Apakah para ustadz perlu AI nya sendiri
Salah satu hal yang selalu saya pikirkan adalah "sebagaimana banyak industri mulai memakai AI untuk mempermudah berbagai hal, setiap ustadz perlu personalized AI yang membantunya"
Picture masalahnya adalah sebagai berikut:
1.Kalau seorang ustadz itu "kibar" atau memiliki follower/jama'ah yang banyak, tidak mungkin bagi jamaah untuk menanyakan setiap masalahnya secara personal ke ustadz tersebut karena itu mustahil secara fisik dan waktu.
2.Salah satu hal yang membuat para ustadz lama atau bahkan salah dalam membuat pendapat fiqihnya adalah lamanya dalam meriset pendapat-pendapat fiqih dari kitab-kitab secara manual, ditambah lagi riset secara manual bisa membuat seorang ustadz tidak mendapatkan sebagian pendapat juga.
3.Hal yang membuat para ustadz membuat pendapat yang keliru ada misunderstanding the case, ini banyak terjadi terutama di kasus-kasus kontemporer karena para ustadz/ulama terkadang terdiskoneksi dengan industri atau realita hidup sehari-hari jama'ahnya.
AI bisa membantu sebagai solusi permasalahan ini dari beberapa sisi:
1.Seorang ustadz bisa menyatakan kepada jama'ahnya:"ini AI yang sudah saya supervise, InsyaAllah jawabannya valid karena saya cek secara berkala, kalau tidak mendapatkan jawaban dari saya bisa tanya AI saya".
2.Ketika sang ustadz mencari pendapat mengenai suatu kasus ia bisa memasukkan berbagai buku dan berkata ke AInya:"tolong carikan semua pendapat mengenai A" maka AI akan mengumpulkan semua pendapat tersebut. Ini akan menghemat waktu sangat banyak dalam proses pembentukan opini fiqih/fatwa. Bahkan jika AInya dibolehkan mencari sumber lain dari luar dengan pre determined limitations sang ustadz bisa mendapatkan pendapat lain yang ia tidak ketahui
3.Dalam beberapa kasus seperti fiqih muamalah, memahami konteks ekonomi sangat penting dalam pembuatan fatwa/opini fiqih, AI bisa membantu mencarikan dan mengolah data-data yang diperlukan seperti statistika, memahami konteks transaksi dan tujuannya, hingga mengecek laporan keuangan. Tentunya hal ini bisa diperluas seperti kasus-kasus kedokteran yang membutuhkan pengetahuan medis dan lain sebagainya.
Ada tantangan tentunya dalam mengimplementasikan hal ini seperti dana(sebenarnya bisa dengan memulai small), sumber daya manusia(ada temen-temen engineer yang bersedia membantu sebagai social project, kalau ustadznya sudah memiliki "nama" bisa rekrut AI engineer sendiri) dan yang terpenting:"awareness"(nah ini yang sulit). Namun pada akhirnya semua tantangan ini harus dilewati untuk mentransformasi dunia fiqih ke era AI yang sepertinya tidak terhindari lagi.
Semoga personalized ustadz's AI bisa terwujud dalam 3-5 tahun kedepan dan bisa membantu dakwah Islam semakin ke depan.
Wallahu a'lam
Ustadz devin halim