Hindari Ucapan-Ucapan yang Negatif Agar Hidup Penuh Optimis
«صحيح البخاري» (4/ 531):
• [3611] حدثنا مُعَلَّى بْنُ أَسَدٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُخْتَارٍ، حَدَّثَنَا خَالِدٌ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما، أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم دَخَلَ عَلَى أَعْرَابِيٍّ يَعُودُهُ، قَالَ: وَكَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم إذَا دَخَلَ عَلَى مَرِيضٍ يَعُودُهُ، قَالَ: "لَا بَأْسَ، طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ"، فَقَالَ لَهُ: "لَا بَأْسَ، طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ"، قَالَ: قُلْتَ: "طَهُورٌ"؟! كَلَّا، بَلْ هِيَ حُمَّى تَفُورُ - أَوْ: تَثُورُ - عَلَى شَيْخٍ كَبِيرٍ تُزِيرُهُ الْقُبُورَ، فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: "فَنَعَمْ إِذَنْ ".
Dari Ibnu Abbas, Nabi menemui seorang arab badui yang sedang sakit dalam rangka membezuknya. Adalah kebiasaaan Nabi jika membezuk orang yang sakit mengucapakan “lā ba’sa (sakit biasa saja), thahūrun insya Allah (insya Allah menjadi pembersih dosa)”. Oleh karena itu saat membezuk orang arab badui tersebut Nabi mengucapkan “lā ba’sa thahūrun insyā Allah”.
Tak disangka respon orang tersebut, “Hanya menjadi pembersih dosa?! Sama sekali tidak demikian, namun ini adalah penyakit demam dengan derajat panas yang tinggi. Demam yang dialami oleh orang yang sudah tua renta dan akan ‘mengantarkannya’ ke kuburan”. Nabi bersabda, “Iya, jika memang demikian” HR al-Bukhari no 3611.
عند الطبراني من حديث شرحبيل والد عبد الرحمن أن الأعرابي المذكور أصبح ميتا
Dalam riwayat ath-Thabarani terdapat informasi tambahan bahwa orang arab badui tersebut esok harinya meninggal dunia (Fathul Bāri 10/123).
Saat menjelaskan hadis di atas, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin mengatakan sebagai berikut:
فقال له النبي صلى الله عليه وسلم : فنعم إذا يعني لك ما قلت ، ولهذا ينبغي للإنسان ألا يطلق لسانه في الأمور التي يتشاءم منها ، كما قال الشاعر :
" احذر لسانك أن تقول فتبتلى *** إن البلاء موكل بالمنطق ".
يعني لا تقل شيئا تتشاءم به ، فإن البلاء موكل بالمنطق ، وقد روي في هذا حديث ضعيف : البلاء موكل بالمنطق .
Sabda Nabi, “Iya, jika demikian” artinya untukmu apa yang kau katakana (laka mā qulta).
Oleh karena itu tidak sepantasnya seorang melepas lisannya untuk mengucapkan hal-hal negatif yang bisa menjadi sebab bencana.
Seorang penyair mengatakan, waspadai lisanmu jangan sampai mengucapkan kata-kata negatif lantas engkau celaka # sungguh bencana itu terjadi dikarenakan ucapan.
Maksudnya jangan ucapkan kalimat-kalimat negatif yang menjadi sebab bencana karena bala’ dan malapetaka itu disebabkan kata-kata negatif. Tentang hal ini terdapat hadis dhaif yang mengatakan al-balā’ muwakkalun bil manthiqi, bencana dan malapetaka itu disebabkan kata-kata.
Sumber: https://alathar.net/home/esound/index.php?op=codevi&coid=47487
Isilah hidup dengan kata-kata positif. Optimislah memandang hidup. Hidup itu penuh warna warni yang indah jika demikian mindset di kepala kita dan ucapan lisan kita.
Hindari kata-kata negatif sehingga hidup penuh dengan kesuraman dan pesimisme. Kata-kata negatif itu ‘mengundang’ bencana dan malapetaka. Penyesalan di belakang hari itu menunggu orang yang berkata-kata negatif tentang kehidupannya.
Meski dalam derita semisal sakit jangan katakan, aku akan mati dengan sebab sakit ini. Ketika usaha sedang merugi jangan katakan, aku akan bangkrut gara-gara ini. Ketika naik mobil jangan katakan, karena sopirnya si A paling-paling nanti kita kecelakaan.
Ingat baik-baik “laka mā qulta”, untukmu apa yang kau katakan, baik positif maupun negatif!
Oleh karena itu gantilah kata-kata negatif penuh pesimis di atas dengan kata-kata positif yang membawa spirit harapan. Hati yang penuh optimisme adalah hati yang penuh kebahagiaan.
Dengan hati yang bahagia, dunia akan selalu terlihat indah dan senyum manis penuh kebahagiaan bisa selalu kita bagikan kepada orang-orang di sekeliling kita.
Semoga Allah jadikan penulis dan semua pembaca tulisan ini manusia-manusia yang berbahagia dunia dan akhirat aamiin.
Aris Munandar