BERTAMBAH ILMU
Ketika seseorang baru mendapatkan tambahan ilmu atau sedikit menguasai suatu ilmu, timbullah bibit-bibit kesombongannya. Bangkitlah sikap merendahkan dan meremehkan orang lain.
Contoh ada orang yang sudah belajar tahsin atau tajwid, ketika dia shalat dibelakang Imam, yang mungkin si Imam itu menurut anggapan dan penilaiannya makrojal hurufnya kurang pas, panjang pendeknya tidak tepat dan lain sebagainya. Selesai shalat dia pun berbicara dengan banyak orang bahwa orang itu tidak layak menjadi imam, bacaanya kacau, rusak dan banyak salahnya.
Benarkah apa yang dia perbuat? Tidak betul sama sekali dan bukan metode yang benar. Seharusnya dia mendatangi Imam tersebut secara privat, bicara baik-baik, kemudian tunjukkan sesuatu yang dianggap olehnya salah kepada sang imam. Jangan-jangan dirinya yang salah, yang keliru atau ilmunya belum nyampe.
Contoh lainnya, orang yang sudah sedikit mengetahui ilmu nahwu dan sharaf, sudah berani membicarakan kesalahan - kesalahan bacaan seorang ustadz dikhalayak ramai dengan perasaan ujub dan bangga diri.
Kalau dia langsung menghadapi ustadz tersebut, mungkin ustadz tersebut ada hujjah terhadap bacaan yang dinilai salah olehnya. Dan contoh-contoh lainnya dari bentuk perendahahan dan peremehan kepada orang lain.
Berkata Syaikh Sholih Alu Syaikh hafidzahullah :
المرء قد يزداد عنده العلم حتى تكسبه تلك الزيادة طغيانا يتعدى على غيره . [شرح الطحاوية (٤٩٩)]
"Seseorang itu kadang-kadang bertambah padanya ilmu, sampai menjadikannya dengan tambahan itu menjadi sombong (melampaui batas). Dia pun merendahkan orang lain. (Syarh Thohawiyyah 499).
AFM
https://m.facebook.com/story/graphql_permalink/?graphql_id=UzpfSTEwMDAwOTg3ODI4MjE1NTo4MDgwNDk2NDk1MzQzMDQ%3D