Senin, 27 Januari 2025

Tiga Pemikir Besar Filsafat: Jejak Mereka di Dunia Islam

Tiga Pemikir Besar Filsafat: Jejak Mereka di Dunia Islam
(Hasil murajaah dari Dauroh Ustadz Dr. Ariful Bahri, Lc. MA., disertai rujukan kitab Fathur Rabbil Hamid dan Dar’u Ta’arudh Al-‘Aql wan Naql)

---

Sejarah mencatat tiga tokoh besar yang menjadi pilar filsafat dunia. Mereka digadang-gadang sebagai “guru peradaban,” pemimpin pikiran, dan pelopor logika. Namun, di balik semua itu, jejak mereka juga menyisakan bayang-bayang kelam yang menyentuh inti akidah Islam. Mari kita menggali lebih dalam kisah mereka—bagaimana gagasan-gagasan mereka yang megah justru mengundang kritik tajam dari para ulama salaf.

---

1. Aristoteles (384–322 SM): “Guru Pertama” yang Memuja Akal

Dalam sejarah, ia dikenal sebagai Al-Mu’allim Al-Awwal. Bagi banyak orang, ia adalah bapak logika yang membangun dasar-dasar pemikiran manusia. Namun, apakah segala yang ia ajarkan membawa kebaikan?

Aristoteles memperkenalkan konsep “Penggerak Pertama” (al-muharrik al-awwal), yang menurutnya adalah sebab utama dari segala yang ada. Namun, dalam kitab Fathur Rabbil Hamid, konsep ini dibongkar dengan teliti—ternyata ia menisbatkan sifat Allah dengan pendekatan akal semata, meminggirkan wahyu, hingga melahirkan kerancuan dalam memahami Tuhan.

> “Bila akal diangkat tanpa wahyu, maka ia akan menghakimi bahkan Zat Yang Maha Tinggi. Dan inilah kesalahan fatal Aristoteles.”
---

2. Al-Farabi (872–950 M): “Guru Kedua” yang Membawa Warisan Yunani ke Dunia Islam

Ia dijuluki sebagai Al-Mu’allim Ats-Tsani, pelanjut gagasan Aristoteles. Namanya harum di dunia Islam, namun aroma pemikirannya justru mengundang bahaya.

Al-Farabi adalah simbol dari upaya manusia menyelaraskan filsafat Yunani dengan Islam. Namun, dalam banyak hal, ia terlalu jauh. Kitab ini mengkritik bagaimana ia mengagungkan rasio hingga meruntuhkan batas-batas wahyu. Dalam tafsirnya terhadap metafisika, ia memperkenalkan ide-ide yang mengaburkan tauhid, seperti pembagian eksistensi yang tidak memiliki dasar dalam Islam.

> “Akal memang lentera, tapi jika terlalu menyala, ia akan membakar arah.”

---

3. Ibnu Sina (980–1037 M): “Guru Ketiga” yang Tenggelam dalam Kegelapan Akal

Ibnu Sina adalah Al-Mu’allim Ats-Tsalis, penggagas Asy-Syifa’. Tapi apakah Asy-Syifa’ benar-benar menyembuhkan? Tidak—bagi akidah, ia malah melukai.

Dalam kitab Fathur Rabbil Hamid, disebutkan bahwa Ibnu Sina termasuk di antara mereka yang melanjutkan penyimpangan para filsuf sebelumnya. Ia menggambarkan Allah dengan pendekatan metafisik Yunani, menciptakan kebingungan di antara umat Islam.

> “Jika Allah tidak diimani sebagaimana wahyu menjelaskan, maka akal akan menciptakan ilah sesuai keinginannya.”

---

Kritik Terhadap Kaum Falasifah

Dari Aristoteles, Al-Farabi, hingga Ibnu Sina, mereka menyusun gagasan besar yang menyanjung akal. Namun, sebagaimana dijelaskan dalam kitab ini, kaum falasifah adalah orang-orang yang meninggalkan wahyu di belakang, menyerahkan iman pada akal belaka. Mereka berkata, “Tidak ada yang keluar dari Allah kecuali sesuatu yang sederhana (wahid basith),” mengabaikan sifat-sifat-Nya yang agung.

> "Orang yang menyerahkan dirinya pada akal semata, tanpa wahyu sebagai pelita, hanya akan terjebak dalam kesombongan pemikiran."

---

Kesimpulan yang Menggugah

Filsafat Yunani, betapapun mengagumkan, tidak bisa menjadi satu-satunya jalan kebenaran. Wahyu adalah puncak hidayah, sementara akal hanyalah alat yang harus tunduk padanya. Para ulama seperti Ibnu Taimiyyah mengingatkan kita untuk tidak terjebak dalam kilauan filsafat yang kosong dari iman.

Mari kita semua renungkan: Bagaimana kita memahami peran akal dan wahyu? Seberapa sering kita terjebak dalam logika tanpa petunjuk ilahi?

> “Akal tanpa wahyu adalah kegelapan; wahyu tanpa akal adalah kelemahan. Tapi akal yang ditundukkan oleh wahyu—itulah cahaya yang hakiki.

Sumber Inspirasi:

Dauroh Ustadz Dr. Ariful Bahri, Lc. MA.

Kitab Fathur Rabbil Hamid

Dar’u Ta’arudh Al-‘Aql wan Naql

Bersama, kita gali lebih dalam kisah ini—apakah filsafat membawa kita pada kebenaran, atau hanya fatamorgana yang menipu? Bagaimana pendapat Anda? Mari berbagi wawasan!

https://www.facebook.com/share/p/1BcTAr6DMp/