Kecerdasan dan Hidayah Tidak Seiring Berjalan..
Akalnya brilian, ilmunya luas laksana samudera, pemahamannya matang dan produktif menyusun kitab dan menoreh tulisan yang menggerakkan jiwa.
Predikat mufassir, muhaddits, fakih, ahli sejarah dan bahasa semuanya disandang karena kemahirannya yang betul-betul membikin orang takjub bukan kepalang.
Tanpa maksud berlebihan sebagian ulama sampai menjuluki dirinya kala itu dengan "Syaikhul Islam abad sekarang".
Siapa dia? Beliau adalah Abdullah Al-Qashimi, sosok alim yang dikenal narsis, puitis, piawai merangkai syair dan kata-kata.
Akan tetapi, hidayah tawfiq sejatinya hanya milik Allah, bukan di tangan manusia, bahkan bukan pula di tangan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sekalipun.
Nahas, Abdullah Al-Qashimi putar haluan hingga kemudian menjadikan dirinya murtad keluar dari Islam di atas limpahan kenikmatan yang dimilikinya.
Murtad bukan karena sekardus mie instan dan serangan fajar, tapi murtad karena bid'ah filsafat dan kesombongan rasionalitas hingga menjerumuskan dirinya ke dalam jurang kekufuran atheis sampai ajalnya tiba.
Syaikh Al-'Allamah Rabi' bin Hadi Al-Madkhali hafidzhahullah berkata,
"Sebagian ulama ketika menyampaikan nasihat kepadanya dia menentang dengan kesombongannya, menolak kebenaran, angkuh di atas kebatilan hingga murtad dari agamanya."
Begitulah sifat kenikmatan, bukan perkara yang sulit bagi Allah mencabut kenikmatan itu dengan sekejap akibat kesombongan.
Kesombongan yang hakikatnya dikatakan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yaitu menolak kebenaran dan menghinakan manusia.
Semoga Allah senantiasa membimbing kita kepada jalan yang diridhai-Nya, mengaruniakan kepada kita ilmu yang bermanfaat, amal yang saleh serta tidak tertipu dengan kelebihan yang kita punya. #manhajulhaq