Sabtu, 31 Agustus 2024

TAHQIQ HADITS TENTANG TAAT KEPADA PEMIMPIN

TAHQIQ HADITS TENTANG TAAT KEPADA PEMIMPIN 

Datang pertanyaan kepada ana dari salah satu ikhwah - hafizhahullah - melalui pesan masanger terkait hadits di bawah ini yg oleh sebagian dari kalangan harokiyyun hizbiyyun menolaknya dengan alasan dho'if, walaupun hadits tsb di keluarkan oleh Imam Muslim di dalam "Shohih"nya. Adapun teksnya sebagai berikut:

« يَكُونُ بَعْدِى أَئِمَّةٌ لاَ يَهْتَدُونَ بِهُدَاىَ وَلاَ يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِى وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِى جُثْمَانِ إِنْسٍ ». قَالَ قُلْتُ كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ قَالَ « تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلأَمِيرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ ».

“Nanti setelah aku akan ada seorang pemimpin yang tidak mendapat petunjukku (dalam ilmu, pen) dan tidak pula melaksanakan sunnahku (dalam amal, pen). Nanti akan ada di tengah-tengah mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan, namun jasadnya adalah jasad manusia. “

Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku lakukan jika aku menemui zaman seperti itu?”

Beliau bersabda, ”Dengarlah dan ta’at kepada pemimpinmu, walaupun mereka menyiksa punggungmu dan mengambil hartamu. Tetaplah mendengar dan ta’at kepada mereka”

- selesai -

Maka ana katakan - wabillahit taufiq :

Hadits diatas benar adanya di keluarkan oleh Imam Muslim di dalam "Shahih" nya melalui jalur Yahya bin Hassan, dari Mu'awiyah bin Sallam, dari Zaid bin Sallam, dari Abu Sallam Mamthur, dari Hudzaifah ibnu Yaman - radhiyallahu 'anhu. 

Ana katakan: bahwa para perawi sanad ini semuanya tsiqoh. Hanya saja perawi yg bernama Abu Sallam Mamthur, kemaushulannya di permasalahkan. 

Ad Daroquthni di dalam "al Ilzamat dan Tatabbu'"  (no. 53) nya menyatakan bahwa Abu Sallam tidak mendengar dari Hudzaifah. Dalam artian riwayatnya mursal terputus dengan Hudzaifah. 

Al Mizzi di dalam "Tahdzibul Kamal" (juz 28/6172) nya juga mengisyaratkan demikian. Begitu juga dengan al Hafizh Ibnu Hajar al Asqolani di dalam "Tahdzibut Tahdzib (juz 4/hal. 151)" menyatakan hal yg sama.

Ana katakan: Namun di sana, Abu Sallam ini memiliki mutabi' yg bernama Subayi' bin Kholid sebagaimana riwayatnya di keluarkan oleh Abu Daud (4244), Ahmad (22816), dan lainnya. Hanya saja Subayi' ini adalah perawi yg majhul hal (lihat: Tahdzibut Tahdzib, juz 1/hal. 684), sehingga riwayatnya pun dho'if. 

Kemudian al Imam Ahmad di dalam musnad (22916) nya mengisyaratkan bahwa di sana ada seorang mutabi' lagi yg dapat menguatkannya, yaitu seorang perawi yg bernama Zaid bin Wahb. Akan tetapi riwayat yg beliau sampaikan tidak ada kalimat وإن ضرب ظهرك ..., sehingga kurang tepat utk di jadikan penguat. 

Kesimpulannya: bahwa tambahan lafazh وإن ضرب ظهرك وأخذ مالك , walaupun ia dari riwayat yg mursal dho'if, namun berdasarkan hadits Subai' , kalimat tsb ada asalnya yg maushul. Walaupun maushulnya juga dho'if. Akan tetapi sebagaimana yg menjadi kaidah yg maklum, bahwa hadits dho'if dengan kedho'ifan yg ringan dapat menguatkan satu sama lainnya. Sehingga derajatnya bisa naik menjadi hasan li ghoirihi.

Tambahan:

An Nawawi di dalam "Syarah Shohih Muslim" nya menyebutkan tentang alasan Imam Muslim memasukkan riwayat tsb ke dalam kitab shohihnya, tidak lain tujuannya utk menjadi mutabi'. Yakni atas riwayat Subayi'. Hanya saja dalam hal ini, sepertinya beliau (Imam Muslim) menyelisihi apa yg beliau tetapkan sendiri di dalam muqoddimah shohihnya tentang tidak bolehnya berhujjah dengan hadits mursal. 

Akan tetapi hal ini mungkin bisa di katakan, bahwa ketidak bolehannya jika bukan sebagai mutabi', tapi utk yg berdiri sendiri. Sehingga hal tsb tidak menyelisihi apa yg beliau tetapkan di dalam muqoddimahnya - wallahu a'lam.

Kemudian yg menguatkan lafazh tsb juga, di sana terdapat hadits² yg lain yg menjelaskan akan munculnya pemimpin² yg zholim yg tidak menyayangi rakyatnya, yg mengambil hak rakyatnya, yg tidak memberikan hak rakyatnya, dan lainnya, yg memungkinkan akan adanya perlakuan seperti yg di sebutkan pada riwayat Imam Muslim yg telah lalu.. Wallahu a'lam

Syaikh al Albani di dalam "Misykatul Mashobih" (5382 - maktabah syamilah) dan "Silsilah ash Shohihah" (2739) juga mengisyaratkan akan keshohihannya. Wallahu a'lam
Abu yahya tomy