Sabtu, 31 Juli 2021

Kematian Lebih Dekat Kepada Manusia Daripada Angan-angannya.

Kematian Lebih Dekat Kepada Manusia Daripada Angan-angannya. 

Berangan-angan ingin mendapatkan kesenangan dan kemewahan dunia maka itulah umumnya manusia, namun jangan sampai panjangnya angan-angan melupakan diri untuk berbekal ibadah dan amal shalih. Ketahuilah bahwa ajal kematian seorang lebih dekat dan lebih cepat sampai kepadanya daripada mendapatkan angan-angannya. 

Sungguh menyedihkan seorang yang menyangka akan meraih angan-angannya, ternyata di dahului oleh kematiannya hingga akhirnya hanyalah penyesalan yang tersisa karena semasa hidup hanya sibuk mencari pencapaian angan-angannya tanpa berfikir bahwa ajal akan memutus angan-angan sedangkan bekal amal ibadah tak disiapkan untuk membahagiakan hidup setelah kematian. 

Dari Abu Sa'id Al-Khudri berkata : 
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَرَزَ بَيْنَ يَدَيْهِ غَرْزًا ثُمَّ غَرَزَ إِلَى جَنْبِهِ آخَرَ ثُمَّ غَرَزَ الثَّالِثَ فَأَبْعَدَهُ ثُمَّ قَالَ هَلْ تَدْرُونَ مَا هَذَا قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ هَذَا الْإِنْسَانُ وَهَذَا أَجَلُهُ وَهَذَا أَمَلُهُ يَتَعَاطَى الْأَمَلَ وَالْأَجَلُ يَخْتَلِجُهُ دُونَ ذَلِكَ

"Bahwasanya Nabi ﷺ menancapkan kayu di depannya kemudian menancapkan yang lain (yang kedua) di sampingnya, lalu menancapkan yang ketiga agak menjauh (dari yang kedua), kemudian beliau bersabda: "Apakah kalian tahu maksudnya ini? Para sahabat menjawab : "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu." Beliau ﷺ bersabda : "Ini adalah manusia (kayu pertama di depannya) dan ini ajalnya (kayu kedua sebelah kanannya), sedang yang ini (kayu ketiga yang paling jauh) adalah angan-angannya, ia ingin mengambil angan-angannya, sedangkan ajalnya menariknya ketika hampir mendapatkan angan-angannya." (HR. Ahmad) 

Silahkan berangan-angan namun jangan lupakan beribadah dan beramal kebaikan karena itulah bekal setelah kematian. 

Wallahu A'lam 

Penulis : 
Bang AAR  

Divsos Ribath
Masjid An Nasai
Ma'had An Nasa'i
Lazis Annasai
An-Nasa'i Mart

maksiat menutup pintu pintu Rahmat baginya

Ada 5 sifat anak kecil, andaikan 5 sifat itu di miliki oleh orang dewasa dalam mensikapi ketentuan Allah terhadapnya... maka mereka akan menjadi waliyyullah;

Ada 5 sifat anak kecil, andaikan 5 sifat itu di miliki oleh orang dewasa dalam mensikapi ketentuan Allah terhadapnya... maka mereka akan menjadi waliyyullah;

*1- Anak kecil tidak pusing memikirkan rizkinya.*
*2- Anak kecil tidak pernah mengeluhkan Allah, jika mereka sakit.*
*3- Anak kecil selalu kumpul makan bersama.*
*4- Anak kecil jika merasa takut, dia akan menangis.*
*5- Anak kecil jika bertengkar, mereka cepat damai dan baikan.*

(Syekh Mutawallii asy-Sya'raawi rahimahullah)
Ustadz Amiruddin

MEREKA MERASA DI ATAS PETUNJUK

MEREKA MERASA DI ATAS PETUNJUK

Semua ahlul bid'ah, beragama mereka hanya mengikuti hawa nafsunya, perasaannya dan akalnya. Kalau sesuai dengan hawa nafsunya, akalnya dan perasaannya, maka mereka ikuti, jika tidak, maka mereka tidak mengikuti. 

Mereka mengira bahwasanya mereka di atas petunjuk, padahal mereka manusia yang paling sesat. 

Berkata Al Imam Asy Syathibiy rahimahullah :

المبتدع قدم هوى نفسه على هدى ربه، فكان أضل الناس وهو يظن أنه على هدى. (الاعتصام : ٦٨)

Mubtadi itu mendahulukan hawa nafsunya atas petunjuk Rabbnya, maka dia menjadi manusia yang paling sesat, walaupun dia mengira bahwa dirinya diatas petunjuk (kebenaran). (Al I'tisham : 68).
Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah :

ولو أن الإنسان فيما يتقرب به إلى الله اتبع ذوقه أو اتبع رأيه لأصبح بلا دين؛ لأنه إنما يتبع هواه.

"Seandainya seseorang ketika beribadah mengikuti perasaannya atau mengikuti pendapatnya, niscaya dia tidak terikat lagi dengan agama, karena dia hanyalah mengikuti hawa nafsunya." (Al-Liqa'us Syahry, no. 40).

Berkata Syeikh Al-Albani rahimahullah :

الدين ليس بالعقل ولا بالعاطفة إنما بإتباع أحكام الله في كتابه وأحكام رسوله في سنته وفي حديثة (سلسلة الهدي والنور٥٣٠).

Agama itu bukan dengan akal dan bukan dengan perasaan, akan tetapi dengan mengikuti hukum-hukum Allah di dalam kitab-Nya, dan hukum-hukum rasul-Nya di dalam sunnahnya, dan di dalam haditsnya. (Kaset Silsilah Al Huda Wannur No 530).

AFM

apabila Allah menghendaki kebaikan

galau sedih lapar dan bergadang

orang yg berbicara sesuatu bukan pada bidangnya akan mendatangkan keanehan keanehan

Tentang Al-ustadz Dzulqarnain Muhammad Sanusi -Hafidzohullah- :

Tentang Al-ustadz Dzulqarnain Muhammad Sanusi -Hafidzohullah- :

Ana mengetahui beliau ketika Ana duduk di kelas 1Im alirsyad Salatiga, dan Ana sering datang ke kajian beliau di masjid jajar Solo, bahkan ketika kbm berjalan pun Ana sempatkan izin tidak masuk kelas krn ingin mengikuti dauroh beliau, akan tetapi masyallah ust-ust Ana di pondok mengizinkan Ana tidak masuk kelas.

Ketika ana bermagkat ke Yaman tahun 2014 Ana sering mendengar nama beliau di sebut-sebut oleh penduduk Yaman yang pernah belajar di dammaj sa’dah, beliau terkenal dengan kesungguh-sungguhan didalam menuntut ilmu dan selalu di sebut-sebut nama beliau oleh syaikh muqbil (cerita teman di Yaman).

Dan sekarangpun Ana belajar kepada syaikh Umar algharib dan beliau juga kenal dengan sosok dzulqrnain orang yang pintar dan paling giat didalam menuntut ilmu agama.

Ketika Ana lihatin foto ustadz dzulqarnain beliau berkata : masyallah beda sekali sekarng beliau, dahulu ketika belajar di Yaman dammaj beliau sangat kurus.

Dan begitu juga ketika Ana sedang diperjalanan sedang menunggu angkot, ada sebuah mobil menghampiri Ana, dan berkata : اطلع masuk, beliau bertanya mau ke mana? Ana mau Ke terminal, dan kemudian Ana di antar ke terminal, di tengah perjalanan beliau bertanya : dari mana? Ana jawab dari Indonesia, oh belajar di mana? Ana belajar dengan syaikh Umar, muridnya syaikh muqbil -Rahimahullah-, langsung ketika itu beliau bertanya kepada Ana, kenal dzulqarnain? Yg dulu di dammaj? Ana jawab : iya Ana kenal, lah kok antum kenal beliau? Beliau berkata : Dahulu dia teman Ana di dammaj, oh begitu mashallah, kemudian beliau memberikan kepada Ana kartu nama, rupanya beliau seorang dokter spesialis di rumah sakit hadromaut, dan beliau juga menceritakan tentang kesungguh-sungguhan Dzulqarnain didalam menimba ilmu.
Ustadz Sony Abdi Abdillah 
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=688538568151653&id=100009865470755

SYUBHAT PALING LUCU "ANTI MAHDZAB"

SYUBHAT PALING LUCU "ANTI MAHDZAB" 

Sejak dahulu hingga sekarang syubhat yang digulirkan oleh ahli bid'ah bahwa dakwah salafiah anti madzhab. Dakwah salafiah berprinsip bahwa madzhab empat yang ada adalah metode untuk memahami hukum fikih berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah, Ijma' dan Qiyas. 

Sedangkan para imam madzhab empat tersebut, dan bahkan seluruh ulama Islam tidak ma'shum sebagaimana penjelasan Imam Syafi’i, Tidaklah seorang ulama mana pun melainkan ada sunnah yang belum sampai kepadanya. Pendapatku mana saja yang telah aku sampaikan dan kaidah mana pun yang telah aku tetapkan bertentangan dengan hadits dari Rasulullah maka pendapat yang benar adalah yang datang dari Rasulullah sallallahu alaihi wasallam (al-Baihaqi, Manaqib Imam Syafi’i). 

Mengikuti madzhab terutama madzhab empat diperlukan karena tidak semua kasus hukum tersedia secara tekstual, rinci dan detail  dalam al-Qur'an dan as-Sunnah. Nash Agama rata-rata meletakkan landasan dasar, kaidah dan pedoman umum. Adapun penerapan pada per kasus diserahkan pada para ulama mujtahid. Para ulama berijtihad dengan membandingkan kasus hukum yang tidak tersedia nashnya secara tekstual dengan hukum yang telah tersedia nashnya secara tekstul, karena adanya kesamaan 'illah (alasan hukum). Oleh karena itu, qias menjadi sumber penetapan hukum keempat setelah al-Qur'an, Hadits dan Ijma'. 

Dengan demikian, dakwah salafiah yang diberkahi oleh Allah tidak anti madzhab, namun dakwah salafiah melarang sikap fanatik kepada ulama madzhab apalagi kepada para kiai lokal, menjadikan madzhab sebagai agama, dan taklid buta dalam mengambil pendapat para imam madzhab tanpa mengukur dengan nash-nash yang ada dalam al-Qur'an dan Hadits. 

Adapun mengambil faedah dari para ulama terutama para imam madzhab empat yang sesuai dengan dalil, mempelajari usul fikih dan kaidah fikih mereka untuk memahami nash-nash agama atau menggunakan penjelasan mereka untuk memahami suatu ayat atau hadits yang musykil (samar) maka demikian itu sangat dianjurkan apalagi bagi kalangan awam.

Zainal Abidin Syamsuddin

Peran seorang Ibu yg sholehah dalam mendidik anak dan mencetak kader ulama .

Peran seorang Ibu yg sholehah dalam mendidik anak dan mencetak kader  ulama .

Berkata Imam Ahmad - Alloh Merahmati nya- :" ibuku mengajariku hapal quran ketika saya berumur 10 tahun, dan ibuku membangunkan aq sebelum subuh, dan memanaskan air buat wudhu ku ketika malam2 yg dingin di Baghdad , dan menyediakan pakaian buatku, kemudian ibuku memakai kerudung/ jilbab nya dan hijab nya, lalu mengantarkan aku ke masjid, karena masjid nya jauh dan jalanan masih gelap"
Penerjemah ustadz abu sa'dy

Penuntut ilmu harus kenal dengan Al-imam Syeikh Al-syafi'iyyah Fi Zamanih Tajuddin Al-fazari ‎(690ت) ‏yang dikenali dengan laqab Al-firkah.

Penuntut ilmu harus kenal dengan Al-imam Syeikh Al-syafi'iyyah Fi Zamanih Tajuddin Al-fazari (690ت) yang dikenali dengan laqab Al-firkah.

Beliau merupakan pemuka mazhab syafie di zamannya di Syam. Diantara guru beliau yang utama ialah Imam Ibn Al-solah dan Sultan Al-ulama' Al-'izz Bin Abdul Salam. 

1)Pujian Para Ulama' Terhadap Beliau 

Kata Imam Ibn Kathir tentang beliau:

العلامة، شيخ المذهب على الإطلاق في زمانه

(Al-'allamah, Syeikhul Mazhab di zamannya tanpa perbincangan) 

Kata Imam Al-dzahabi tentang beliau:

الإمام فقيه الشام شيخ الإسلام، كبير الشافعية و تخرج به الأئمة

(Imam, faqih al syam, Syeikhul islam, tokoh besar di kalangan Syafi'iyyah, ramai para imam yang lahir hasil dari didikan beliau) 

Kata Imam Al-subki:

فقيه أهل الشام، كان إماما مدققا نظارا

(Faqih Ahli Al-syam, seorang imam yang amat teliti dan mahir di dalam ilmu-ilmu aqliyyat) 

Kata Imam Al-sofadi:

العلامة الإمام، مفتي الإسلام، فقيه الشام،.... انتهت إليه رئاسة المذهب

(Al-'allamah Al-imam, Mufti Al-islam, Faqih Al-syam, padanya berhenti kemuncak ketokohan di dalam mazhab Al-syafie)

2)Diantara penulisan beliau yang sampai pada kita di zaman kini ialah:

A)Syarh Al-waraqat, antara syarah paling awal untuk matan Al-waraqat dan ianya sentiasa dijadikan rujukan ulama' selepas beliau. 

B)Al-iqlid Li Dar' Al-taqlid, kitab yang agung yang menghuraikan al-tanbih oleh imam Al-syirazi. Bahkan beliau menulis huraian itu dengan nafas seorang mujtahid yang membahaskan dalil-dalil dan qaul para ulama' syafi'iyyah sebelumnya. 

C)Ghayah Al-sul Fi Makrifah Ilm al-usul

Kitab yang sangat penting yang mana beliau menjelaskan pegangan akidah beliau yang selari dengan akidah ahli sunnah wa al-jammah. 

3)Hubungan Beliau Dengan Syeikhul Islam Ibn Taimiyyah 

Ramai yang tidak tahu bahawa Imam Tajuddin Al-fazari adalah diantara guru Ibn Taimiyyah. Syeikhul Islam belajar dengan beliau kitab Sahih Al-bukhari. 

Bahkan Imam Tajuddin Al-fazari amat menghormati dan menyayangi Syeikhul Islam. 

Kata imam Al-dzahabi:

كان يبالغ في تعظيم الشيخ تقي الدين ابن تيمية 

(Imam Al-fazari ini selalu mengagung agungkan Ibn Taimiyyah) 

Bahkan menurut imam Al-dzahabi dan Imam Ibn Kathir, ketika Ibn Taimiyyah mula membuka majlis. Antara orang yang hadir majlisnya ialah imam Tajuddin Al-fazari, sedangkan Al-fazari ialah guru beliau bahkan telah mencapai darjat Syeikh Al-syafi'iyyah. Sehinggakan Al-fazari mencatat nota dan menyukai dengan faedah yang beliau dapat dari Syeikhul Islam yang ketika itu baru berumur 21 tahun. 

Selepas pemergian Imam Tajuddin Al-fazari, yang menjadi Syeikh Al-syafi'iyyah di zamannya pula ialah Imam Syarafuddin Al-maqdisi. Di mana beliau juga menyayangi Ibn Taimiyyah. Bahkan beliau lah diantara yang mengizinkan Ibn Taimiyyah untuk berfatwa hinggakan beliau selalu berbangga "sayalah yang izinkan Ibn Taimiyyah untuk berfatwa". 

Apabila berlaku mehnah awal berkaitan permasalahan akidah yang melibatkan Ibn Taimiyyah pada tahun (690H) Imam Syarafuddin Al-maqdisi ini dan sahabatnya Qadhi Al-qudhah Syihabuddin Al-khuyii lah yang menyatakan sokongan terhadap akidah Ibn Taimiyyah. Sehingga Qadhi Al-qudhah Syihabuddin berkata:

 أنا على اعتقاده
(Saya diatas akidah yang sama dengan Ibn Taimiyyah). 

Begitulah sedikit sebanyak kisah-kisah menarik berkaitan para imam kita. Moga Allah rahmati mereka semua dan mengumpulkan kita bersama mereka di syurga kelak. Amiin
Ustadz Abdul Aziz 

WALI ALA SUFIDalam dunia tasawwuf, dikenal tingkatan:• Syariat• Hakikat• Ma’rifat

WALI ALA SUFI

Dalam dunia tasawwuf, dikenal tingkatan:
• Syariat
• Hakikat
• Ma’rifat

• Di peringkat syariat, mereka yang masih terikat dengan tuntunan syari’at, tingkatan awam.
• Apabila sudah sampai ke tahap peringkat hakikat, syariat tidak perlu syariat lagi.
• Jika telah sampai derajat kewalian maka pelanggaran syariat tidak boleh dikritik lagi, karena sudah lain tingkatan.

Maka jangan aneh kalau orang gila pun bisa di anggap wali, karena standar wali sudah tidak jelas lagi. Beda dengan standar islam dan Nabi, wali itu setiap yang beriman dan bertaqwa, semakin tinggi derajat kewalian semakin ketat terikat dengan syariat, dan wali  yang paling sempurna adalah Rasulullah sahallallahu 'alaihi wa sallam karena beliau lah yang paling bertaqwa dan paling terikat dengan syariat.

Faedah Kajian Kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah.
Disampaikan oleh Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A hafizahullahu ta'ala

⁣____________
Follow @ustadzafifi⁣
Follow @ustadzafifi⁣
Follow @ustadzafifi⁣
#posterdakwahsunnah #posterdakwah #galeriposterdakwah #bikinposterdakwah #dakwahsunnah #dakwahsalaf #ikhwansunnah #ikhwansalaf #akhwatsunnah #akhwatsalaf #muslimahberhijrah #pemudahijrah #pemudasunnah #dakwahislam #dakwahtauhid #ustadzafifi #afifiabdulwadud

Metode Ulama dalam Meraih Ilmuمنهج العلماء في تحصيل العلمRingkasan Kajian bersama Syaikh. ‏Dr. ‏Utsman Khomis Hafidzahullahu Ta'ala ‎(Salah satu Ulama Besar Kuwait)

✍️Metode Ulama dalam Meraih Ilmu
منهج العلماء في تحصيل العلم

Ringkasan Kajian bersama Syaikh. Dr. Utsman Khomis Hafidzahullahu Ta'ala (Salah satu Ulama Besar Kuwait)

Oleh : Abu Yusuf Akhmad Ja'far, Lc 

Part 2

Diceritakan bahwa Imam Az-Zuhri Rahimahullah Ta'ala menemui Khalifah Abdul Malik bin Marwan, lalu Khalifah bertanya : Anda datang darimana? 
Maka dijawab : Aku datang dari Mekkah
Khalifah bertanya lagi: Siapa Ulama Mekkah saat ini? 
Maka dijawab : Atha bin Abi Robah 
Khalifah bertanya lagi : Beliau dari Bangsa Arab (bangsawan) atau Budak? 
Maka dijawab : Beliau dari kalangan Budak 
Ditanya lagi : Dengan apa dia bisa memimpin (menjadi ulama)? 
Maka dijawab : Dengan Ilmu Agama

Allah Ta’ala berfirman :
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
"Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu." (QS. Al-Hujurat :  13)

Lalu Khalifah bertanya tentang Ulama dibeberapa tempat, disebutkanlah beberapa ulama yang dari kalangan mawali (keturunan budak), semisal Hasan Al-Basri, Thowus bin Kaisan, Yazid BIN Abi Habib dan yang lainnya. 

Lalu sampai pada pertanyaan, siapa ulama kufah? Dijawab : Ibrahim An-Nakhoi
Khalifah bertanya lagi, apakah dari Arab atau Budak? Kalau beliau dari Bangsa Arab. 

Khalifah mengatakan : Di Negeri Kufah ini tidak akan mungkin  Mawali (Budak) memimpin orang Arab. 

Imam Az-Zuhri menjawab : Wahai Khalifah, ini adalah agama Allah, barangsiapa yang menjaga Agama maka dia berhak menjadi pemimpin (ulama). 

Syaikh Utsman Khomis membacakan sebuah Syair :

ما الفخر إلا لأهل العلم إنهم * على الهدى لمن استهدى أذلاء

وقد كل امرئ ما كان يحسنه * والجاهلون لأهل العلم أعداء

ففز بعلم تعش حيا به أبدا * الناس موتى وأهل العلم أحياء

"Kebanggaan hanya untuk mereka yang berilmu, mereka adalah petunjuk bagi siapa yang memintanya".

"Harga diri itu terletak pada tingkah lakunya yang baik. Orang-orang bodoh adalah musuh bagi mereka yang berilmu".

"Raihlah kemenangan dengan ilmumu, niscaya hidupmu akan kekal. Semua manusia akan mati, sedangkan orang berilmu hidupnya abadi".

Berikut ini adalah Metode yang harus dilakukan agar mendapat Ilmu :

1. إخلاص النية لله تبارك و تعالى
-Ikhlas karena Allah Ta’ala 

Banyak di antara Para ulama memulai tulisannya dengan Hadist Nabi Muhammad salallahu alaihissalam : 
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَِى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا، أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ 
“Amalan-amalan itu hanyalah tergantung pada niatnya. Dan setiap orang itu hanyalah akan dibalas berdasarkan apa yang ia niatkan. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya keapda Allah dan Rasul-Nya. Namun barang siapa yang hijrahnya untuk mendapatkan dunia atau seorang wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia niatkan tersebut.”(HR. Bukhari dan Muslim) 

Imam Nawawi memulai Kitab Riyadhus Sholihin, Al-Adzkar dengan hadits ini. 

Abdurrahman bin Mahdi berkata : 
لو صنفتُ كتابا في الأبواب لجعلت حديث عمر بن الخطاب في الأعمال بالنيات في كل باب
 "Kalau aku menulis sebuah kitab dalam bentuk bab-bab, maka akan aku jadikan Hadits niat (yang diriwayatkan Umar bin Khattab) di setiap babnya". 

Imam Ahmad bin Hanbal berkata :
قالوا: وكيف تصح النية يا أبا عبد الله؟ قال: ينوي رفع الجهل عن نفسه وعن غيره

“Ilmu itu tidak dapat ditandingi oleh amalan apapun bagi orang yang niatnya benar (dalam menuntut ilmu).” Mereka bertanya, “Bagaimana benarnya niat wahai Abu Abdillah?” Beliau menjawab, “Seorang yang menuntut ilmu itu meniatkan untuk mengangkat kebodohan dari dirinya dan dari orang lain.”

Artinya adalah untuk :
- Beramal dengan ilmu
- Mendakwakan Ilmu kepada manusia

Abu Yusuf murid Abu Hanifah berkata :
يا قوم، أريدوا بعلمكم الله؛ فإني لم أجلس مجلسا قط أنوي فيه أن أتواضع إلا لم أقم حتى أعلوهم، ولم أجلس مجلسا قط أنوي فيه أن أعلوهم إلا لم أقم حتى أفتضح”
 "Wahai Kaum, Inginkanlah hanya Allah Ta'ala dengan ilmu kalian, karena sesungguhnya aku tidak duduk pada satu majlis sama sekali yang aku berniat didalamnya untuk tawadhu' kecuali aku tidak akan berdiri sehingga mengalahkan mereka, dan aku tidak akan duduk di satu majlis sama sekali yang aku niatkan didalamnya untuk mengalahkan mereka kecuali aku tidak berdiri sehingga aku dilecehkan"

Inilah pentinya sebuah niat yang benar. 

2. تقوى الله سبحان الله 
-Taqwa Kepada Allah Ta’ala 

Imam Syafi'i pernah berkata : 
شكوت إلى وكيع سوء حفظي … فأرشدني إلى ترك المعاصي
وقال اعلم بأن العلم نور … ونور الله لا يهداه لعاصي

“Aku pernah mengadukan kepada Guru ku Imam Waki’ akan buruknya hapalanku,
maka beliau membimbingku untuk meninggalkan maksiat,

Dan beliau mengabarkan kepadaku bahwa ilmu itu adalah cahaya,
dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat.”

3. العمل بالعلم
-Beramal dengan Ilmu

 Kita belajar sebuah ilmu, maka kita harus berusaha untuk mengamalkan ilmu tersebut. 

Ali bin Abi Thalib berkata : 
"يهتف العلم بالعمل، فإن أجابه وإلا ارتحل"
"'Ilmu itu menghubungi (berbisik) kepada 'amal. Jika 'amal menjawabnya, ia akan bertahan. Jika tidak, 'ilmu akan pergi"."

Di antara petunjuk salaf, Sebagaimana dikatakan oleh Sufyan Tsauri, Ahmad bin Hanbal 
ما علمت السنة إلا أعمل بها 
" Tidaklah aku mengetahui suatu sunnah (ibadah-ibadah sunnah) kecuali aku mengamalkannya"

Imam Syafi'i pernah mengatakan :
ليس العلم ما حفظ، و لكن العلم ما نفع 
"Ilmu itu bukan hanya dihafal, akan tetapi ilmu yang sebenarnya adalah yang bermanfaat (berbuah amal)" 

Imam Ahmad bin Hanbal berkata :
أصل العلم الخشية, أي خشية الله
"Pokok sebuah ilmu adalah menumbuhkan rasa takut kepada Allah" 

Sufyan Tsauri ditanya:
طلب العلم أحبّ إليك أو العمل؟ فقال: " إنما يراد العلم للعمل، فلا تدع طلب العلم للعمل، ولا تدع العمل لطلب العلم " .
 “Manakah yang paling kamu sukai, menuntut ilmu atau mengamalkannya?”, beliau menjawab: “Sesungguhnya ilmu dituntun agar diamalkan maka janganlah meninggalkan menuntut ilmu untuk beramal dan jangan tinggalkan amal untuk menunut ilmu.” 

4. الصبر و التحمل
- Sabar dalam Menuntut Ilmu

Ibnu Abbas bertaka : 
لما قبض رسول الله صلى الله عليه وسلم قلت لرجل من الأنصار: هلم فلنسأل أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم فإنهم اليوم كثير"،

 فقال: واعجباً لك يا ابن عباس، أترى الناس يفتقرون إليك وفي الناس من أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم من فيهم، 

قال:" فتركت ذاك وأقبلت أسأل أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم، وإن كان يبلغني الحديث عن الرجل فآتي بابه وهو قائل فأتوسد ردائي على بابه يسفي الريح علي من التراب فيخرج فيراني"، فيقول: يا ابن عم رسول الله صلى الله عليه وسلم ما جاء بك؟ هلا أرسلت إلي فآتيك؟ فأقول: "لا، أنا أحق أن آتيك" قال: فأسأله عن الحديث، فعاش هذا الرجل الأنصاري حتى رآني وقد اجتمع الناس حولي يسألوني، 

فيقول:" هذا الفتى كان أعقل مني 

Ketika Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam telah wafat, saya berkata kepada salah seorang dari kaum Anshor : Kemarilah, mari kita bertanya kepada para sahabat Nabi sallallahu 'alaihi wasallam, jumlah mereka sekarang banyak.

Lalu orang tadi berkata: 'Aneh sekali kamu ini, Tidakkah kamu tahu bahwa justru merekalah yg membutuhkan kamu. 

Ibnu Abbas berkata : Maka orang tersebut membiarkan panggilanku, sementara saya selalu bertanya dan bertanya. Jika saya memperoleh informasi bahwa ada suatu hadits pada seseorang, maka segera saya datangi pintu rumahnya. 

Kata Ibnu'Abbas : '-Suatu saat- pernah saya menjadikan selendangku untuk bantal di depan pintu rumahnya, angin berhembus sampai debu mengenai wajahku, kemudian ia keluar dan melihatku' , lalu berkata:
'Wahai Anak Paman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, apa yg membuatmu datang (kesini)?
Mengapa tidak kamu utus seseorang lalu saya yang menemuimu?', saya menjawab: 'Tidak, saya lebih layak untuk menemuimu lalu saya menanyakannya tentang suatu hadits. 'Orang Anshor -yang pernah saya ajak- tersebut masih hidup hingga ia melihatku dalam keadaan orang banyak berkumpul disekitarku untuk bertanya -menggali ilmu-', maka orang tersebut berkata:
'Pemuda ini memang lebih cerdas dibandingkan saya'.

Lihat bagaimana kesabaran Ibnu Abbas dalam Menuntut ilmu hingga menjadi orang yang mulia. 

5. الإكثار من السؤال 
- Senantiasa bertanya tentang Ilmu

Mujahid berkata : 
لاَ يَتَعَلَّمُ الْعِلْمَ مُسْتَحْيٍ وَلاَ مُسْتَكْبِـرٌ.
Artinya : “Orang yang malu dan orang yang sombong tidak akan mendapatkan ilmu.”

Ibunda Aisyah berkata :
نِعْمَ النِّسَاءُ نِسَاءُ الأَنْصَارِ لَمْ يَكُنْ يَمْنَعُهُنَّ الْحَيَاءُ أَنْ يَسْأَلْنَ عَنِ الدِّينِ وَيَتَفَقَّهْنَ فِيهِ”

“Sebaik-baik perempuan adalah perempuan dari kaum Anshar, rasa malu tidak pernah mencegahnya untuk bertanya tentang urusan agama dan mempelajarinya “

6. التواضع في طلب العلم
- Tawadhu dalam Menuntut ilmu, memiliki sifat rendah hati. 

Imam Malik Rahimahullah menulis surat untuk Khalifah Ar-Rasyid: 
إذا علمت علماً فليُرَ عليك أثره وسكينته وسمته ووقاره وحلمه"
"Apabila engkau telah mengetahui suatu ilmu, maka hendaknya terlihat padamu : pengaruhnya, ketenangan karenanya, keindahannya dan kehormatannya serta kemurahan hati -yang dilahirkannya-"

Imam Syafi'i berkata : 
لا يطلب أحد هذا العلم بالملك وعز النفس فيفلح، ولكن من طلبه بذلّ النفس وضيق العَيش وخدمة العلماء أفلح"
"Tidaklah seseorang menuntut ilmu agama ini dengan kekuasaan dan kedudukan dirinya lalu berhasil -mendapatkannya-, akan tetapi barangsiapa yang mencarinya dengan merendahkan diri dan kesempitan hidup serta menjadi pelayan ulama maka dia akan berhasil -mendapatkan apa yang dia cari-"

Bersambung......

Mungkin memang banyak kita temukan fenomena seorang yang berfatwa padahal belum mempunyai perangkat untuk ijtihad yang komplit, atau bisa dikatakan memang yg bersangkutan bukan mujtahid.. Akhirnya ijtihad yg dia keluarkan adalah ijtihad yg qashir, atau memiliki kecacatan...

Mungkin memang banyak kita temukan fenomena seorang yang berfatwa padahal belum mempunyai perangkat untuk ijtihad yang komplit, atau bisa dikatakan memang yg bersangkutan bukan mujtahid.. 
Akhirnya ijtihad yg dia keluarkan adalah ijtihad yg qashir, atau memiliki kecacatan...
Biasanya fenomena seperti ini salah satu sebabnya adalah yg bersangkutan tidak mawas diri bahwa dia belum dalam ranah mujtahid, tapi sudah merasa mencapai martabah itu.. 

Nah, pengen tanya solusinya ustadz, untuk di era sekarang, terutama lingkup nasional, seorang dikatakan telah mencapai derajat ijtihad itu indikatornya apa,,  dan siapa yang berhak menetapkan bahwa fulan mujtahid ataukah bukan, atau adakah lembaga khusus atau personal yang memiliki Otoritas untuk menentukan hal tersebut..? 

Baarakallahu fiikum
Ustadz Ali Hasan Bawazier 

Jika menoleh kitab² ulama terdahulu, maka urusan fatwa akan dialihkan pada ulama yang memiliki kompetensi dan kredibilitas serta populer dengan fiqh dan mahir serta cakap dalam kaedah² istimbath.

Jika menoleh kitab² ulama terdahulu, maka urusan fatwa akan dialihkan pada ulama yang memiliki kompetensi dan kredibilitas serta populer dengan fiqh dan mahir serta cakap dalam kaedah² istimbath. 

Adapun dimasa kini, manhaj yang seharusnya menjadi pegangan ini, malah  tidak diindahkan. Sehingga wajar, jika siapa saja bisa mengeluarkan fatwa, terlepas apakah ia memiliki alat atau tidak, karena yang terpenting menurutnya adalah dalil. Padahal dalil dan hukum ini perlu ada peran ketiga yang mengintegrasikannya, yaitu mujtahid.

Lalu mujtahid ini memerlukan beberapa syarat yang mesti dipenuhi didalam melakukan proses nadzor sehingga bisa sampai kepada hukum yang diharapkan :
Pertama: pelaku mesti memiliki komponen ijtihad yang komplit
Kedua : mesti objek yang dikaji adalah dalil bukan syubhat
Ketiga : memenuhi semua syarat² pendalilan, serta meletakkan dalil sesuai dengan tingkatannya. 

Hal ini yang dikemukakan oleh Abu Ishaq dalam luma' dan syarahnya. 

Sedangkan  at tilmisāny dalam "miftāhul wushul" menyebutkan kriteria sebuah dalil yang layak digunakan, mesti memiliki beberapa kriteria:
Pertama: memiliki validitas
Kedua: dipastikan dilalahnya  harus jelas dan terang pada sebuah objek
Ketiga: dalil tersebut mesti tsabit (eksis) tidak mansukh.
Keempat: memastikan tidak ada dalil lain yang menyelisihinya.

Nah inilah secara garis besar persyaratan yang diperlukan, baik persyaratan yang kembali pada pelaku yaitu mustadil  (dalam hal ini adalah mujtahid) atau kepada dalil itu sendiri. Karena jika dirinci setiap point diatas, akan memerlukan kitab tersendiri. 

Terakhir, Sudahkan hal ini terwujud pada kiyai, ustadz, syaikh, tuan guru anda?..
Lalu bagaimana anda tahu hal ini terwujud jika anda bukan bagian dari ahlinya. 
Oleh karenanya, benar kata ahli hikmah:
لا يعرف الفضل لأهل الفضل إلا ذو الفضل
Ustadz abu fadhlullah


Mungkin memang banyak kita temukan fenomena seorang yang berfatwa padahal belum mempunyai perangkat untuk ijtihad yang komplit, atau bisa dikatakan memang yg bersangkutan bukan mujtahid.. 
Akhirnya ijtihad yg dia keluarkan adalah ijtihad yg qashir, atau memiliki kecacatan...
Biasanya fenomena seperti ini salah satu sebabnya adalah yg bersangkutan tidak mawas diri bahwa dia belum dalam ranah mujtahid, tapi sudah merasa mencapai martabah itu.. 

Nah, pengen tanya solusinya ustadz, untuk di era sekarang, terutama lingkup nasional, seorang dikatakan telah mencapai derajat ijtihad itu indikatornya apa,,  dan siapa yang berhak menetapkan bahwa fulan mujtahid ataukah bukan, atau adakah lembaga khusus atau personal yang memiliki Otoritas untuk menentukan hal tersebut..? 

Baarakallahu fiikum
Ustadz setia Setiawan 

sabar iftirori dan sabar iktiyari

Nabi Yusuf alaihisalam menurut para ulama ujian nya sangat berat waktu di uji di hadapan istri pejabat kerajaan waktu itu karena ini jenis sabar iktiyari bisa meninggalkan maksiat atau melakukan maksiat ( ini ujian yg sangat berat ) daripada ujian nabi Yusuf alaihi salam waktu di masukan di dalam sumur karena jenis ini sabar iftirori sabar karena memang tidak ada nya pilihan 
Ustadz Dr firanda andirja Ma 
Kajian tematik sabar menghadapi ujian zaman now 
https://www.facebook.com/1788725267/posts/10216208860572734/

Ijin brtnya mengenai jari tlunjuk gerak2 di saat dduk tahiyat , apkah ada pnjelasannya ? Barakallahu fiikum (afwan ana awam dgn hal tsb )

Pertanyaan : Assalamualaikum  ustadz 
Bismillah smoga Allah merahmati dan memberkati umur antum. Ijin brtnya mengenai jari tlunjuk gerak2 di saat dduk tahiyat , apkah ada pnjelasannya ? Barakallahu fiikum (afwan ana awam dgn hal tsb )
Jawaban : 
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته 

Ya, menurut suatu pendapat memang demikian. 

Khotib Syirbini rahimahullohu ta'ala dalam Mughnil Muhtaj 

وَقِيلَ: يُحَرِّكُهَا؛ لِأَنَّ وَائِلَ بْنَ حُجْرٍ رَوَى أَنَّ النَّبِيَّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - كَانَ يَفْعَلُهُ،
*Dan menurut suatu pendapat adalah menggerak-gerakkannya karena Wail bin Hujr radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwa Nabi shalallahu alaihi wassalam melakukan itu.*

🔵 Namun yang mu'tamad dalam madzhab Syafi'i rahimahullohu ta'ala adalah tidak menggerakkannya. Dalam Minhajut Tholibin dan Mughnil Muhtaj 

 (وَلَا يُحَرِّكُهَا) عِنْدَ رَفْعِهَا؛ لِأَنَّهُ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - كَانَ لَا يَفْعَلُهُ. رَوَاهُ أَبُو دَاوُد مِنْ رِوَايَةِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ
*Dan tidak menggerak-gerakkannya ketika mengangkatnya karena Nabi shalallahu alaihi wassalam tidak melakukan itu. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari riwayat Abdullah bin Zubair.*

Baihaqi mengatakan bahwa dua hadis itu sama-sama shahih.

➡️ Hanya memang ulama Syafiiyah mengedepankan hadis yang tidak menggerak-gerakkannya karena alasan, di antaranya tidak banyak gerak saat shalat.
Seandainya menggerak-gerakkannya pun tidak membatalkan shalat, tapi makruh menurut madzhab.

Wallohu a'lam

Grup wa fiqh Syafi'i 

Aku mendengar Ka'b berkata kepada Ibnu Abbas rodhiyallohu anhuma: "Jika engkau melihat wabah telah menyebar ketahuilah bahwa pertanda zina telah menyebar."

🌿Dari Ikrimah ia berkata: 
"Aku mendengar Ka'b berkata kepada Ibnu Abbas rodhiyallohu anhuma: "Jika engkau melihat wabah telah menyebar ketahuilah bahwa pertanda zina telah menyebar."

📚Al Hilyah 7678

Para ulama yang berbeda denganmu bukan menyelisihi dalil, tapi boleh jadi dalil yang mereka gunakan lebih dari satu, dua, atau tiga dalil yang mereka kompromikan sehingga menghasilkan fatwa yang menurutmu menyelisihi dalil.

Para ulama yang berbeda denganmu bukan menyelisihi dalil, tapi boleh jadi dalil yang mereka gunakan lebih dari satu, dua, atau tiga dalil yang mereka kompromikan sehingga menghasilkan fatwa yang menurutmu menyelisihi dalil.
Ustadz Ristiyan Ragil 

Seorang guru jangan pernah pelit dengan kata kata penyemangat. Sebab bisa jadi dengan kata kata itu, akan melahirkan seorang yang besar di kalangan kaum muslimin.

Seorang guru jangan pernah pelit dengan kata kata penyemangat. Sebab bisa jadi dengan kata kata itu, akan melahirkan seorang yang besar di kalangan kaum muslimin. 

Ketika adz Dzahabi belajar, Imam Al Barzali berkata padanya tatkala telah melihat tulisannya, “ sesungguhnya tulisanmu ini seperti tulisannya para ahli Hadits. ”

Semenjak mendengar perkataan itu, adz Dzahabi berkata, “maka Allah pun membuatku jatuh cinta kepada ilmu hadits. ”

Lihatlah pengaruh kalimat di atas pada diri Imam ad Dzahabi. Ia pun menjadi Imam diantara para Imam ahli Hadits, Huffaznya para ahli Hadits dan Nuqqod nya.  

1 kalimat menyebabkan ia mencintai dan memulai belajar ilmu hadits
_________

å Zakariya Rizky Abu Zakiyyah

BAHA’IYYAH (BAG.2 / TERAKHIR)

BAHA’IYYAH (BAG.2 / TERAKHIR)

Fawaid dari Penjelasan al-Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA hafidzahullah terkait Baha’iyyah:

Pada catatan bagian 1 kita telah sampai pada poin 15 terkait meninggalnya Mirza Husain (al-Baha’) yang dikatakan bahwa beliau meninggal dalam keadaan gangguan jiwa dan beliau memiliki anak bernama Abbas (Abdul Baha’). Maka lanjutannya adalah sebagai berikut,

16. Ihsan Ilahi Zahir bahkan mengatakan bahwa Mirza Husain tidaklah gila ketika akan meninggal tapi sejak awal (sejak ikut firqoh al-Babiyyah) sudah gila, akan tetapi puncak kegilaan adalah saat akan meninggal dunia. 

17. Syaikh Ghalib ‘Awaji rahimahullah (guru Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA) dalam kitab beliau al-Firaq al-Islamiyyah atau al-Firaq al-Muntasibah ila al-Islam menyebutkan bahwa beliau telah membaca kitab al-Aqdas berulang-ulang, semakin dibaca semakin menimbulkan kejengkelan. Tidak didapati kefasihan padanya, maknanya dan nahwunya juga kacau. Pada al-Aqdas juga didapati kesombongan al-Baha’ yang memuji-muji dirinya, lebih sombong daripada Fir’an, Haman dan Qarun.

18. Kitab al-Aqdas ini begitu mulia bagi pengikut al-Baha’iyyah. al-Baha’ mengatakan di dalam al-Aqdas, “Barang siapa yang membaca 1 ayat dari kitab al-Aqdas, lebih baik baginya daripada membaca kitab-kitab yang sebelumnya dan sesudahnya.”

19. Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA memberikan contoh dengan membacakan cuplikan isi al-Aqdas pada halaman 63 ayat 106-107 (versi pdf yang ada pada beliau 112 halaman), beliau membacanya dengan mencoba melagukan seperti Al-Qur’an. Karena bagi Bahaiyyun kalau dilagukan pahalanya besar. Diantara makna dari yang beliau baca, “Jangan kalian sekali-kali mendekati hammamat (tempat pemandian) orang asing.....”. Beliau tidak meneruskannya karena isinya tidak nyambung. Kitab suci seperti ini memalukan. 

20. Diantara Aqidah kelompok ini:
a. al-Baha’ meyakini bahwa dia adalah penampakan dari Allah, dan itu sebab penamaan dirinya. Kadang dia juga mensifati dirinya dengan sifat-sifat ketuhanan. 

b. Sikap mereka kepada para Nabi, mereka mengakui seluruh Nabi tapi tidak meyakini bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam sebagai nabi yang terakhir. Mereka bahkan meyakini Budha sebagai utusan Allah dan tokoh-tokoh lain yang diakui dunia termasuklah Mirza Husain Ali Al-Mazandarani (al-Baha’). Demikian pula asy-Syirazi (pendiri al-Babiyyah) adalah Nabi dengan kitabnya al-Bayan. 

c. Sikap mereka terhadap syari’at, maka syari’at telah mansukh dengan adanya syari’at al-Baha’iyyah.

21. Beberapa ajaran “menarik” al-Baha’iyyah:
a. Wihdatul Adyan, semua agama benar. Akan tetapi dalam teori dan praktek mereka bertentangan, karena dalam teori (merujuk kitab suci mereka) dinyatakan bahwa semua agama sudah mansukh dan semua harus kembali kepada al-Baha’iyyah. 
Bertentanganya teori dan praktek kelompok ini bisa saja terjadi karena adaptasi mereka dengan tempat, sehingga terkadang ada perubahan, penipuan atau taqiyyah yang dimunculkan agar dapat diterima. Selain itu jika dilihat dari biografi al-Baha’, dia suka membaca buku-buku shufiyyah seperti Ibnu Arabi yang mengatakan, “Manusia membuat Aqidah tentang Tuhan, aqidah mereka macam-macam dan saya meyakini (membenarkan) seluruh aqidah mereka.”

b. Wihdatul Authon, ajaran mereka yang menegaskan manusia ini seluruhnya satu alam dan tak perlu batas-batas negara. Manusia semua satu suku, sehingga tidak ada fanatik suku, fanatik suku. Menurut mereka ini sebab-sebab perpecahan.

c. Wihdatul Lughah, satu bahasa. Bahkan di dalam kitab al-Aqsa disuruh dicari satu Bahsa yang sama untuk semua manusia. Allah berfirman melalui al-Baha’: “Wahai orang-orang yang duduk di majelis negeri-negeri  ini, pilihlah satu bahasa dari banyak bahasa agar semua yang berada di atas muka bumi berbicara dan menulis dengan satu bahasa ini.”  

Perintah mencari satu bahasa ini adalah bentuk taklif maa laa yuthoq (pembebanan sesuatu yang tak mungkin bisa dilakukan). Mereka beranggapan berbeda bahasa akan menyebabkan perpecahan, padahal sebab perpecahan adalah perbedaan aqidah bukan bahasa.

d. Persamaan pria dan wanita, maka wanita harus dikeluarkan karena mereka adalah perhiasan dan tak perlu menggunakan hijab. 

22. Sebagian ulama mengatakan ajaran-ajaran mereka ini sepertinya indah, layaknya madu tapi sejatinya isinya racun. Kenapa? Dengan membawa ajaran-ajaran tadi, ini menjadikan kaum muslimin tak perlu membela negeri mereka dan pasrah dengan masuknya kekuatan asing, semua dianggap sama. Nyatanya, itu tak bisa mereka lakukan dan rasisme masih terus berjalan. 

23. Islamlah yang anti dengan rasisme, Islam memuliakan Bilal padahal beliau berkulit hitam dan seorang budak. Islam memuliakan Salman al-Farisi, padahal dia Persia dan bukan Arab, karena Nabi shallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى عَجَمِيٍّ إِلاَّ بِالتَّقْوَى
“Tidak ada keutamaan bagi orang ‘Arab di atas orang ‘Ajam (non ‘Arab) kecuali dengan sebab ketakwaan.”

Allah juga berfirman:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.” (QS. al-Hujurat: 13)

24. Adapun terkait ibadah mereka adalah:
a. Tidak ada najis, disebutkan di dalam al-Aqdas, “bahwasanya seluruh perkara telah tenggelam dalam lautan kesucian”
b. Tidak ada mandi janabah bagi bahaiyyun, cukup mandi satu kali dalam sepekan. Setiap hari cukup mencuci kedua kakinya di musim panas, kalau di musim dingin mencuci kedua kakinya sekali dalam tiga hari
c. Jika tidak air, tidak perlu tayammum tapi cukup mengucapkan “Bismillahi al-athar al-athar” sebanyak 5 kali 
d. Shalat cukup dikerjakan 3 waktu sebanyak 9 raka’at ketika Subuh, Zuhur dan Ashar dan waktu lainnya dimaafkan. Sementara Abbas (Abdul Baha’) mengatakan cukup 1 waktu shalat dalam sehari pilih dari yang tiga, jika 3 waktu maka itu boleh saja
e. Jika shalat untuk yang mukim cukup mengucapkan, “syahidallahu annhau laa ilaaha illa huwa al-Muhaiminu al-Qayyum”
f. Jika musafir tidak perlu shalat, tapi shalat diganti dengan satu sujud saja
g. Shalat berjama’ah haram hukumnya kecuali shalat jenazah
h. Shalat jenazah dikerjakan dengan 6 kali takbir, dan setiap takbir dibaca ayat dati kitab al-Aqdas. Bagi yang hafal, silakan membaca dan bagi yang tidak hafal tidak masalah
i. Kiblat mereka adalah diri al-Baha’, dan dia dikuburkan di Palestina. Maka kiblat mereka bukan ke arah Ka’bah kaum muslimin
j. Besaran zakat 19%, mereka mensucikan angka 19
k. Mereka memiliki 19 bulan dalam setahun, bulan pertama bagi mereka namanya al-Muhaimin dan bulan dimana mereka berpuasa adalah al-Ala’. Jumlah puasa mereka 19 hari
l. Hari raya mereka adalah hari raya Nairuz, setelah berpuasa 19 hari
m. Haji mereka menuju tempat asy-Syirazi di Iran atau ke Palestina tempat wafatnya al-Baha’ 
n. Tidak perlu haji bagi wanita, dan laki-laki pun demikian

25. Berkaitan dengan sosial:
a. Mereka meyakini Allah telah mewajibkan pernikahan dan tak boleh poligami lebih dari dua. Akan tetapi ini sulit secara praktek, karena mereka mempersyaratkan kalau istri dua dengan syarat-syarat yang mustahil (syuruth mumtani’ah). Sehingga dalam prakteknya mereka tidak berpoligami
b. Tidak mengapa nikah dengan kerabat (termasuk mahram seperti kakak dan adik) selama pengikut Baha’iyyah masih sedikit dan lemah, yang terlarang nikah dengan istri bapak  karena itu yang ada nashnya dalam al-Aqdas
c. Zina dibolehkan atau tidak dikatakan zina,  jika; 1) ridha dan suka sama suka antara pria dan wanita 2) izin dari kedua orang tua. Syarat ini setelah memansukhkan apa yang ada al-Bayan yang tidak mempersyaratkan izin dari kedua orang tua
d. Hukum zina hanya berlaku bagi pria dan wanita yang belum menikah (ghairu muhshan), adapun bagi pria dan wanita yang sudah menikah berzina, maka tidak ada hukum bagi mereka berdua kecuali jika ada dari baitul ‘adl (pemerintah). Meskipun pada asalnya tidak ada hukumnya
e. Jika berzina maka hukumannya bagi setiap yang berzina membayar 9 mitsqal (sekitar 40 grm emas), kalau mengulangi lagi maka dilipat gandakan menjadi 18 mitsqal.

26. Pertanyaan: Kalau memang aliran Baha’iyyah ini melecehkan agama Islam, wajibkah kita memberi kritik atau memberi masukan kepada pemerintah?
Beliau hafidzahullah menjawab: “Kita usahakan, karena ini berafiliasi kepada Islam. Dia (Baha’iyyah) bicara tentang Allah, tentang Muhammad, apalagi kitab sucinya bahasa Arab, jadi nuansa Islam sangat besar dan pecahan dari sekte Syi’ah. Kita kasih masukan kepada penguasa dan semoga mereka bisa dengar dan tentunya yang kasih masukan pihak-pihak yang berkompeten seperti MUI. Semoga Allah memberi kekuatan kepada mereka untuk memberikan masukan kepada penguasa. 

Akhukum Noviyardi Amarullah Tarmizi
Sabtu malam, 22 Dzulhijjah 1442 H / 31 Juli 2021

MEMBANDING-BANDINGKAN PASANGAN

MEMBANDING-BANDINGKAN PASANGAN

Janganlah membanding-bandingkan istrimu dengan wanita lain karena itu akan membuatnya merasa kurang. Hendaknya senantiasa engkau mendukung dan memotivasinya. Perbanyaklah pujian atas dirinya, agar semakin banyak kebaikan yang dia berikan.

Demikian juga, wahai para istri...

Janganlah membanding-bandingkan suamimu dengan pria lain karena itu akan membuatnya merasa kurang. Hendaknya senantiasa engkau mendukung dan memotivasinya. Perbanyaklah pujian atas dirinya, atas apa yang telah dia berikan kepada engkau dan putra-putrimu.

Barangsiapa yang tiada berterima kasih kepada manusia, maka pada hakikatnya dia tidak bersyukur kepada Allah. Maka bagaimana dengan saling berterima kasih di antara pasangan suami istri?

Syaikh Prof. Dr. Ashim bin Abdillah Al Qaryuti
Diterjemahkan oleh akhukum Wira Bachrun.

Jual beli Mu'athah (tanpa lafazh ijab-qabul)

✒️Jual beli Mu'athah (tanpa lafazh ijab-qabul) 

   Dalam mazhab Asy-Syafi'iy aslinya dalam akad jual-beli disyaratkan adanya ijab dan qabul. Ijab seperti : "saya jual barang ini". Qabul : "Ya, saya beli dengan harga sekian". Jika tidak dengan lafazh tegas harus disertai niat, seperti : "Saya kasih itu dengan harga sekian" lalu diterima pembel, ini pun boleh.

   Oleh karena itu kalau antum kumpul pas Islamic Book-Fair kalian akan dapati teman-teman santri tradisional kalau beli kitab pasti pakai lafazh :"Ini saya beli" atau semacamnya.

   Lalu bagaimana jika tidak ada ijab-qabul yang biasa dikenal sebagai "bai' mu'athah". Taqiyuddin Al-Hishniy memaparkan bahwa yang biasa dilakukan manusia dimana pembeli langsung memberikan sejumlah uang untuk beli barang. Lalu penjual langsung memberikan barang dagangannya kepada si pembeli, apakah seperti ini sah?

   Dalam "Rawdhatut-Thalibin" Imam An-Nawawiy aslinya itu tidak mencukupi karena tidak adanya lafazh ijab-qabul.

   Sebagian Ulama Syafi'iyyah menyebutkan alasannya, bahwa jual-beli disyaratkan harus adanya keridhoan dari si pembeli dan penjual, sedangkan ridho di dalam hati kita tidak akan bisa mengetahuinya kecuali jika diucapkan secara lisan.

   Namun Imam Ibnu Suraij mengeluarkan qawl bahwa itu sah jika dalam jual-beli benda yang murah harganya, seperti beli roti dalam jumlah kecil, dan ini pula yang difatwakan oleh Imam Ar-Ruyaniy.

   Imam Malik bin Anas lebih luas lagi qawl nya bahwa segala macam jual beli sah dengan cara apapun selama itu secara adat kebiasaan manusia dianggap sebagai jual-beli.

   Pendapat Imam Malik ini kemudian dipilih oleh para Ulama Syafi'iyyah seperti Imam Ibnu Shabbagh yang merupakan satu letting dengan Imam Asy-Syiraziy, dan juga dipilih oleh Imam Al-Mutawalliy, Imam Al-Baghawiy dan Imam An-Nawawiy dalam sebagian kitabnya. Imam An-Nawawiy menuturkan bahwa pendapat ini lebih rajih secara dalil karena pada kenyataannya tidak ada dalil syar'iy yang menyebutkan keterangan harus adanya lafazh, ketika tidak ada dalil syar'iy maka dikembalikan kepada "urf" adat kebiasaan yang berlaku pada manusia.

   Wallahu a'lam pendapat Imam Malik ini yang kiranya banyak diamalkan banyak manusia pada hari ini, ente datang ke Alf*mart atau Ind*mart, cek harga, oh sesuai kantong, lalu taruh depan kasir yang disana telah menunggu jomblowati berjilbab hitam, berbaju merah, yang dengan care nya juga menanyakan : Mau pulsa nya, Mas? Dengan sok cool kita geleng kepala dan cukup taruh uang di kasir, lalu berlalu. 

   Sebagian Masyaikh Fiqh ana dulu pas ngajar "Bidayatul-Mujtahid" sempat nyeletuk : Kalau Fiqh Mu'amalah alangkah bagusnya Fiqh Hanafiy atau Malikiy karena mereka tidak terlalu saklek dengan lafazh. Dan sebagian Asatidzah ana dalam Fiqh pun ada yang punya tulisan, hampir tiap tarjih nya menukil dari kutub Fiqh Hanafiy, ketika ditanya beliau beralasan : Imam Abu Hanifah pedagang asli jika dibandingkan dengan Imam Asy-Syafi'iy, Wallahu a'lam ada benarnya wejangan Guru-guru ana tsb.

(Disadur dari Kifayatul-akhyar, Kitabul-Bai' dengan sedikit perubahan redaksi)
Ustadz farian Ghani harima

Metode Ulama dalam Meraih Ilmuمنهج العلماء في تحصيل العلم

✍️Metode Ulama dalam Meraih Ilmu
منهج العلماء في تحصيل العلم

Ringkasan Kajian bersama Syaikh. Dr. Utsman Khomis Hafidzahullahu Ta'ala (Salah satu Ulama Besar Kuwait)

Oleh : Abu Yusuf Akhmad Ja'far, Lc 

Part 1

Setelah membacakan muqoddimah, beliau menyampaikan bahwa hampir tiap tahun sebelum adanya wabah covid-19, beliau berkunjung ke Indonesia untuk memberi bimbingan ilmu kepada para dai dan umat Islam di Indonesia. Namun sejak adanya wabah, pertemuan dengan para dai hanya bisa dilakukan melalui online. 

طلب العلم من أفضل الأعمال، بل هو من الجهاد في سبيل الله، وهو جهاد الكلمة 
Menuntut Ilmu termasuk amalan yang paling afdhal. Dan termasuk jihad fi sabillah dengan kalimat. 

Terlebih lagi di zaman kita ini tersebar banyaknya Bid'ah, kebodohan, duat fitnah, mufti sesat dan menyesatkan. 

طلب العلم على ثلاثة أحوال 
- فرض عين
- فرض كفاية
- مستحبة 

Menuntut Ilmu ada tiga keadaan menurut ahli ilmu
1. Fardhu Ain, wajib bagi setiap muslim dan muslimah, seperti belajar Rukun Islam, Rukun Iman dan perkara-perkara Ibadah wajib. 
2. Fardhu Kifayah, perkara yang tidak semua orang wajib belajar, cukup ada salah satu dari kaum muslimin mempelajarinya, semisal ilmu dunia, faroid (warisan), dan lainnya
3. Mustahabbah (Disukai), adapun selain Fardhu ain dan Fardhu Kifayah maka disukai untuk belajar ilmu tersebut, selama itu ilmu yang baik dan bermanfaat. 

الله مدح العلم، و أهله، وحث على تزوده
Allah Ta’ala memuji ilmu, ahli ilmu, dan mendorong agar terus menambah ilmu. 

Allah Ta’ala berfirman : 
قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ۗ 

"Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" (QS. Az-Zumar : 9)

Allah Ta’ala juga berfirman :

يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ

" Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat" (QS. Al-Mujadalah : 11)

Semoga Allah menjadikan kita semua bagian dari apa yang difirmankan oleh Allah Ta’ala. 

Allah Ta’ala berfirman memuji Ahli Ilmu :

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ 

"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah)" (QS. Ali Imran : 18)

Imam Al-Qurtuby mengatakan : Di dalam ayat ini menunjukkan tentang keutamaan ilmu, serta kemuliaan para ulama, karena jika ada yang lebih mulia dari para ulama, maka akan disejajarkan namanya dengan Allah dan Malaikat, sebagaimana disejajarkannya para Ulama dengan Allah dan MalaikatNya (dalam ayat ini).

Tidaklah Allah memerintahkan untuk menambah sesuatu kepada Nabinya kecuali sebuah tambahan berupa Ilmu. Allah Ta’ala berfirman :
وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا

" Katakanlah : "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan". (QS. Taha : 114)

Lihatlah sabda Nabi Muhammad salallahu alaihissalam, beliau mengatakan :

« الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلَّا ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالَاهُ وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ»

"Dunia itu terlaknat dan terlaknat apa yang ada di dalamnya, kecuali:

– berdzikir kepada Allah
– orang yang mengikuti orang berdzikir
– orang berilmu (yg mengamalkan dan mengajarkan ilmunya)
– orang yang menuntut ilmu
(HR. Tirmidzi) 

Beliau juga bersabda :

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

“Barangsiapa yang menempuh jalan yang padanya ia menuntut ilmu, maka Allah menempuhkannya jalan dari jalan-jalan ke surga. Dan sungguh malaikat itu akan membentangkan sayapnya bagi orang yang menuntut ilmu karena ridho kepada apa yang ia lakukan. Dan sesungguhnya orang ‘alim itu akan memintakan ampun baginya semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi hingga ikan yang ada di dalam air. Dan sungguh keutamaan orang ‘alim atas ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan pada malam purnama atas semua bintang. Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Dan sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan tidak pula dirham, melainkan mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka dia telah mengambil kebaikan yang banyak”. (HR. Abu Dawud dan yang lainnya) 

Beliau juga bersabda : 
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ 
“Barangsiapa dikehendaki Allah dengan kebaikan, maka Allah menjadikannya pandai mengenai agama”.  (HR. Bukhari dan Muslim) 

Semoga kita semua menjadi orang yang diinginkan kebaikan oleh Allah Ta’ala, menjadi penuntut ilmu yang tafaqquh di dalam agama yang mulia ini. 

Termasuk kemuliaan bagi orang yang berilmu sebagaimana sabda Nabi Muhammad salallahu alaihissalam :
إذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا من ثلاث : صدقة جارية ، أو علم ينتفع به ، أو ولد صالح يدعو له
“Jika anak adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara; Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakan.” (HR. Muslim) 

 Ali bin Abi Thalib mengatakan : 
الناس ثلاثة :
فعالِمٌ ربَّانيٌّ، ومتعلِّمٌ على سبيل نجاةٍ، وهمَجٌ رعاعٌ
Manusia itu terbagi menjadi 3 golongan :
- Ulama Rabbani 
- Penuntut Ilmu 
- Orang yang tak berguna, terbawa arah angin kemana-mana, tak memiliki prinsip. 

- Ilmu lebih baik daripada Harta, karena ilmu akan menjagamu, sedangkan harta, kamulah yang menjaganya. 

- Ilmu itu berkembang jika diajarkan, sedangkan harta berkurang jika dibelanjakan. 

- Ilmu menjadi hakim (acuan), sedangkan harta akan menjadi bumerang (jika salah olah). 

- Mencintai Ilmu adalah bagian dari agama, untuk mendekatkan diri kepada Allah

- Ilmu menumbuhkan ketaatan bagi pemilik ilmu ketika hidup, dan membuahkan pahala setelah kematiannya. Adapun pemilik harta, akan hilang (ditinggalkan) dengan habisnya harta (terutama jika diolah bukan pada hal yang semestinya).

 Ali bin Abi Thalib berkata :
كفى بالعلم شرفا أن يدعيه من لا يحسنه, ويفرح به إذا نسب إليه، وكفى بالجهل ذما أن يتبرأمنه من هو فيه ويغضب إذا نسب إليه

"Cukuplah kemuliaan ilmu itu dengan orang-orang yang ngaku-ngaku berilmu, dan bahagia jika seseorang dilabeli sebagai orang yang berilmu

Cukuplah keburukan bagi kobodohan, berlepas dirinya seseorang darinya, dan marahnya orang-orang yang dijuluki dengannya" 

Inilah perbedaan ilmu dan kebodohan. 

Imam Syafi'i Rahimahullah Ta'ala pernah mengatakan :
ليس بعد الفرائض أفضل من طلب العلم
"Tidaklah ada yang lebih utama setelah kewajiban kepada Allah, daripada menuntut ilmu" 

Bersambung........ 

Ujungbatu, Riau 
21 Dzulhijjah 1442 H 

Nb : Kajian berbahasa Arab, kami alih bahasakan secara sederhana, agar bermanfaat bagi khalayak umum.

📷Pesertanya ratusan dai di Indonesia.
Ustada abu Yusuf Ahmad ja'far

𝐊𝐈𝐒𝐀𝐇_𝐌𝐀𝐉𝐌𝐔'_𝐅𝐀𝐓𝐀𝐖𝐀#𝐊𝐄𝐒𝐀𝐁𝐀𝐑𝐀𝐍_𝐔𝐋𝐀𝐌𝐀#𝐌𝐄𝐌𝐁𝐔𝐑𝐔_𝐌𝐀𝐍𝐔𝐒𝐊𝐑𝐈𝐏

#𝐊𝐈𝐒𝐀𝐇_𝐌𝐀𝐉𝐌𝐔'_𝐅𝐀𝐓𝐀𝐖𝐀
#𝐊𝐄𝐒𝐀𝐁𝐀𝐑𝐀𝐍_𝐔𝐋𝐀𝐌𝐀
#𝐌𝐄𝐌𝐁𝐔𝐑𝐔_𝐌𝐀𝐍𝐔𝐒𝐊𝐑𝐈𝐏

Kisah tentang pengumpulan makhthuthat (manuskrip asli) tulisan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah yang akhirnya disusun menjadi kitab yang sangat bermanfaat dan ensiklopedi ilmu-ilmu syar'i yaitu kitab "Majmu' Fatawa Ibnu Taimiyyah". tugas berat ini dilakukan oleh As Syaikh Al 'Allamah Abdurrahman bin Qasim dan dibantu putranya bernama Syaikh Muhammad bin Abdurrahman bin Qasim rahimahumallah.

Diceritakan oleh Syaikh DR. Abdul Malik bin Muhammad bin Abdurrahman bin Qasim hafidzahullah tentang perjalanan Ayah dan Kakeknya ke berbagai negara memburu manuskrip Syaikhul Islam bahkan sampai ke Prancis, beliau berkata :

▶Perjalanan ke Bairut - Libanon.

Pada tahun 1372 H Ayahanda menemani Kakek safar ke Bairut - Libanon untuk berobat, ketika selesai pemeriksaan dokter dan operasi pun dilakukan meskipun belum berhasil, maka kami pergi ke Perpustakaan Umum Bairut dengan membawa daftar isi manuskrip fatawa yang telah dikumpulkan sebelumnya (waktu di Saudi). 

Maka kami periksa isi perpustakaan tersebut tapi tidak kami dapati manuskrip Ibnu Taimiyyah. ternyata memang dulunya di perpustakaan ini ada manuskrip Ibnu Taimiyyah tetapi sudah dipindah ke salah satu negara, Kemudian kami berpindah ke perpustakaan Amerika University di Bairut tetapi hasilnya sama tidak mendapati manuskrip Ibnu Taimiyah. 

▶Perjalanan ke Damaskus - Suriah.

Kemudia aku (Muhammad) diminta ayahanda (Syaikh Abdurrahman) untuk pergi ke Damaskus - Suriah sendirian, karena ayahku dalam kondisi masih sakit di Bairut sambil terus berobat. ketika aku sampai di perpustakaan Dzahiriyah Damaskus, aku langsung mencari manuskrip Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan aku dapati masih banyak dan sangat bagus, maka aku sangat bergembira karena mendapati kunuz ilmiyyah (ilmu yang tersimpan) dan ini yang memberi semangat aku untuk terus mencarinya. aku memeriksa 900 jilid kitab dari 12.000 manuskrip dan mendapatkan 850 lembar tulisan tangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah yang berjumlah 353 permasalahan.

Kemudian aku berpindah ke kota Halab (Aleppo) dan Hamah menuju perpustakaan Halab dan aku dapati banyak manuskrip Ibnu Taimiyyah, adapun di kota Hama aku tidak mendapati manuskrip.

▶Perjalanan menuju Bagdad - Iraq.

Setelah aku menetap di Suriah hampir enam bulan dan mendapati banyak manuskrip di negeri Syaikhul Islam, maka aku berpindah lagi melanjutkan safar ke Iraq untuk memburu manuskrip-manuskrip yang tersimpan disana, sesampainya di Baghdad aku menuju ke perpustakaan Al Auqaf Bagdad dan aku dapati disana 'Risalah Tadmuriyah' lengkap dan sempurna dengan tulisan tangan Syaikh Nu'man Al Alusi. dan ternyata di perpustakaan Al alusi ada banyak kitab dan risalah Ibnu Taimiyyah, diantaranya adalah mukhtashar Al fatawa Al Misriyah sejumlah 401 lembar dan aku tidak dapati manuskrip ini diberbagai negara. kemudian aku mencari lagi di perpustakaan Mathaf Al Iraqi berhari-hari.

Setelah tinggal di kota Bagdad sekitar dua bulan, maka aku berazam untuk safar lagi ke kota Bashrah kemudian ke Negeri Kuwait dan ke Turki tetapi karena kesehatan ayahku semakin memburuk, maka aku bersegera kembali ke Bairut Libanon dan melanjutkan perjalanan pulang kembali ke Saudi.

▶Perkalanan ke Cairo - Mesir sampai Paris - Prancis.

Aku dan Ayahanda kembali melakukan safar ke Paris - Prancis melalui jalur Cairo dan kami transit beberapa hari di Cairo, Ketika kami sampai di Cairo kami berkunjung ke Perpustakaan terbesar dan terlengkap yaitu Darul kutub Misriyah, maka kami cek dan teliti kumpulan-kumpulan manuskrip yang ada, akhirnya kami dapati manuskrip yang belum kami miliki sebelumnya. 

Kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju Paris untuk operasi dan Alhamdulillah berhasil. setelah kondisi ayahanda membaik, kami berkunjung ke Perpustakaan Nasional Paris kemudian kami mulai cek dan periksa daftar isi buku-buku dalam bahasa Arab dan daftar manuskrip-manuskrip yang ada di Paris, London, Berlin, dan yang lain. maka aku dapati dalam perjalanan Paris ini manuskrip-manuskrip yang tidak aku dapati di negeri-negeri Arab. 

Setelah itu kami kembali dari Paris sampai di Cairo lagi kemudian pulang ke Saudi.

▶Proses penulisan ulang Majmu' Fatawa.

Setelah proses penulisan ulang dan mengoreksi semua manuskrip yang terkumpul dengan dibantu oleh para masyayikh dan murid-murid Syaikh Abdurrahman bin Qasim diantaranya adalah Syaikh Hamd Al Jasir, Syaikh Hammad Al Anshari, Syaikh Abdullah bin Jibrin dll. karena memang tulisan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dikenal sangat susah dibaca, bahkan oleh sebagian murid Ibnu Taimiyyah sendiri. maka dengan pertolongan Allah dan usaha yang maksimal dilakukan oleh Syaikh Abdurrahman, Syaikh Muhammad bin Abdurrahman dan yang membantunya maka tuntaslah penulisan ulang manuskrip-manuskrip tersebut, kecuali satu manuskrip yang beluam bisa terpecahkan oleh Syaikh dan yang lainnya, yaitu Qaidah Al Istihsan. (Yang Akhirnya dapat dipecahkan dan ditulis ulang oleh Syaikh Muhammad bin Abdurrahamn bin Qasim setelah tercetaknya Majmu' Fatawa, kemudian dicantumkan dalam kitab Al Mustadrak ala Majmu' Fatawa).

Pada tahun 1380 H yang mulia Raja Su'ud memerintahkan untuk mencetak fatwa-fatwa ini dan beliau siap mengganti seluruh yang dibutuhkan dalam proses percetakan ini.

maka aku kembali pergi safar ke Bagdad untuk membeli beberapa manuskrip dan menyalinnya, dan pergi ke Damaskus lagi untuk mengadakan kesepakatan dengan para penulis khusus manuskrip agar mengcopy seluruh manuskrip yang ada di perpustakaan Dzahiriyah Damaskus dan menulis ulang apa yang belum terkumpul pada perjalanan sebelumnya.

📚Naik Cetak pertama kali.

Akhirnya kitab Majmu' Fatawa ini dicetak pertama kali pada masa Raja Su'ud rahimahullah yaitu pada tahun 1381 H, di percetakan Riyadh sebanyak 30 jilid. 
kemudian pada tahun 1386 H dicetak lagi 7 jilid yang tersisa, di percetakan milik pemerintah Saudi atas perintah Raja Khalid rahimahullah. 

dan pada tahun 1404 H dicetak ulang keseluruhan 37 jilid atas perintah Raja Fahad rahimahullah, dibawah pengawasan Su'un Al Harmain yaitu dicetak di Mujamma' Malik Fahad untuk percetakan Mushaf Syarif di kota Madinah.

▶Total Majmu' Fatawa.

Jumlah kitab Majmu Fatawa 37 jilid dan jumlah lembarannya 18835. Syaikh Abdurrahman bin Qasim menghabiskan waktu 40 tahun didalam mengumpulkan manuskrip, menyusun dan sampai mencetaknya, awal mulai mengumulkan manuskrip Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah pada tahun 1340 H sampai 1380 H. 

Terlebih dalam menulis ulang dari tulisan tangan Ibnu Taimiyyah sangat membutuhkan waktu lama karena tulisan beliau dikenal sangat cepat dalam menulis tetapi susah untuk dibaca bahkan sebagian tanpa titik. 
Diceritakan bahwa tulisan Ibnu Taimiyyah juga susah dibaca oleh sebagian muridnya.

Dan sampai hari ini Majmu' Fatawa dicetak resmi di Mujamma' Malik Fahad di Kota Madinah.

🍀🌼___________
As Syaikh Al 'Allamah Abdurahman bin Muhammad bin Qasim, dilahirkan pada tahun 1312 H, di daerah Al Bira yang terletak sekitar 120 km Utara Riyadh. dan beliau meninggal di Kota Riyadh pada 8/8/1392 H setelah bersabar atas penyakitnya dan safar ke berbagai negara untuk berobat, bahkan sempat tinggal tujuh bulan di Prancis untuk berobat. 
رحمه الله رحمة واسعة وأسكنه الفردوس الأعلى

Sebelum meninggal dunia beliau pernah bermimpi ada muadzin yang mengumandangkan adzan, kemudian beliau masuk masjid untuk shalat dan ternyata di masjid tersebut ada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Imam Ahmad bin Hanbal dan para ulama berdiri di shaf, mereka semua mendorong maju Syaikh Abdurrahman bin Qasim untuk mengimami shalat.

setelah 40 hari dari mimpi tersebut maka beliau meninggal dunia.

cerita ini dikisahkan oleh Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh hafidzahullah ketika datang berta'ziyah atas meninggalnya Syaikh Muhammad bin Syaikh Abdurrahman bin Qasim rahimahullah. 

kemudian Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh berkata :
Mimpi Syaikh Abdurrahman bin Qasim tersebut karena beliau telah menkhidmah/mengumpulkan ilmu dan karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (Majmu' Fatawa) dan Fiqih Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitabnya (Hasyiyah Ar Raudh Al Murbi') dan yang lain.

📝diringkas dari kitab :
(الشيخ عبد الرحمن بن قاسم حياته وسيرته ومؤلفاته)
Karya cucu beliau Syaikh DR. Abdul Malik bin Muhammad bin Abdurrahamn bin Qasim hafidzahullah.

WaAllahu A'lam.
Semoga bermanfaat dan menjadi pelajaran penting betapa berat dan sabarnya para ulama dalam mencari ilmu dan menyebarkan ilmu,. dan Akhirnya kita bisa mengambil faidah dari karya mereka dan karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah terlebih kitab Majmu' Fatawa.
ustadz Alif El qibty 

diceritakan bahwa ini adalah foto rumah As Syaikh Al 'Allamah Abdurrahman bin Qasim rahimahullah -ulama yang keliling berbagai negera mengumpulkan manuskrip Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah yang akirnya terbit dengan judul "Majmu' Fatawa Ibnu Taimiyyah", beliau juga mengumpulkan manuskrip ulama Dakwah Salafiyyah di Najd

#RUMAH_SYAIKH

diceritakan bahwa ini adalah foto rumah As Syaikh Al 'Allamah Abdurrahman bin Qasim rahimahullah -ulama yang keliling berbagai negera mengumpulkan manuskrip Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah yang akirnya terbit dengan judul "Majmu' Fatawa Ibnu Taimiyyah", beliau juga mengumpulkan manuskrip ulama Dakwah Salafiyyah di Najd yang akhirnya terbit dengan judul "Ad Durar As Saniyyah"-.

As Syaikh Al 'Allamah Abdurrahman bin Qasim An Najdi rahimahullah sangat berjasa telah mengumpulkan dan mengoreksi manuskrip para ulama Dakwah Salafiyyah di Najd (Saudi) selama 12 tahun, sampai terkumpul dan siap dicetak. yang beliau beri nama :

الدُّرَرُ السَّنِيَّةُ فِي الأَجْوِبَةِ النَّجْدِيَّةِ 

Pertama kali kitab Ad Durar As Saniyyah ini dicetak dipercetakan Ummul Qura (Makkah) 3 jilid pada tahun 1352 H. kemudian dicetak kedua kalinya sebanyak 12 jilid pada tahun 1385 - 1388 H atas biaya Raja Faishal rahimahullah. kemudian dicetak ketiga kalinya sebanyak 16 jilid antara tahun 1402 - 1417 H.

Sebagian Ahlul fitan wal bida' menganggap bahwa kitab Ad Durar As Saniyyah yang berfaidah ini sebab munculnya faham takfiri, radikalisme dan isis, padahal itu semua dusta dan tidak benar. 
karena yang salah bukan kitabnya tapi yang salah adalah yang membaca tapi tidak faham dan tanpa bimbingan ulama.

sebagaimana kaum khawarij dan ahlul fitan mereka juga berhujjah dengan ayat-ayat Al Quran dalam mengkafirkan pemerintah dan kaum muslimin, bahkan dalam aksi radikal dan teror mereka juga membawa ayat Al Quran, maka apakah dengan itu seseorang berani menyatakan bahwa ayat tersebut salah???! tentu tidak, tapi karena pemahaman mereka yang rusak dan ilmu mereka yang dangkal tanpa bimbingan ulama.

Silahkan baca kisa perjalanan Syaikh Abdurrahman bin Qasim dalam mengumpulkan manuskrip karya Ibnu Taimiyyah 👇

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=675260843043581&id=100016790144202
ustadz Alif El qibty 
https://www.facebook.com/100016790144202/posts/960226987880297/

Orang-orang dahulu ketika menyaksikan jenazah

Orang-orang dahulu ketika menyaksikan jenazah
_________________________
Sulaiman bin Mihran al-A’masy rahimahullah berkata:

كـنا نشـهد الجنـازة ولا نـدري من المعـزى فيـها لكـثرة البـاكين، وإنمـا بكاؤهم على أنفـسهم، لا على المـيت.

"Dahulu kami menyaksikan jenazah dalam keadaan kami tidak mengetahui mana pihak yang sedang berduka, karena banyaknya orang-orang yang menangis. Namun, tangisan mereka karena sedih memikirkan keselamatan diri mereka sendiri, bukan karena kehilangan orang yang meninggal tersebut."

[Sumber: Al-’Aqibah, hlm. 154]
_________________________
📝Telegram Catatan ilmu : t.me/catatilmu

Jumat, 30 Juli 2021

Hukum merenggangkan saf salat berjemaah

Hukum merenggangkan saf salat berjemaah

"Tidak apa-apa merenggangkan saf-saf jemaah salat karena hajat dalam rangka menjaga (kelangsungan) salat berjemaah dan (keselamatan) arwah manusia."

"Yang demikian tidak mempengaruhi keabsahan salat, insyaallah."

Dijelaskan oleh Dr. Muthlaq Jasir, pakar Fikih Hanbali dari Fakultas Syariah, Universitas Kuwait

لا حرج في التباعد بين صفوف المصلّين للحاجة حفاظًا على صلاة الجماعة وعلى أرواح الناس.
‏ولا يؤثر ذلك في صحة الصلاة إن شاء الله.

‏📑 وهذا البحث فيه مأخذُ القولِ وتفصيله وأقوال العلماء فيه:
https://dr-mutlaq.com/?p=3531
Ustadz Ferry dalam grup FB Hanabilah Nusantara

MEMINJAM BARANG

MEMINJAM BARANG

Ada seorang salaf, meminjam sebuah pena kepada seseorang, namun dia lupa mengembalikan, padahal dia sudah berjalan dengan perjalanan yang cukup jauh, akhirnya dia pun putar balik untuk mengembalikan pena tersebut. 

Al-Imam Abdullah bin al-Mubarak rahimahullah berkata:

استعرت قلما بأرض الشام، فذهبت على أن أرده، فلما قدمت مرو نظرت فإذا هو معي، فرجعت إلى الشام حتى رددته على صاحبه.

"Saya meminjam sebuah pena di daerah Syam, lalu saya pergi dengan niat untuk mengembalikannya, namun ketika saya tiba di Marwa saya melihat ternyata pena tersebut masih bersama saya, maka saya kembali ke Syam hingga saya bisa mengembalikannya kepada pemiliknya." (Siyar A’lamin Nubala', VIII/359). 

Kota Marwa berada di negeri Turkmenistan atau Turkmenia di Asia Tengah Uni Soviet, entah berapa jaraknya dari negeri Syam yang ada di jazirah Arab. Yang pasti cukup jauh dan pada waktu itu kendaraannya jelas bukan kereta api, mobil atau pesawat. 

Itulah para salaf, meneladani dan mengikutinya bukan perkara yang mudah. Dalam hal mengembalikan barang pinjaman saja, sebagian kaum muslimin yang meminjam barang milik orang lain, sudah berhari-hari, bahkan berbulan-bulan tidak mengembalikan barang pinjamannya, padahal tempat meminjam barang hanya tetangga sebelah rumahnya. 

AFM

mengenal aliran bahaiyyah yg sesat menyesatkan

✍️Agama Bahaiyyah

Ringkasan ceramah Ust. Dr. Firanda Andirja Hafidzahullahu Ta'ala

Oleh Abu Yusuf Akhmad Ja'far, Lc

Part 1

Agama Bahaiyah merupakan sempalan dari firqoh Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah

Bahaiyyah merupakan kelanjutan dari firqoh Al-Baabiyyah.

Firqoh ini ada di Mancanegara dan juga di Negara kita. Tujuan kita membahas ini agar kita bisa menjauhinya sebagaimana perkataan seorang penyair :
عرفت الشر لا للشر و لكن لتوقيه 
من لم يعرف الشر من الخير  يقع فيه
"Aku mengetahui keburukan bukan untuk melakukannya, tapi untuk menjauhinya.

Barangsiapa hanya mengenal kebaikan, ditakutkan akan terjatuh kepada keburukan"

Hudzaifah bin Al Yaman pernah mengatakan :
كان الناس يسألون رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الخير، وكنت أسأله عن الشر مخافة أن يدركني

"Dahulu para sahabat bertanya kepada Nabi tentang kebaikan, akan tetapi aku bertanya tentang keburukan karena khawatir takut terjatuh kepadanya"

Dan kita juga perlu membahas ini agar mengingatkan keluarga dan saudara kita akan bahayanya firqoh ini.

Pencetus Firqoh Bahaiyyah adalah Mirza Husain Ali Al Mazandarani

Dia menjuluki dirinya dengan Al-Baha' / Bahaullah yang dimaksud adalah Penampakan keindahan Allah.

Mirza Husain Ali lahir di Iran, tepatnya di Mazandaran. Lahir tahun 1817 M, dan wafat tahun 1892 di usia 75 thn.

Adapun pencetus Firqoh Baabiyah adalah Ali Muhammad Asy-Syirozi, lahir juga di Iran. 
Dia menggelari dirinya dengan Al-Baab yang arti secara bahasa Pintu. 

Dia pengikut sekte Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah yang meyakini tentang 12 imam, dan imam ke 11 adalah Muhammad bin Hasan Al Askar. Namun sejak tahun 200 an hingga kini hilang koneksi dengan ummat. Untuk menunggu Imam Muntadzor (yang ditunggu tunggu itu) perlu menjadikan suatu koneksi agar umat tetap terhubung dengan Imam Muntadzor tersebut.

Maka diantara koneksinya adalah Al-Baabiyah ini. Pintu yang menghubungkan umat dengan Imam Mahdi (imam ke 12)

Lalu Asy-Syirozi naik pangkat, sehingga ngaku sebagai Imam Mahdi

Lalu Asy-Syirozi naik pangkat lagi, sebagai orang yang diberi wahyu oleh Allah Ta’ala (Sebagai Nabi) 

Dan kitab sucinya bernama Al-Bayan (البيان)

Dan ini sudah dibantah habis oleh Syaikh Ihsan Ilahi Dzahir Rahimahullah Ta'ala dengan judul khusus "Al-Baabiyah". 

Kitab al bayan ini kacau secara susunan bahasa arab Nahwu sorofnya, dari segi i'rob juga sangat kacau. Pengikut Baabiyah banyak orang Iran yang tidak bisa bahasa arab sehingga mudah dibodohi dengan Asy-Syirozi, namun dengan berkembangnya zaman maka terkuaklah kebusukan isi dari Al-Bayan. 

Ketika firqoh Baabiyah ini dikritik, maka sebagian mereka membela dengan membabi buta, mereka mengatakan : Dahulu huruf-huruf itu bermaksiat kepada Allah, gara-gara huruf bermaksiat lalu Allah kekang mereka dengan i'rob. Lalu setelah turun Asy-Syirozi maka Allah kasih rahmat dan ampunan hingga huruf-huruf tersebut dilepaskan dari belenggu i'rob. Sehingga bahasa arab ini tidak perlu adanya i'rob. 

Kenapa kita perlu mengetahui kebobrokan Al-Bayan? 

Karena Firqoh Bahaiyyah mengambil rujukan dari Kitab Al-Bayan. Sehingga dengan mudah kita mengetahui kebobrokan firqoh Bahiyyah. 

Bersambung.....

(Masih dirapikan cacatan hingga akhir kajian sehingga enak dibaca) 

Ujungbatu, Riau
20 Dzulhijjah 1442 H

mempelajari BAHA’IYYAH (BAG.1) firqoh sesat menyesatkan

BAHA’IYYAH (BAG.1)

Fawaid dari Penjelasan al-Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA hafidzahullah terkait Baha’iyyah:

1. Bahwa al-Baha’iyyah adalah kelanjutan dari firqah al-Babiyyah, dan al-Babiyyah adalah salah satu pecahan dari firqoh Syi’ah al-Imamiyyah al-Itsnai Al-‘Asyariyyah

2. Kita mengenal keburukan untuk menjauhinya, sebagaimana dikatakan dalam sebuah syair, 

عَرَفتُ الشَرَّ لا لِلشَر لَكِن لِتَوَقّيهِ
وَمَن لَم يَعرِفِ الشَرَّ مِنَ الخَيرِ يَقَع فيهِ

Aku mengenal keburukan untuk melakukannya tapi untuk menjauhinya
Barang siapa yang tak mengenal keburukan bisa jadi terjerumus kedalamnya

Sebagaimana Hudzaifah ibnul Yaman radhiyallahu ‘anhu yang pernah berkata: “Orang-orang bertanya kepada Nabi shallahu ‘alaihi wasallam tentang kebaikan, aku justru bertanya tentang keburukan khawatir aku mendapatkan keburukan tersebut.”

3. Al-Baha’iyyah ( البهائية ) ini nisbat kepada al-Mirza Husain Ali al-Mazandarani ( المرزى حسين علي المازندراني )yang menggelari dirinya dengan al-Baha’ (البهاء) yang maksudnya baha’ullah (penampakan keindahan Allah). Lahir di Iran tahun 1817 dan wafat tahun 1892, keluarganya banyak yang dekat dengan orang-orang Rusia.

4. al-Baha’iyyah ini asalnya adalah Al-Babiyyah (البابية), nisbat kepada Ali Muhammad asy-Syirazi (علي محمد الشيرازي) yang lahir di Syiraz, Iran. Dia menggelari dirinya al-Bab (الباب), dan al-Bab artinya pintu. Ali Muhammad asy-Syirazi adalah pengikut sekte Syiah al-Imamiyyah al-Itsnai Al-‘Asyariyyah yang meyakini 12 imam dan imam terkahir adalah Muhammad bin Hasan al-Askar yang dinanti-nanti dan masuk ke dalam Sirdap sejak tahun 200an sekian hijriah dan sampai saat ini belum keluar. Maka saat itu umat terputus dengan Imam Mahdi yang dinantikan, sehingga dibutuhkanlah perantara dengan imam tersebut, maka asy-Syirazi mengangkat dirinya sebagai al-Bab (pintu) yang menghubungkan umat saat itu dengan Imam Mahdi.

5. Setelah mengangkat dirinya sebagai al-Bab, asy-Syirazi justru mengaku sebagai Imam Mahdi. Tak sampai disitu, dia juga mengaku sebagai Nabi yang diberi wahyu dari Allah. Dan kitab suci yang Allah berikan adalah al-Bayan (البيان). 

6. Kitab al-Bayan adalah kitab suci al-Babiyyah yang berbahasa Arab. Di antara ulama yang membahas terkait al-Babiyyah adalah Ihsan Ilahi Zhahir. Ihsan Ilahi Zhahir menjelaskan bahasa Arab yang ada pada al-Babiyyah adalah bahasa Arab yang kacau dan dikritik oleh beliau dari segi Nahwu yang ada pada al-Bayan. 

7. Ketika dikritik akan kacaunya bahasa Arab pada al-Bayan maka mereka memberikan pembelaan, diantara pembelaan mereka adalah: “Dahulu huruf-huruf bermaksiat kepada Allah, sehingga Allah kekang mereka dengan i’rab. Setelah datangnya asy-Syirazi maka Allah ampuni mereka dan Allah lepaskan huruf-huruf tersebut dari belenggu dan kekangan i’rab.

8. Mengetahui kacaunya kitab suci al-Babiyyah yaitu al-Bayan adalah hal penting, karena al-Baha’iyyah membangun pemikiran mereka di atas sekte al-Babiyyah.

9. asy-Syirazi sebelum meninggal memiliki 18 orang yang khusus yang disiapkan untuk meneruskan dakwah beliau dan yang paling spesial di antara 18 orang tersebut adalah al-Mirza Yahya Ali al-Mazandarani (المرزى يحي علي المزندراني) yang mana ia merupakan saudara sebapak dari Mirza Husain, pendiri al-Baha’iyyah. Sebelumnya Mirza Husain sudah mengikuti al-Baha’iyyah tapi ia tidak masuk dalam 18 orang spesial yang disiapkan oleh asy-Syirazi. Akhirnya ia cemburu dan ikut dalam muktamar mereka serta berhasil mengambil hati mereka padahal asy-Syirazi tidak pernah meridhai Mirza Husain.

10. Keyakinan Ali Muhammad asy-Syirazi,  pendiri Al-Babiyyah bahwa al-Bayan me-mansukh-kan (menghapuskan) Al-Qur’an.

11. Berjalan beberapa waktu Mirza Husain Ali Al-Mazandarani mengaku diberi wahyu oleh Allah dengan kitab suci bernama Al-Aqdas (الأقدس) yang maksudnya kitab yang paling suci dan mengalahkan kesucian Al-Qur’an serta kitab-kitab sebelumnya.

12. Al-Aqdas kalau didownload format pdf hanya kitab kecil (kutaib), ada yang 55 halaman atau 112 halaman. 

13. Mirza Husain memiliki keyakinan terkait kitab suci Al-Aqdas:
a. Me-manshukh-an kitab-kitab sebelumnya
b. Semua syari’at tidak berlaku lagi, kecuali apa yang ada di al-Bayan. Tapi faktanya, sebagian yang ada di al-Bayan dihapuskan. Contohnya: dalam masalah zina, pada al-Bayan tidak ada masalah jika laki-laki dan perempuan sama-sama ridha. Kemudian di-mansukh-kan oleh al-Aqdas ada 2 syarat zina menjadi halal dengan yaitu: 1) laki-laki dan perempuan sama-sama ridha 2) Kedua orang tua dari laki-laki dan perempuan yang berzina juga ridha

14. Ihsan Ilahi Zhahir ia menarik kesimpulan bahwa al-Babiyyah dan al-Baha’iyyah dibantu oleh Rusia, dan memang ada pernyataan dari Mirza Husain yang memuji-muji Rusia. 

15. Adapun wafatnya Mirza Husain Ali Al-Mazandarani, dikatakan bahwa dia meninggal dalam keadaan gangguan jiwa. Ihsan Ilahi Zhahir menyebutkan, dinukilkan dari sebagian orang-orang dekat mereka bahwa anak Mirza Husain al-Mazandarani yaitu Abbas (menggelari dirinya dengan Abdul Baha’) tatkala ayahnya meninggal, dia tidak ingin orang-orang menemui ayahnya karena malu dengan kondisi ayahnya.

Bersambung ke bagian 2....

Akhukum Noviyardi Amarullah Tarmizi
Jum’at malam, 21 Dzulhijjah 1442 H / 30 Juli 2021

Dakwah Salafiyyah ialah dakwah kepada Islam dengan pemahaman yang Shahih

Bila disuruh mempresentasikan hakikat dakwah salafiyyah secara sangat ringkas dan hanya dalam beberapa kata saja, maka seperti yang dikatakan oleh  Syaikh Al-Albani رحمه الله , Beliau berkata;

« الدعوة السلفية هي الإسلام بالمفهوم الصحيح » .[ متفرقات ١٥٢ ]

"Dakwah Salafiyyah ialah dakwah kepada Islam dengan pemahaman yang Shahih".
Ustadz Musamulyadi Luqman 

Telah shorih/tegas dalil dari Al-Quran dan As Sunnah bahwasanya Iman akan bertambah & berkurang. 📚Bukti bahwasanya Iman seseorang akan bertambah dengan ketaatan dan akan akan berkurang dengan kemaksiatan ialah :

📕Telah shorih/tegas dalil dari Al-Quran dan As Sunnah bahwasanya Iman akan bertambah & berkurang.
  
📚Bukti bahwasanya Iman seseorang akan bertambah dengan ketaatan dan akan akan berkurang dengan kemaksiatan ialah :

1. ALLAH membagi orang yang beriman menjadi 3 bagian, yaitu: 
🖍 Mereka yang bersegera dalam amal kebaikan. Mereka mengerjakan amalan wajib, mustahab dan meninggalkan perkara Haram dan makruhat.  Mereka adalah golongan yang benar2 mendekatkan diri kepada Allah.
🖍 Muqtashidun : mereka hanya mengerjakan amalan wajib & meninggalkan yang haram.
🖍 Mereka Dzolim kepada diri mereka sendiri, menjerumuskan diri mereka kepada maksiat dan lalai dalam perkara amalan wajib. Meskipun demikian tersisa iman pada diri mereka yaitu muthlaqul iman.

2. Orang-orang yang beriman memiliki berbagai tingkat ilmu keilmuan terperinci yang berbeda.

🖍 Diantara mereka mendapatkan ilmu keimanan terperinci perkara akidah sehingga iman bertambah & keyakinan sempurna. 
🖍 Diantara mereka ada yang hanya memahami ilmu keimanan akidah secara global & tidak memiliki kemampuan memahami secara terperinci secara detail.

Jelas berbeda kadar keimanan bagi siapa saja yang sudah mempelajari buku-buku akidah dan tauhid dengan siapa saja mengetahui agama dengan hanya mendengar tanpa memahami dengan terperinci.

Bersambung...

Akhukum Shalahuddin 
Jumat 30 Juli 2021

Kamis, 29 Juli 2021

syarat mendapatkan ilmu nasehat dari imam Syafi'i rahimahullah berkata :

Hal yang paling menyesakkan saat hadir dalam hati adalah penyesalan, namun semua bisa terobati di dunia saat kita memperbaiki yang akan datang.

Hal yang paling menyesakkan saat hadir dalam hati adalah penyesalan, namun semua bisa terobati di dunia saat kita memperbaiki yang akan datang.

Beda halnya ketika penyesalan itu datang di akhirat , penyesalan yang tidak mungkin bisa diperbaiki . Setelah itu siksa batin dan lahir yang akan dirasakan para pelaku maksiat dan orang-orang kafir yang membangkang. Allah berfirman :

وَقَالُواْ لَوۡ كُنَّا نَسۡمَعُ أَوۡ نَعۡقِلُ مَا كُنَّا فِيٓ أَصۡحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ

Dan mereka berkata, "Sekiranya (dahulu) kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) tentulah kami tidak termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Almulk : 10 ). dan juga berfirman :

وَجِاْيٓءَ يَوۡمَئِذِۭ بِجَهَنَّمَۚ يَوۡمَئِذٖ يَتَذَكَّرُ ٱلۡإِنسَٰنُ وَأَنَّىٰ لَهُ ٱلذِّكۡرَىٰ ⏰ يَقُولُ يَٰلَيۡتَنِي قَدَّمۡتُ لِحَيَاتِي

Dan pada hari itu neraka Jahannam didatangkan; pada hari itu sadarlah manusia tetapi tidak berguna lagi baginya kesadaran itu.Dia berkata, "Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini.” (Al Fajr25-26).

Masih ada kesempatan saat nafas Allah berikan. Mintalah ampunan dan juga teruslah beramal diantaranya dengan membaca dan mentadabburi alquran. 
Semoga kita di rahmati oleh Ar Rahman.