كيف يعقله البشر، فإن من لا تعلم حقيقة ذاته، وماهيته، كيف تعرف كيفية نعوته، وصفاته!؟ ولا يقدح ذلك في الإيمان بها، ومعرفة معانيها، فالكيفية وراء ذلك، كما أنا نعرف معاني ما أخبر الله به من حقائق ما في اليوم الآخر، ولا نعرف حقيقة كيفيته، مع قرب ما بين المخلوق والمخلوق، فعجزنا عن معرفة كيفية الخالق، وصفاته أعظم وأعظم اهـ.

“Sesungguhnya akal tak akan mampu mengetahui hakikat sifat (Allah) dan kaifiyatnya. Karena tidak ada yang mengetahui bagaimana Allah kecuali Allah. Inilah makna perkataan salaf: bilaa kaif. Artinya tanpa kaifa (bagaimananya) yang dapat dicerna oleh akal. 
Karena Dia yang tidak diketahui hakikat Dzat-Nya dan mahiyah-Nya (bentuk-Nya), bagaimana akan diketahui hakikat sifat sifat-Nya. Dan itu tidak mencoreng keimanan kepadanya dan mengetahui makna maknanya. Adapun kaifiyatnya maka di belakang itu. Sebagaimana kita mengetahui makna makna apa yang Allah kabarkan tentang kehidupan akherat, tapi kita tidak mengetahui hakikat kaifiyatnya. Padahal itu sesama makhluk. Maka ketidak mampuan kita untuk mengetahui kaifiyat Al Khaliq dan sifat sifat-Nya lebih besar dari itu.” (Madarijussalikin 3/359 tahqiq Muhammad Hamid Al Faqi)

Jadi makna bilaa kaif artinya meniadakan kemampuan akal untuk mengetahui kaifiyat (caranya). Seperti perkataan ibnu Abi Hatim bahwa para ulama di seluruh negeri meyakini Allah beristiwa di atas Arasy-Nya tanpa kaifa. Artinya kita tidak mengetahui bagaimana cara istiwa-Nya. Dan tidak boleh juga mempertanyakannya. Karena itu bid’ah sebagaimana yang dikatakan oleh imam Malik rahimahullah.
Ustadz badrusalam 
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1732686140258156&id=100005503590633