๐ต ๐๐๐ฆ๐ฉ๐๐ข ๐ค๐๐ฉ๐๐ง ๐จ๐ซ๐๐ง๐ ๐ญ๐ฎ๐ ๐ฐ๐๐ฃ๐ข๐ ๐ฆ๐๐ง๐๐๐ค๐๐ก๐ข ๐๐ง๐๐ค๐ง๐ฒ๐, ๐ญ๐๐ซ๐ฎ๐ญ๐๐ฆ๐ ๐๐ง๐๐ค ๐ฒ๐๐ง๐ ๐ข๐ค๐ฎ๐ญ ๐ข๐๐ฎ๐ง๐ฒ๐ ๐ฒ๐๐ง๐ ๐๐๐ซ๐๐๐ซ๐๐ข ❓
Penjelasannya terdapat dalam kitab Hasyiyah Imam al-Bajuri:
" ุฅู ุงูููุฏ ุงููุงุฏุฑ ุนูู ุงููุณุจ ุงููุงุฆู ุจู ูุง ุชุฌุจ ูููุชู ุจู ูููู ุงููุณุจ ุจู ูุฏ ููุงู ุงูู ุฏุงุฎู ูู ุงูุบูู ุงูู
ุฐููุฑ. ููุณุชุซูู ู
ุง ูู ูุงู ู
ุดุชุบูุง ุจุนูู
ุดุฑุนู ููุฑุฌู ู
ูู ุงููุฌุงุจุฉ ูุงููุณุจ ูู
ูุนู ูุชุฌุจ ุญููุฆุฐ ููุง ูููู ุงููุณุจ "
“ Bahwa anak yang mampu menekuni pekerjaan yang layak baginya tidak berhak lagi menerima nafkah, sebaliknya ia (justru) dituntut untuk bekerja. Bahkan, ada pendapat yang mengatakan bahwa anak yang mampu bekerja ini masuk kategori anak yang kaya. Dikecualikan ketika anak yang telah mampu bekerja ini sedang mencari ilmu syara’ dan diharapkan nantinya akan menghasilkan kemuliaan (dari ilmunya) sedangkan jika ia bekerja maka akan tercegah dari rutinitas mencari ilmu, maka dalam keadaan demikian ia tetap wajib untuk dinafkahi dan tidak diperkenankan untuk menuntutnya bekerja.”
(Syeikh Ibrahim al-Bajuri, Hasyiyah al-Bajuri, juz 2, hal. 187)
Ustadz Adi Faizal
https://www.facebook.com/share/tsURmL3wF1aroLnd/?mibextid=oFDknk