Syaikh Yasir ad Dausari, Imam Masjidil Haram Mekkah ketika memimpin sholat berjamaah membaca Surat Hud. Ketika sampai pada ayat:
{ وَنَادَىٰ نُوحٌ ٱبۡنَهُۥ وَكَانَ فِی مَعۡزِلࣲ یَـٰبُنَیَّ ٱرۡكَب مَّعَنَا وَلَا تَكُن مَّعَ ٱلۡكَـٰفِرِینَ }
"Nuh memanggil anaknya,ketika dia (anak itu) berada di tempat yang jauh terpencil, “Wahai anakku! Naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir.” [QS Hūd: 42]
Syaikh menangis dengan kuat, dan jamaah sholat pun ikut menangis sampai akhir kisah Nabi Nuh.
Sebenarnya, tangisan dalam ayat tersebut adalah tangisan yang didasarkan pada tangisan Sayyidina Nuh alaihisalam yang nampak jelas dalam pengucapannya ayat tersebut. Seorang ulama menjelaskan bahwa Idghamnya huruf Ba dengan huruf Mim mengisahkan gemetarnya suara sang ayah yang memanggil-manggil anaknya di detik-detik terakhir.
Bayangkan! Seorang pembuat kapal sekaligus pemimpinnya yang merupakan satu-satunya yang bisa menyelamatkan jiwa manusia, berhasil mengajak orang-orang asing untuk naik ke kapalnya agar selamat. Namun, ia tak berhasil mengajak & menyelamatkan anaknya sendiri!
Sayyidina Nuh alaihissalam membuat satu-satunya sarana keselamatan yang dipakai banyak manusia, namun anaknya sendiri tak menaikinya.
Satu hal yang perlu direnungkan, bahwa mungkin saja engkau menyiapkan berbagai sarana untuk anak-anakmu agar mereka mencapai daratan yang aman, yang menjaga dan melindungi mereka. Namun, sayangnya engkau tak bisa memberikan hidayah agar mereka pergi ke sana.
Bagaimanapun engkau melakukan & mempersiapkan sarana untuk anak-anakmu, hidayah dari Rabb kita lebih penting dari apapun juga.
Ya Allah, berilah hidayah pada anak-anak kami, jagalah mereka dan jangan engkau timpakan pada mereka sesuatu yang tak disukai (copas).
Amiin, yaa Rabbal alamin.
Jangan sampai engkau tak mendoakan anak-anakmu dan carilah waktu-waktu dikabulkannya doa.
(Dicopas dari Channel Telegram (ID) Syaikhina Prof. Dr. Ashim al-Qaryuthi hafizhahullah
Ustadz abdul rasyid