KEEP POSITIVE THINKING!
Belakangan ini beranda FB saya dipenuhi dengan berita-berita negatif tentang sakit dan kematian karena Covid. Saya cukup yakin beranda FB rekan-rekan pun seperti itu pula. Kondisi demikian seharusnya meningkatkan empati kita terhadap sesama sekaligus ketaatan terhadap prokes.
Namun, kita perlu juga tetap menyadari bahwa berita negatif tersebut justru berdampak pada melemahnya imunitas seiring dengan meningkatnya kecemasan. Karena itu, perlu upaya untuk menjaga pikiran tetap positif.
Data statistik menunjukkan bahwa death rate akibat Covid-19 tidak mencapai 10%, bahkan jauh di bawah itu. Artinya, secara umum, meskipun secara angka korban yang wafat akibat Covid-19 jumlahnya cukup signifikan (dan kita berempati atas kondisi tersebut), namun probabilitas orang yang terpapar Covid-19 untuk tetap bertahan hidup dan sembuh masih jauh lebih tinggi bahkan jauh berkali-kali lipat dibandingkan kemungkinan ia wafat karenanya. Kesadaran semacam ini seharusnya membuat kita mampu tetap berpikir positif.
Berpikir positif dalam menghadapi penyakit juga merupakan bagian dari ajaran Islam, di samping upaya lainnya untuk pencegahan dan pengobatan. Karena itu, apabila Nabi (shallallahu ‘alaihi wa sallam) menjenguk orang sakit, maka beliau mendoakan,
لا بأس طهور إن شاء الله
“Tidak mengapa, menyucikan (dari dosa-dosa), insyaallah.” [HR al-Bukhary no. 5332, dan lain-lain.]
Imam Ibnu Hajar menjelaskan,
لا بأس أي أن المرض يكفر الخطايا فإن حصلت العافية فقد حصلت الفائدتان وإلا حصل ربح التكفير وقوله طهور ... أي هو طهور لك من ذنوبك أي مطهرة
“Tidak mengapa, yaitu bahwa penyakit menghapuskan kesalahan-kesalahan. Jika ia sembuh maka ia mendapatkan dua faidah (yaitu: kesembuhan dan penghapusan kesalahan). Namun jika tidak sembuh, maka ia mendapat keuntungan penghapusan kesalahan. Adapun kata ‘thahur’ … maksudnya adalah menyucikan dari dosa-dosa.” [Ref.: Fathul-Bari, vol. X, hlm. 119.]
Ternukilkan pula dalam referensi tersebut bahwa Nabi pernah mengunjungi seorang badui yang sakit. Beliau lalu mendoakannya dengan redaksi sebagaimana di atas. Namun, yang didoakan justru menyanggah, “Anda bilang menyucikan? Bukan, itu adalah demam yang menyebabkan seorang yang tua renta (sepertiku) masuk kuburan.” Nabi menjawab, “Baiklah (apabila engkau enggan dengan ucapanku), kalau begitu (seperti dugaanmu tersebut).” Maka orang itu pun kemudian meninggal.
Disebutkan dalam hadis qudsi yang valid dan populer, bahwa Allah Ta’ala berkata,
أنا عند ظن عبدي بي وأنا معه إذا ذكرني
“Aku sesuai persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku bersamanya apabila ia menyebut-Ku.” [HR al-Bukhary no. 6970, Muslim no. 2675, dan lain-lain.]
Intinya, berpikir negatif dalam menghadapi penyakit justru menambah mudarat. Sebaliknya, berpikir positif merupakan salah satu sebab yang mengantarkan perbaikan kondisi. So, keep positive thinking!
Semoga bermanfaat. Allahu a’lam.
01/07/2021
AdniKu