Rabu, 18 September 2024

Meluruskan kesalahan dalam memahami satu teks fatwa syaikh kami Prof.Dr.Shaleh al-fauzan hafidzhahullah oleh seorang Da'i di pontianak dalam membahas udzur kejahilan ( dispensasi kebodohan ) terhadap orang-orang yang melakukan salah satu pembatal-pembatal ke islaman yang sudah menjadi ijma' seperti pelaku syirik akbar*

*Meluruskan kesalahan dalam memahami satu teks fatwa syaikh kami Prof.Dr.Shaleh al-fauzan hafidzhahullah oleh seorang Da'i di pontianak dalam membahas udzur kejahilan ( dispensasi kebodohan ) terhadap orang-orang yang melakukan salah satu pembatal-pembatal ke islaman yang sudah menjadi ijma' seperti pelaku syirik akbar*

Diantara penyebab kesalah pahaman terjadi dikalangan penuntut ilmu yang dapat merusak aqidah umat islam, salah satu diantaranya adalah menyebarkan sebuah fatwa seorang ulama tanpa memberikan penjelasan dan keterangan-keteragan yang di maksudkan oleh ulama tersebut dengan cara Mengumpulkan semua pendapat ulama itu dalam  permasalahan tersebut.

Merupakan metode ahlusunnah wal jamaah adalah mengumpulkan dan mengompromikan semua fatwa2 ulama dalam satu masalah. *bukan sebaliknya seperti metode ahlul bid'ah yang hanya mecomot satu fatwa dlm satu pemasalah yang sesuai dengan hawa nafsunya tanpa mengumpulkan dan mengkompromikan fatwa2 lainya* sehingga terjadilah kesalahan pahaman sebuah hukum, terlebih lagi pembahasan tersebut adalah berkaitan dengan aqidah.

*Asy-Syaikh Shalih Fauzan Al Fauzan berkata:* 

إذا كان ولابد من نقل كلام أهل العلم أن يستوفي النقل من أوله إلى آخره ويجمع كلام العالم في المسألة من مختلف كتبه حتى يتضح مقصوده
ويرد بعض كلامه إلى بعض ولا يكتفي بنقل طرف ويترك الطرف الآخر لأن هذا يسبب سوء الفهم وأن ينسب إلى العالم مالم يقصده

Apabila harus menukil ucapan ulama (hendaknya seseorang) mengambil penukilan dari awal sampai akhirnya dan mengumpulkan ucapan seorang alim dalam masalah tertentu dari kitab-kitabnya yang berbeda sehingga jelaslah maksud alim itu. Dan mengembalikan sebagian ucapannya kepada sebagian lainnya. *Dan jangan merasa cukup dengan menukil sebagian dan meninggalkan sebagian lainnya.* Karena hal ini berakibat salah paham dan *berakibat menisbatkan kepada ulama tersebu apa-apa yang bukan dia maksudkan* ( Roful al-laimah an fatwa al-lajnah daimah jilid 1 halaman 7 terbitan kutub islamiyyah oleh Syaikh dausary hafidhahullah )

 *Syaikhul islam ibnu taimiyyah rahimahullah :

قال شيخ الإسلام ابن تيمية الله في الجواب الصحيح (٤٤/٤) 

فإنه يجب أن يُف يُفسّر كلام المتكلم بعضه ببعض ويؤخذ كلامه من هنا وههنا، وتُعرفُ ما عادته بعينه، ويريده بذلك اللفظ إذا تكلم به، وتعرف المعاني التي عُرف أنه أرادها في موضع آخر، فإذا عُرفَ عُرفُهُ وعادته في معانيه، وألفاظه كان هذا مما يُستعان به على معرفة مراده. 

وأما إذا استعمل لفظه في معنى لم تجرِ عادته باستعماله فيه أو تُركَ استعماله في المعنى الذي جرت عادته باستعماله فيه، وحمل كلامه على خلاف المعنى الذي قد عُرفَ أنَّهُ يريدُهُ بذلك اللفظ يجعل كلامه متناقضا، وترك حمله على ما يُناسب سائرَ كلامه، كان ذلك تحريفا لكلامه عن مواضعه، وتبديلا لمقاصده, وكذبًا عليه 

Sesungguhnya wajib menafsirkan ucapan pembicara dengan ucapannya yang lain.

Dan mengumpulkan ucapannya dari mana-mana saja baik ditempat yang ini dan itu

Dan mengenali kebiasaannya yang ia inginkan dengan lafal itu saat dia berbicara sehingga diketahuilah makna-makna yang sudah biasa dia inginkan bahwa iaw memaksudkan itu pada ucapannya yang lain.

Apabila telah diketahui kebiasaannya pada makna-makna dan lafal-lafal yang dimaksunya maka ini diantara hal yang membantu dalam mengetahui maksud siempunya ucapan.

Adapun jika lafalnya dibawa kepada makna yang bukan itu kebiasaan dia saat menggunakannya, kemudian mengabaikan makna yang biasa dia maukan saat menggunakan lafal itu dan membawa ucapannya kepada makna yang berbeda dengan makna yang biasa dia maukan dengan lafal itu, menjadikan ucapannya saling bertabrakan dan meninggalkan ucapannya yang sesuai dengan semua ucapannya,  *maka ini merupakan penyimpangan atau tahrif terhadap ucapannya dari tempat yang seharusnya dan merubah maksud-maksudnya serta berdusta atas namanya* 

Dan ini adalah sebab asasi yang melandasi tersesatnya orang-orang dalam mentakwil ucapan para nabi keluar dari tempatnya ( Al-Jawabu-sh-Shahih (2/287-288)

Syaikhul islam menjelaskan diatas bahwa membawa ucapan pembicara antara satu dengan lainya sehingga bisa diketahui kembiasaan pembicara dalam mengunakan sebuah istilah sebingga diketahui apa yang ia inginkan dalam pembicaraan itu kemudian dengan hal inilah pendapatnya dalam sebuah masalah dapat diketahui.

Belum beberapa lama *seorang ust yang ada di pontianak kalbar* menyebarkan sebuah fatwa syaikh Prof. Dr. Sholeh al-fauzan hafidzhahullah ( Ulama senior sekaligus anggota lajnah daimah ( seperti MUI ) di saudi arabia dan anggota haiah kibar ulama saudi arabia (KSA ) tentang pembahasan udzur bil jahal (Dispensasi karena bodoh )  bagi orang yang melakukan salah satu pembatal-pembatal ke islaman.

Narasi yang dibangun , hanya dengan satu fatwa lalu menyimpulkan sebuah hukum yang hasilnya membuat kekeliruan fatal dalam aqidah, umat dan penuntut ilmu akhirnya menjadi salah paham. hal ini sering terjadi dan dilakukan oleh  orang² yang tidak memiliki manhaj yang benar dan bimbingan ulama dalam perkara yang ia bahas.

Sebagian mereka terkadang hanya mencomot satu saja fatwa Syaikhuna Prof Dr. Sholeh al-fauzan hafidzhahullah tanpa mengkromikan dgn fatwa² lainya , sehingga dengan berani membangun suatu hukum dengan menyandarkan hal tersebut kepada beliau padahal tidak demikian maksudnya, dan *inilah yg disebut syaikhul islam dan syaikh fauzan diatas sebagai berdusta atas nama ulama yang dia nisbatkan.*

Dengan fatwa ini si ust selain menyebarkan ke para pengikutnya dan juga mengarahkan orang lain agar memahami bahwa *pelaku pelanggar salah satu pembatal ke islaman misalkan syirik akbar mendapatkan udzur bi jahal ( despensasi karena bodoh ) secara mutlaq.*

Berikut ini adalah fatwa syaikh Prof. Dr. Shaleh al-fauzan  yang telah disebarkan oleh ust tersebut di medsos-medsos dan di grup-grup wa : 

*Syaikh sholeh al-fauzan dutanya :

سؤال : هل من ارتكب ناقضًا من نواقض الإسلام يكفره كل من رآه وعلم به ، أم لا يكفره إلا العلماء ؟

*Pertanyaan : Apakah orang yang melakukan salah satu dari pembatal keIslaman itu dikafirkan oleh semua orang yang mengetahuinya ataukah oleh para ulama saja? 

جواب : من ارتكب ناقضًا من نواقض الإسلام فينبغي أن يتثبت من أمره ، فربما يكون جاهلا يعذر بالجهل ،وربما يكون مكرها ، وربما يكون له عذر ، فإذا تبين أن ليس له عذر أو ليس بجاهل فإنه يحكم عليه بما صدر منه.

*Jawaban : Barangsiapa melakukan salah satu dari pembatal keIslaman, maka harus dipastikan kondisinya. Mungkin karena JAHIL (tidak mengerti) maka diberi udzur karena KEJAHILANNYA (ketidak mengertiannya), atau mungkin karena dipaksa,  mungkin karena ada udzur lain. Apabila sudah jelas tidak ada udzur sama sekali, atau bukan karena JAHIL (tidak mengerti), maka ia dihukumi dengan apa yang tampak darinya. (Duruus Fii Syarhi Nawaaqidh Al-Islam Syarah Asy-Syaikh Shalih Fauzan Al-Fauzan Hafizhahullah, hal. 37).

Berdasarkan fatwa ini, orang yang menukil fatwa ini ingin mengambil istinbat hukum atau sekedar mengesankan bahwa siapa saja yang melakukan salah satu pembatal ke islaman misalkan syirik akbar akan *mendapatkan udzur biljahal (dispensasi karena jahil ) secara mutalaq* tanpa dirincinya dengan menjelasakan apa maksud  syaikh sholeh al-fauzan terhadap orang yang mendapatkan udzur biljahal dan yg tidak mendapatkan udzur biljahal ?   

Dan bagaimana fatwa-fatwa syaikh sholeh al-fauzan yang  lainya yang begitu banyak dalam menhukumi pelaku pembatal ke islaman tidak mendapatkan udzur biljahal ( dispensasi karena kebodohan ) ?

*JAWABAN SAYA :

Baik, kita langsung saja menjelaskan maksud fatwa syaikh sholeh fauzan diatas yang ust pontianak ini gagal paham dalam membangun kesimpulan hukumnya padahal memiliki rincianya sebagai berikut : 

1. Bahwa orang yang melanggar salah satu pembatal-pembatal ke islaman seperti syirik akbar yang jelas mendapatkan udzur biljahal ( dispensasi karena kebodohan adalah *kejahilan yang tidak mungkin hilang dari subjeknya karena orangnya tinggal ditempat yang terputus dari dunia luar, tidak mendengar keterangan sama sekali dan tidak ada disekitarnya orang yang mengajarinya. Maka orang ini jika ia wafat dalam kondisi seperti ini maka ia dianggab termasuk ahli fatrah.* katagori jenis orang inilah yang mendapatkan udzur kejahilan yang mereka dikatagorikan sebagai ahli fatrah atau yang diqiyaskan dengan ahli fatrah seperti di dalam hadist² shahih yaitu mereka yang gila, peka, pikun ketika wahyu datang *Karena tidak mungkin mereka bisa menghilangkan kejahilanya oleh karena itu mereka semua mendapatkan udzur kejahilan di akhirat berupa akan diuji kembali oleh allah,  Sehingga hukumnya di akhirat kita serahkan  kepada allah* adapun didunia ia tetap diperlakukan sebagai orang kafir jika mati dalam kekufuran karena Ahlusunnah wal jamaah menghukumi sesuatu sesuai apa yang tampak dari dhohirnya.

2. *Adapun kejahilan yang orangnya tidak di beri udzur adalah kejahilan yang bisa hilang apabila ia berupaya menghilangkanya. Seperti orang yang mendengar atau membaca Al-Qur'an dan dia orang Arab, mengerti bahasa Al Qur’an, maka orang ini tidak diberi udzur jika tetap berada diatas kejahilan. Karena Al Qur’an telah sampai kepadanya dengan bahasanya.* katagori kedua inilah jika orang melanggar salah satu pembatal-pembatal keislaman ini *maka tidak diberi udzur karena kejahilanya, selama al-qur'an dan sunnah sudah menjangkaunya dan dia hidup ditengah kaum muslimin dan jika dia mau dia bisa berusaha bertanya dan mengetahui jika dia mau, kondisi seperti ini hujjah sudah tegak atasnya* karena ketidak pedulianya terhadap asas islam dan i'rod ( perpaling ) yg membuatnya menjadi melakukan kekafiran *maka kondisi ini ia tidak diberikan udzur karena kejahilan.*

*Dasarnya adalah fatwa syaikh Prof. Dr. sholeh al-fauzan hafidzhahullah berikut :

والجهل الذي يعذر به صاحبه هو الجهل الذي لا يمكن زواله لكون صاحبه يعيش منقطعا عن العالم لا يسمع شيئًا من العلم وليس عنده من يعلمه فهذا إذا مات على حاله فإنه يعتبر من أصحاب الفترة. قال تعال:  وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا  [الإسراء: ١٥]،  والجهل الذي لا يعذر به صاحبه هو الجهل الذي يمكن زواله لو سعى صاحبه في إزالته مثل الذي يسمع أو يقرأ القرآن وهو عربي يعرف لغة القرآن فهذا لا يعذر في بقائه على جهله لأنه بلغة القرآن بلغته.

 والله تعالى يقول:  ﴿ قُلْ أَيُّ شَيْءٍ أَكْبَرُ شَهَدَةٌ قُلِ اللَّهُ شَهِيدٌ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَأُوحِيَ إِلَى هَذَا الْقُرْءَانُ لِأُنذِرَكُم بِهِ، وَمَنْ بَلَغَ ﴾ [الأنعام: ١٩]،

  فالذي بلغه القرآن ووصلت إليه الدعوة والنهي عن الشرك الأكبر لا يعذر إذا استمر على الشرك أو استمر على الزنا أو الربا أو نكاح المحارم أو أكل الميتة وأكل لحم الخنزير وشرب الخمر أو أكل أموال الناس بالباطل أو ترك الصلاة أو منع الزكاة أو امتنع عن الحج وهو يستطيعه لأن هذه أمور ظاهرة وتحريمها أو وجوبها قاطع وإنما يعذر بالجهل في الأمور الخفية حتى يبين له حكمها. فالعذر بالجهل فيه تفصيل:

أولا: يعذر بالجهل من لم تبلغه الدعوة ولم يبلغه القرآن ويكون حكمه من أصحاب الفترة.

ثانيا : لا يعذر من بلغته الدعوة وبلغة القرآن في مخالفة الأمور الظاهرة كالشرك وفعل الكبائر لأنه قامت عليه الحجة وبلغته الرسالة، وبإمكانه أن يتعلم ويسأل أهل العلم عما أشكل عليه، ويسمع القرآن والدروس والمحاضرات في وسائل الإعلام.

ثالثا: يعذر بالجهل في الأمور الخفية التي تحتاج إلى بيان حتى تبين له حكمها ولهذا قال النبي

 : إن الحلال بين والحرام بين وبينهما أمور مشتبهات لا يعلمهن كثير من الناس فمن اتقى الشبهات فقد استبرأ لدينه وعرضه، ومن وقع في الشبهات وقع في الحرام كالراعي يرعى حول الحمى يوشك أن يقع فيه ألا وإن لكل ملك حمى ألا وإن حمى الله محارمه.

 فالحلال بين يؤخذ والحرام البين يتجنب والمختلف فيه يتوقف فيه حتى يتبين حكمه بالبحث وسؤال أهل العلم.

*Kejahilan yang orangnya diberi udzur (toleransi)  adalah kejahilan yang tidak mungkin hilang karena orangnya tinggal ditempat yang terputus dari dunia luar, tidak mendengar keterangan sama sekali dan tidak ada disekitarnya orang yang mengajarinya. Maka orang ini jika ia wafat dalam kondisi seperti ini maka ia termasuk ahli fatrah.*

Allah Ta’aala berfirman : 

(وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولاً ( الإسراء: 15)

Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (QS. 17:15)

*Sedangkan kejahilan yang orangnya tidak diberi udzur adalah kejahilan yang bisa hilang apabila ia berupaya menghilangkannya. Seperti orang yang mendengar atau membaca Al Qur’an dan dia orang Arab, mengerti bahasa Al Qur’an, maka orang ini tidak diberi udzur jika tetap berada diatas kejahilan. Karena Al Qur’an telah sampai kepadanya dengan bahasanya.*

Allah Ta’aala berfirman : 

( وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَذَا الْقُرْآنُ لأُنذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ)  ( الأنعام: 19)

*Dan al-Qur’an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai al-Qur’an (kepadanya). (QS. 6:19)*  

*Maka orang yang telah sampai Al Qur’an kepadanya dan sampai kepadanya dakwah dan larangan dari kesyirikan yang besar, (orang ini) tidak diberi udzur* apabila ia tetap terus berada diatas kesyirikan atau terus mengerjakan zina atau riba atau nikah dengan mahramnya atau makan bangkai atau babi atau minum khamr atau memakan harta manusia dengan cara-cara yang batil atau meninggalkan shalat, menahan zakat, tidak mau haji sedangkan ia mampu berhaji,  *karena ini merupakan perkara-perkara dhahirah  / jelas dan keharaman atau kewajibannya pasti.*Sedangkan (seseorang) diberi udzur karena jahil hanyalah dalam perkara-perkara khafiyah / samar sampai jelas atasnya hukum tersebut.* 

Maka memberi udzur karena jahil perlu perincian:

Pertama :  *Memberi udzur  karena jahil kepada orang yang dakwah belum sampai kepadanya, Al Qur’an belum sampai kepadanya, sehingga hukum atas orang ini adalah seperti ahli fatrah* (orang yang hidup diantara dua masa kenabian, tidak mendapati nabi yang sebelumnya dan tidak pula nabi sesudahnya

Kedua : *Tidak memberi udzur kepada orang yang dakwah telah sampai kepadanya dan Al Qur’an telah sampai kepadanya dalam pelanggarannya terhadap perkara-perkara dhahirah / jelas seperti kesyirikan, dosa-dosa besar.* Karena orang ini telah tegak atasnya hujjah dan telah sampai kepadanya risalah. Dan mungkin baginya untuk belajar dan bertanya kepada orang yang berilmu akan perkara yang mengusiknya. Orang ini juga mendengar Al Qur’an, kajian-kajian, ceramah-ceramah melalui berbagai media.

Ketiga :  *Seseorang diberi udzur karena jahil dalam perkara khafiyah / samar, yaitu perkara yang butuh kepada penjelasan sehingga jelas baginya hukum permasalahan.* Oleh karena itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : 

إن الحلال بين والحرام بين وبينهما أمور مشتبهات لا يعلمهن كثير من الناس فمن اتقى الشبهات فقد ستبرأ لدينه وعرضه، ومن وقع في الشبهات وقع في الحرام كالراعي يرعى حول الحمى يوشك أن يقع فيه ألا وإن لكل ملك حمى ألا وإن حمى الله محارمه

Sesunggguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas dan diantara keduanya ada perkara-perkara yang samar / syubhat, yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Barangsiapa meninggalkan yang syubhat / samar maka ia telah menjaga agama dan kehormatannya. Dan barangsiapa terjatuh kepada yang syubhat maka ia telah terjatuh kepada yang haram seperti seorang penggembala yang menggembalakan (gembalaannya) disekitar pagar yang dikhawatirkan gembalaannya makan tanaman orang. Ketahuilah sesungguhnya setiap orang memiliki pagar dan ketahuilah bahwa pagar Allah adalah apa-apa yang haram.

Maka yang halal telah jelas kebolehannya dan yang haram telah jelas harus dihindari. Sedangkan yang diperselisihkan seseorang hendaknya abstain sampai hukumnya menjadi jelas dengan dia mencari tahu dan bertanya kepada orang yang berilmu.

*Maka orang yang jahil/tidak tahu wajib baginya bertanya kepada orang yang berilmu. Ia tidak diberi udzur karena kejahilannya sedangkan disekitarnya ada orang yang mengajarinya.*

Allah Ta’aala berfirman :

(فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ) [النحل: 13]

“Bertanyalah kepada orang yang berilmu jika kalian tidak mengetahui.”

*Maka wajib atas orang yang jahil untuk bertanya dan wajib atas orang yang berilmu untuk member penjelasan dan tidak diam. (Website resmi Syaikh sholeh al-fauzan tgl  20 bulan dzulhijjah 1432 H*)

3. Orang yang melanggar salah satu pembatal ke islaman seperti melakukan syirik akbar ia *tidak diberikan  udzur biljahal ( dispensasi kebodohan )* selama Al-Qur'an dan Sunnah sudah menjangkaunya dan dia hidup ditengah kaum muslimin *meskipun dia tidak mengerti bahasa arab* karena kebodohanya diakibatkan keberpalinganya dalam belajar (i'rod ) atau tidak peduli padahal jika di mau dia bisa mengetahui dengan bertanya , belajar,  apalagi sarana untuk mengetahui sudah ada dan tersebar dipenjuru dunia. 

*Hal. ini berdasarkan penjelasana fatwa syaikh sholeh al-fauzan hafidzhahullah :

سئل الشيخ صالح الفوزان حفظه الله : هل يُعذر المشرك بالجهل إذا كان لا يعرف اللغة العربية ولكن يستمع القرآن؟

*Penanyan:* Apakah orang yang melakukan kesyirikan diberi udzur kebodohan jika ia tidak mengerti bahasa arab namun ia sudah mendengar al-qur'an ? 

الجواب: يستمع القرآن وفيه ( وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ) ( النساء : ٣٦)  إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ ﴾ ( المائدة :٧٢ )فالقرآن بلغ عن الشرك و الشرك بالله هو دعاء غير الله و الذبح لغير الله وغير ذلك من أنواع العبادة، فلا يُعذر بالجهل، من بلغه القرآن فإنه لا يعذر لقوله تعالى: ﴿وَأُوحِيَ إِلَى هَذَا الْقُرْءَانُ لِأُنذِرَكُم بِهِ، وَمَنْ بَلَغَ ﴾ (الأنعام: ١٩)  وإذا كان لا يفهم بعض المعاني القرآنية يسأل، هو المُقصّر ، لماذا لم يسأل؟ فَسْتَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ ﴾ (النحل: ٤٣) ، ولا يقول أنا جاهل ولا علي ولا مؤاخذ، لا . ( شرح فتح المجيد: الدرس رقم: ١٧ )

*Jawab : Dia mendengar al-qur'an yang di dalamnya Allah azza wajalla berfirman : 

وَٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيۡـٔٗاۖ

Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. ( An-Nisa : 36 )

 Allah berfirman : 

 إِنَّهُۥ مَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ وَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنۡ أَنصَارٖ }

Sesungguhnya barang siapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang yang zalim itu.
(Surat Al-Ma'idah: 72. )

Al-Quran telah menyampaikan tentang syirik dan syirik kepada Allah adalah seperti berdoa kepada selain Allah , menyembelih untuk selain Allah dan kesyirikan lainya dari berbagai jenis-jenis ibadah maka hal ini tidak diberikan udzur kebodohan bagi siapa saja yang al-qur'an telah menjangkaunya sebagaimana friman Allah azza wajalla : 

وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانُ لِأُنذِرَكُم بِهِۦ وَمَنۢ بَلَغَۚ 

Al-Qur`ān ini diwahyukan kepadaku agar dengan itu aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang yang sampai (Al-Qur`ān kepadanya).( Al-An'am: 19 )

*Jika dia tidak mengerti sebagian makna-makna  al-qur'an maka tanyakan ,  dialah yang lalai kenapa tidak bertanya ?* 

Allah azza wajalla berfirman :

 فَسۡـَٔلُوٓاْ أَهۡلَ ٱلذِّكۡرِ إِن كُنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ 

Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui ( An-Nahl: 43 )

Jangann katakan aku jahil ( bodoh ) aku tidak bertanggung jawab atau aku yang salah. ( Syarah fathul majid pelajaran ke 17 ) dan ajwibah syaikh sholeh al-fauzan an masail kufur wal iman : 99 )

4. Seorang muslim yang melaksankan semua rukun islam namun melakukan salah satu dari pembatal keislaman  seperti syirik akbar meskipun disebabkan  karena kejahilan atau karena ulama sesat di tempatnya maka *ia di hukumi berdasarkan lahiriyahnya yaitu musyrik dan di perlakukan atasnya hukum orang² musyrik dan bukan sebagai orang² muslim dan tidak ada alasan kejahilan dalam pelangaran asas islam ini yaitu tauhid*

*Sebagaimana fatwa syaikh Prof. Dr. Sholeh al-fauzan dibawah : 

سئل الشيخ صالح الفوزان حفظ الله : إذ مات المسلم و قد أدى جميع أركان الإسلام، ولكنه وقع في الشرك الأكبر؛ كالذبح لغير الله والطواف بالقبور، والسبب أنه جاهل بذلك معتقدا أن ذلك من الدين، بسبب علماء الضلال في بلده ولم يبلغ بالصواب، هل يحكم عليه بالكفر والخلود في النار؟ نرجوا من فضيلتكم التوضيح. الجواب:

*Penanya:*  Jika seorang Muslim meninggal dunia dan dia telah menunaikan semua rukun Islam, tetapi dia jatuh ke dalam syirik akbar Seperti menyembelih untuk selain Allah thawaf untuk penghuni kubur dan *sebabnya karena dia jahil dari perbuat syirik tersebut bahkan ia meyakini  bagian dari agama, hal ini disebabkan ulama-ulama sesat di negerinya  tidak memberitahukan mana yang benar* Apakah dia akan dihukum kafir dan kekal di Neraka?  Kami mohon mohon bimbinganya.

 نحكم عليه بما مات عليه، فإذا مات وهو يدعو غير الله ويذبح لغير الله ويطوف بالقبور حكمنا عليه بأنه مشرك، نحن ما لنا إلا الظاهر، نحكم عليه بأنه مشرك وتعامله معاملة المشركين لأنه مات على الشرك الجهل ما هو عذر دائما، الذي يعيش مع المسلمين وفي بلاد المسلمين ويسمع القرآن ويسمع كلام أهل العلم ويبقى على ما هو عليه ولا يتحرك هذا ليس معذورا؛ لأنه بلغته الحجة ولكنه لم يلتفت إليها، تقليده العلماء الضلال ما هو بعذر له، هو إنسان عاقل إنسان بصير، وكونه يسمع الآيات ويسمع الأحاديث ويسمع كلام أهل العلم ولا يصغي لها وإنما ويتبع علماء الضلال هذا ليس عذرا له عند الله ، لأنه قامت عليه الحجة ولكنه لم يعبأ بها ولم يلتفت إليها ويريد البقاء على ما كان عليه فلان وعلان، والشيخ الفلاني والعالم الفلاني ما ينفعوه عند الله يومbالقيامة، نعم.

*Jawaban : Kita menghukuminya berdasarkan keadaan dari kematianya, Jika dia mati dalam keadaan berdoa kepada selain Allah atau menyembelih yang ditujukan untuk selain Allah atau Dia thowaf dikuburan untuk penghuni kubur itu maka kita menghukuminya sebagai musyrik karena menilai dhohir pelakuknya dan kita hukumi dia sebagai musyrik dan kita memperlakukanya juga sebagai orang-orang musyrik karena dia meninggal diatas kesyirikan, karena alasan kejahilan tidak selalu menjadi udzur atau alasan.* Orang yang hidup ditengah-tengah kaum muslimin di negeri kaum muslimin dan ia mendengar al-qur'an, pendapat² ahli ilmu namun dia masih tetap dalam kesesatanya dan ia tidak berusaha *maka orang jenis ini tidak diberikan udzur karena hujjah sudah menjangkaunya akan tetapi ia tidak menghiraukanya, Taqlidnya dia kepada ulama sesat bukanlah udzur baginya karena dia manusia yang berakal dan bisa melihat dan menganalisa dan keberadaanya mendengar ayat-ayat al-qur'an, hadist-hadist, perkataan² ulama namun dia tidak mendengarkanya dan sesugguhnya ia mengikuti ulama sesat bukanlah udzur atau alasan baginya di hadapan Allah, karena hujjah telah tegak atasnya dan hujjah sudah menjangkaunya namun dia tidak mempedulikannya dan tidak memperhatikannya* dan dia hanya ingin tetap bersama atau seperti fulan, syekh fulan, alim fulan yang dimana mereka kelak  tidak ada akan berguna disisi Allah azza wajalla pada hari kiamat.

الملقي: ويسأل أحسن الله إليك عن 
الحكم على هذا بالخلود في النار ؟

*Penanya : Semoga Tuhan memberkati Anda, apa hukum orang yg melakukan syirik ini kekal di Neraka ?  

 الشيخ : نعم إذا مات على الشرك فإنه يكون من أهل النار خالدا فيها، يكون من أهل

*Jawaban :  Ya, jika dia meninggal dalam keadaan musyrik, maka dia termasuk penghuni Neraka dan kekal di dalamnya selama-lamanya. ( Fatawa al-liqoat al-usbuiyyah https://youtu.be/CFlolstZFeg )

5. Ahlussunah wal jamaah menejelaskan bahwa orang yang melakukan salah satu pembatal-pembatal keislaman, seperti syirik akbar tidak mendapatkan udzur kejahilan atau kebodohan dikarenakan *melanggar perkara yang dhohiroh* ( permasalahan yang terang benderang dan populer ditenggah2 umat islam atau sudah menjadi ijma kaum muslimin ) *kecuali pemasalahan khofiyyah* ( samar bagi umat islam yang awam ) maka dalam masalah ini, orang yg melanggar  mendapatkan udzur kejahilan, *pemahaman yang memberikan udzur kejahilan bagi pelaku syirik alkbar yang terang dan jelas bersumber dari syubuhat firqoh  murjiah atau murjiah extrem bukan dari ahlisunnah wal jamaah*

*Syaikh Prof. dr. Shaleh alfauzan hafidzhahullah ditanya :

سئل الشيخ صالح الفوزان حفظه الله : هل من مات على الشرك وإن كان جاهلا

Penanya : Apakah ada orang yang mati dalam kesyirikan , meskipun dia bodoh Tidak diberi udzur karena jahil ?  dan apakah para sahabat pernah melakukan syirik besar dan kecil ? 

لا يعذر؟ وهل الصحابة وقعوا في  الشرك الأصغر أو الأكبر ؟ الجواب: يا أخي الشرك ما أحد يجهله، من الأمور الظاهرة، الأمور الظاهرة، الذي يجهل الأمور الخفية التي تحتاج إلى بيان، أما الشرك فأمره ظاهر في القرآن، الآيات واضحة فيه، فلا يقع فيه جهل، لأن الله وضحه ونهى عنه، العذر بالجهل إنما يكون بالأمور الخفية، أما الأمور الظاهرة فهي لا يُعذر فيها بالجهل، نعم، إنما هذا قول المرجئة، أو غلاة المرجئة (1). [شرح فتح المجيد: الدرس رقم: ٢٩

 *Jawaban : Wahai saudaraku, tidak ada seorangpun yang jahil dengan kesyirikan, karena termasuk perkara yang DHOHIROH ( jelas dan terang nenderang atau ijmak ) , orang yang diberi udzur karena kebodohan adalah perkara yang KHOFIYYAH ( samar bagi orang awam hukumnya ) yang perlu dijelaskan  mengenai hukumnya adapun SYIRIK perkara yang terang benderang dalam al-qur'an dan ayat-ayatnya juga jelas, maka tidak ada kejahilan didalamnya, karena Allah telah memperjelaskan dan melarangnya. udzur biljahal*(dispensasi bodoh ) hanya dalam perkara yang KHOFIYYAH adapun perkara yang DHOHIROH tidak ada udzur kejahilan, Sesungguhnya pendapat yang memberikan udzur kejahilan dlm perkara syirik akbar hanyalah berasal dari firqoh *MURJIAH ATAU MURJIAH EXTREM*( Syarah fathul majid pelajaran no 29 dan ajwibah syaikh shaleh al-fauzan an masail al-kufru wal iman : Li syaikh abdulathif rowi : 85

6. Patokan hujjah sudah tegak pada seseorang adalah *apabila al-qur'an telah sampai atau menjangkaunya dan dia mengerti bahasanya,* jika dia orang arab maka telah tegak hujjah karena al-qur'an bahasa arab *adapun jika dia non arab maka dijelaskan dan diterjemahkan maknanya dari bahasa arab kebahasa non arab atau bentuk lainya berupa al-qur'an  yang sudah diterjemahkan kedalam seluruh bahasa-bahasa non arab termasuk bahasa indonesia bahkan tafsir al-qur'an juga sudah diterjemahkan ke bahasa-bahasa lainya oleh karena itu hujjah sudah tegak* jika dia mau mengetahui. Bukan yang dimaksud hujjah sudah tegak pada seseorang setelah orang tersebut yakin lalu menolak, *karena jika ini yg dimaksud maka kekefuran itu sebatas muanid ( menentang setelah tahu kebenaran )* padahal ahlusunnah wal jamaah sudah ijmak kekufuran terjadi bukan hanya menentang atau muaanid saja tapi bisa juga karena kejahilan yg disebabkan mu'rid (berpaling ) dan sebab-sebab kekufuran lainya baik dalam ucapan, perbuatan, keyakinan. 

*Syaikh Prof. Dr. Shaleh al-fauzan ditanya : 

سئل الشيخ صالح الفوزان حفظه الله: هذا سؤال قد تكرر كثيرا ما الفرق بين قيام الحجة وبين فهم الحجة والاقتناع بها ؟

*Penanya : Ini adalah pertanyaan yang sering kali diulang-ulang,  Apa perbedaan antara tegak hujjah dan paham hujjah dan meyakini hujjah ?

  الاقتناع بها هذه كلمة يتعلَّقون بها ! إذا بلغته الحجة وهو يفهمها لو أراد قامت عليه، يفهمها لو أراد، فإذا بلغه القرآن وهو يفهمه لأنه عربي فهذا قامت عليه الحجة، أما إذا بلغه القرآن وهو أعجمي هذا لا تقوم عليه الحجة حتى يُفسر له ويُترجم له المعنى، ففيه فَرقٌ بين من يفهم ومن لا يفهم ، فمن كان باستطاعته أن يفهم لكنه أهمل ولا يريد أن يفهم هذا قامت عليه الحجة

*Jawaban : Meyakini hujjah itu adalah sebuah kata yang mereka selalu pegang teguh ! *( Ptj. Syaikh disini menjelaskan dgn nada tinggi bahwa hujjah tegak pada seorang  tidak mesti sampai ia yakin dgn hujjah itu tapi jika sudah sampai kepadanya dan mengerti bahasa hujjah maka sudah tegak hujjah mau dia terima atau tidak yakin atau tidak)* Jika hujjah ( al-qur'an ) itu sampai padanya dan dia dapat memahaminya, maksudnya jika dia mau maka dapat dipaham olehnya, Jika Al-Qur'an sampai kepadanya maka dia akan memahaminya karena dia orang Arab,  *kondisi inilah hujjah sudah tegak atasnya* Namun jika Al-Qur'an sampai padanya dan dia seorang non-Arab, maka *maka hujjah belum tegak atasnya sampai maknanya dijelaskan kepadanya dan diterjemahkan untuknya. inilah yang dimaksud dengan perbedaan antara siapa yang memahami dan  yang tidak memahami hujjah (bahasanya ).* maka barang siapa yang seharusnya mampu memahami tetapi mengabaikan dan tidak mau memahaminya, *maka hujjah telah tegak atasnya* ( Syarah al-furqon baina auliya ar-rahman wa auliya as-syaithon, pelajaran no 8 dan ajwibah as-syaikh sholeh al-fauzan an masail al-kufru wal iman li syaikh abdulatif ar-rawi : 97 )

7. *Terjemahan al-qur'an dari bahasa arab ke ke bahasa-bahasa non arab termasuk tegaknya hujjah kepada manusia*

*Syaiakh Prof. Dr. Shaleh al-fauzan hafidzhahullah ditanya :

سئل الشيخ صالح الفوزان حفظه الله: ما الضابط في إقامة الحجة على من تسمى بالإسلام ولكنه يستغيث بالقبور ويشرك شركا أكبر، هل يكفي سماعه للقرآن؟

*Penanya : *Apa batasan penegakan hujjah* terhadap seseorang yang mengatasnamakan muslim tetapi beristighosah ( Meminta pertolongan kepada penghuni kubur ) dan  melakukan syirik akbar apakah sudah cukup hanya dia telah mendengar Al-Qur'an? 

 الجواب: إذا كان عربياً يفهم اللغة العربية فيكفي سماعه للقرآن ﴿وَأُوحِيَ إِلَى هَذَا الْقُرْوَانُ لأندركُم بِهِ، وَمَنْ بَلَغ ) [الأنعام: (١٩). أما إذا كان أعجميا ولا يفهم اللغة العربية فهذا لا بد أن يبين له معنى القرآن؛ ولذلك ترجموا تفسير القرآن التراجم الآن موجودة لمعاني القرآن للأعاجم الذين لا يفهمون اللغة العربية. [شرح كتاب العبودية: فتوى رقم: ١٧٣ ( م.ك.ع)]. 

*Jawab : Jika dia orang Arab yang paham bahasa Arab, maka cukuplah dia mendengar Al-Qur’an. Alllah azza wajalla berfirman : 

 وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانُ لِأُنذِرَكُم بِهِۦ وَمَنۢ بَلَغَۚ 

Al-Qur`ān ini diwahyukan kepadaku agar dengan itu aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang yang sampai (Al-Qur`ān kepadanya). ( Al-an-am : 19 )

Namun jika dia *orang non arab* dan tidak mengerti bahasa Arab, maka harus ada yang menjelaskan kepadanya makna Al-Qur'an.  Oleh karena itu, mereka menerjemahkan Al-Qur'an kebahasa lainya. *Sekarang sudah ada terjemahan makna Al-Qur'an untuk orang non-Arab yang tidak mengerti bahasa Arab.*.  ( Syarah kitab al-ubudiyyah : Fatwa No 173. dan ajwibah as-syaikh sholeh al-fauzan an masail al-kufri wal iman li syaikh abdulathif ar-rowi : 99 )

8. *Hukum ahli fatrah dan  yang dihukumi semisal mereka* dari orang-orang terputus sama sekali dakwah islam, orang yang cacat fisik seperti peka telinganya, gila, pikun ketika dakwah telah sampai *dihukumi kafir didunia adapun hukumnya di akhirat diserahkan kepada Allah azza wajalla*

*Syaikh Prof. Dr. Sholeh al-fauzan hafidzhahullah di tanya :

سئل الشيخ صالح الفوزان حفظه الله : ما حكم أهل الفترة ومن في حكمهم ممن لم تبلغهم الدعوة الإسلامية إن وُجِدوا ، هل يُسمَّون في 
الدنيا مشركين إن أشركوا بالله؟

*Penanya :  Apa hukumnya ahli fatrah ( orang-orang yang belum sampai wahyu kepada mereka)  dan orang-orang yang semisal mereka* yang  dakwah Islam belum menjangkau mereka , jika mereka ada, *Apakah mereka disebut musyrik di dunia ini jika mereka melakukan perbuatan syirik ?* 

 الجواب: أي نعم ، يُحكم عليهم بظاهرهم ويُوكل باطنهم إلى الله، وهم حكمهم إلى الله يوم القيامة، ما تدري ماذا يكون ، لكن هذا في علم الله (۱). [شرح فتح المجيد: الدرس رقم: ٣٨].

*Jawab : Benar, mereka akan dihakumi berdasarkan lahiriyahnya ( MUSYRIK) didunia* dan batinnya akan kita diserahkan kepada Allah, dan hukuman atas mereka akan diserahkan kepada Allah pada hari kiamat, kita tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi hal itu hanya Allah yang tahu ( Syarah fathul majid, pelajaran no 38 )

*Syaikh Prof. Dr. Sholeh al-fauzan hafidzhahullah ditanya :

سئل الشيخ صالح الفوزان حفظه الله : ما حكم أهل الفترة في الدنيا ؟

*Penanya : Apa hukum *AHLI FATRAH* didunia ?

 الجواب: تعاملهم معاملة الكفار، نحن نُعاملهم بما يظهر منهم، معاملة الكفار من حيث الإرث من حيث تولي جنازتهم ما نتولاها ولا نصلي عليهم ولا ندفنهم في مقابر المسلمين، فنحن نعاملهم بما ظهر لنا، لأنهم ما كانوا على الإسلام، أما حكمهم في الآخرةفهو إلى الله . [ شرح الفرقان بين أولياء الرحمن وأولياء الشيطان

*Jawab : *Kita memperlakukan AHLI FATRAH sebagai orang-orang kafir didunia*, kita memperlakukan mereka sesuai dengan apa yang tampak dari mereka, *yaitu  seperti kita memperlakukan orang-orang kafir, misalkan dalam hal warisan yaitu kita tidak berhak mewariskan dan diwarisi dari harta orang kafir,  tidak bertanggung jawab pemakaman mereka, kita tidak boleh menyholatkan dan medoakan mereka serta tidak memakamkan mereka diperkuburan umat islam* kita perlakukan mereka sesuai dengan apa yang tampak dari lahiriyahnya, karena mereka bukan diatas Islam. *Adapun menghukumi mereka di akhirat kita serahkan kepada Allah azza wajalla*( Syarah al-furqon baina auliyai ar-rahman wa aulia as-syaithon, pelajaran no 8 )

9. *Menghukumi musyrik atau kafir pada person tertentu ( takfir muayyan )* yang telah melakukan salah satu pembatal-pembatal ke islaman yang jelas *seperti berdoa kepada selain allah, beristhighosah kepada penghuni kubur dan semisalnya* yang merupakan syirik akbar atau melakukan kekufuran-kekufuran lainya yang sharih ( jelas) seperti menghalalkan zina, menghina Allah azza wajala, menghina Rasulullah , mengolok² agama dan yang semisalnya *bisa dilakukan oleh setiap muslim yang mengerti hukum tersebut tidak khusus ulama dan qodhi ( hakim)* namun jenis takfir ini sifatnya  hanya *menghukumi  atau memvonis kafir kepada individu tertentu di dunia berdasarkan apa yang ia lihat sendiri dari kekafiran yang dilakukan individu tersebut semata-mata hanya untuk keyakinan pribadi yang memvonis,* seperti tidak shalat dibelakang pelaku syirk tadi, tidak mendoakanya, dan sebagainya berdasarkan hukum² orang kafir, tanpa mengumbarnya dgn mengatakan fulan kafir.. fulan ini kafir..yang dimana hal ini akan menjadi fitnah di masyarakat tapi cukup keyakinan pribadi yang memvonis semata tanpa mengilzam ( mengharuskan orang lain yang tidak tahu mengikutinya ) lalu tetap dakwahkan orang tersebut agar bertaubat dan kembali ke islam lagi *dan bukan pula juga untuk memvonis atau menghukumi kafir individu-individu tertentu yang berkosekwensi penegakan hukum murtad, seperti eksekusi hukuman mati dan kekalnya dalam neraka , karena ini haknya qodhi ( hakim wakil dari pemerintah di mahkamah syariah) tidak boleh siapapun yang melakukan eksekusi ini kecuali pemerintah*

*Syaikh Pror. dr. Sholeh al-fauzan rahimahullah ditanya :

سئل الشيخ صالح الفوزان حفظه الله : هل الحكم على الشخص بأنه مشرك هو للعلماء فقط ، أم أن للعوام إذا رأوا من يقع في الشرك أن يقولوا عنه إنه كافر مشرك ؟

*Penanya : *Apakah hanya ulama saja yang menghukumi seseorang sebagai musyrik ? atau apakah seorang muslim yang awam bisa juga ?*  jika mereka melihat seseorang jatuh dalam kesyirikan kemudian mereka mengatakan bahwa ia kafir dan musyrik ? 

الجواب : من أظهر الشرك فهو مشرك ، من دعا غير الله ذبح لغير الله ، نذر لغير الله ، فهذا مشرك عند العوام وعند العلماء ، من قال : يا علي يا حسين هذا مشرك

*Jawabnya:* Siapa saja yang menampakkan perbuatan syirik , maka dia musyrik, barangsiapa yang menyeru selain Allah, berkurban untuk selain Allah, bersumpah kepada selain Allah, maka ia musyrik  *baik yang menghukumi adalah orang muslim yang awam atau yang menghukuminya adalah ulama.* Barangsiapa mengatakan: Wahai Ali, wahai Hussein, ini adalah seorang musyrik, *semua orang mengatahuinya ini musyrik* ( Syarah addur an-nadiyyah lisyaukani, pelajaran no 1 oleh syaikh sholeh al-fauzan )

*Syaikh Prof. Dr. Shaleh al-fauzan hafidzhahullah ditanya :

سئل الشيخ صالح الفوزان حفظه الله : هل التكفير حكم لكل أحد من صغار طلاب العلم أم أنه خاص بأهل العلم الكبار والقضاة ؟ 

*Penanya : *Apakah hukum pengkafiran berlaku bagi penuntut ilmu pemula atau hanya terbatas pada ulama kibar ( ulama besar ) dan  qodho (hakim )  saja ?*  

الشيخ : من يظهر منه الشرك يذبح لغير الله أو ينذر لغير الله ، يظهر ظهورا واضحا ، يذبح لغير الله ، ينذر لغير الله ، يستغيث بغير الله من الأموات ، يدعو الأموات ، هذا شركه ظاهر هذا شركه ظاهر ، فمن سمعه . ، يَحكُم بكفره وشركه ، أما الأمور الخفية التي تحتاج إلى علم وإلى بصيرة هذه تُوكل إلى أهل العلم تُوكل إلى أهل العلم

*Jawaban : Barang siapa yang jelas melakukan kesyrikan, seperti menyembelih hewan untuk selain Allah atau bernazar kepada selain Allah, beristighosah kepada selain yaitu ditujukan kepada orang-orang yang sudah orang mati,  berdoa kepada orang yamg sudah mati, ini jelas kesyirikanya,*Maka siapapun ( baik ulama, hakim, muslim yang awwam ) yang melihatnya dan mendengarnya. dia bisa menghukumi kafir dan musyrik bagi pelakunya* adapun perkara-perkara khofiyyah ( permasalahan agama yang samar dan detail dan tidak poluler ditengah masyarakat hukumnya kecuali diketahui oleh orang2 yang berilmu ) yang memerlukan ilmu dan wawasan mendalam, maka hal-hal ini diserahkan kepada orang-orang yang berilmu ( ulama ). ( Syarah nawaqidul islam : pelajaran ke 4 oleh syaikh prof. dr. Sholeh al-fauzan ).

10.  Tidak boleh seseorang mengkafirkan siapa pun yang jatuh kepada kekafiran tanpa merujuk kepada pengadilan syari’at,*yaitu terkait dengan penegakan hukum eksekusi mati atasnya* Seperti memintanya bertaubat, jika dia tidak bertaubat maka eksekusi hukum mati. *Ini wewenang pemerintah mutlaq.* Atau seperti hartanya tidak diwarisi dan dia tidak menerima warisan. Atau jika dia memiliki suami atau istri maka harus dipisah karena dia telah murtad. *Ini semua babnya adalah takfir atau vonis kafir pada individu-individu tertentu yang berkosekwesni penegakan hukum eksekusi mati yang bukan wewenang semua orang melainkan hak pemerintah mutlaq.* 

*Syaikh Prof. Dr. Sholeh al-fauzan hafirdzhahullah :

سائل يسأل: يقول: فضيلة الشيخ سؤالي هو: هل يجوز لطالب العلم الذي تمكَّن من مسائل التكفير أن يكفر شخصا بعينه دون الرجوع إلى العلماء اعتمادًا على ما عنده من العلم في مسائل التكفير؟

*Penanya:* Wahai Syaikh yang mulia, pertanyaanku adalah, bolehkah seorang penuntut ilmu yang telah mapan (kuat, mendalam) ilmunya dalam masalah takfir (pengkafiran) untuk mengkafirkan seseorang secara mu’ayyan (memvonis individu tertentu) tanpa merujuk kepada para ulama karena berpegang dengan ilmu yang ia miliki dalam masalah takfir?

الجواب: مسائل التكفير أمرها خطير، مزلة أقدام ومضلة أفهام، يُرجَع فيها إلى أهل العلم ولا يُحكَم على أحد بالكفر إلا إذا قُدِّم للمحكمة الشرعية ونظرت فيما يقتضي كفره من القول والعمل فَيُكَفَّر، أما أن كل واحد ويكفر؟! فهذا الأمر لا يجوز، نعم. لكن على سبيل العموم تقول من فعل كذا أو قال كذا أو اعتقد كذا فهو كافر، أما التعيين والأشخاص فلا بد أن يُرجَع أمرهم إلى المحاكم الشرعية مع الإثبات عليهم، نعم

*JAWABAN:* Masalah takfir (pengkafiran) perkaranya sangat berbahaya, banyak kaki tergelincir dan pemahaman tersesat dalam masalah ini, hendaklah merujuk kepada para ulama, dan *tidak boleh menghukumi seseorang dengan kekafiran kecuali apabila telah disidangkan di pengadilan syari’at dan telah diteliti dalam pengadilan tersebut apa yang mengharuskan kekafirannya, baik ucapan maupun perbuatan, baru kemudian dikafirkan.* Adapun setiap orang mengkafirkan, maka perkara ini tidak boleh, Akan tetapi dalam bentuk umum (takfir secara muthlaq, tanpa memvonis person tertentu) boleh engkau mengatakan, “Siapa yang melakukan ini, atau mengatakan ini, atau meyakini ini, maka ia kafir.”
*Adapun ta’yin (takfir secara mu’ayyan) dan vonis terhadap individu-individu, maka harus dikembalikan perkaranya ke pengadilan-pengadilan syari’ah yang disertai dengan penetapan atas mereka*

*Syaikh Prof. Dr. Shalih Fauzan Al Fauzan hafidzhahullah  ditanya:*

السؤال  هل تكفير من يقوم بالشرك الأكبر ومن يسب الله خاص بالعلماء؟

*Penanya : Apakah mengkafirkan orang yang melakukan syirik besar dan orang yang mencaci Allah adalah khusus perannya ulama? 

الجواب  : لا، إذا سمعته هذا منكر، تنكر عليه تقول ما يجوز هذا، حرام عليك هذا الكلام، تنصحه بما تعرف، أما تطبيق الحكم عليه هذا من جهة العلماء

*Jawab:* Tidak mesti, apabila kamu dengar kemungkaran ini, kamu ingkari dia. Kamu katakan (padanya) ini tidak boleh. Haram atasmu ucapan ini. Kamu nasihati dia dengan apa yang kamu tahu.*Adapun penegakan hukum eksekusi mati atas orang ini, perkara ini perannya ulama (qadhi/ hakim )* ( https://youtu.be/YE5AfUfA2WU?si=Sd955FOnp2xTQgb5 )

11. *Takfir mutlaq sekaligus otomatis takfir muayyan* ( sebatas vonis kafir kepada individu tertentu yg merupakan i'tiqod pribadi yang memvonis bukan takfir yang kosekwesi penegakan hukum mati ) bagi pelanggar salah satu pembantal² ke islaman seperti para *quburiyuun* yaitu mereka yang memberikan ibadah kepada penghuni kuburan orang sholeh dan sejenisnya *bukan perkara khilafiyyah*

*Syaikh Prof.Dr. Sholeh al-fauzan hafidzhahullah ditanya :

سئل الشيخ صالح الفوزان حفظه الله : ما قولكم فيمن يزعم من المعاصرين بأن تكفير المعين من عباد القبور مسألة خلافية ، ويزعم أنهم غير كفار أصليين ؟ 

*Penanya : Apa pendapat Anda tentang orang-orang sekarang ini  yang menyatakan bahwa *mengkafirkan seseorang secara personal ( takfir muayyan ) terhadap orang-orang yang beribadah kepada penghuni kuburan ( quburiyyun ) adalah permasalahan khilafiyyah dan mereka menganggap quburiyyun bukan kafir asli ?* 

الجواب : هذا قول فاسد نتيجته الجهل بهذا الباب وأنا أقول وأكرر أنه لا يجوز لأحد أن يتكلم في هذه المسائل الخطرة إلا بعد أن يتعلم ويتبصر ويدرس العقائد دراسة صحيحة على أهل العلم ، ثم بعد ذلك إذا اضطره الحال إلى الكلام تَكَلَّم ، وإن لم يُضطر إلى هذا فلا يدخل فيه هذا الذي أقوله وأكرره أن هذا الأمر خطير جدا . والذي يفعل الشرك يُحكم عليه بالشرك ، والذي يفعل الكفر يُحكم عليه بالكفر فيما يظهر لنا ، ونطبق عليه أحكام الكفار ، فلو مات لم ندفنه في مقابر المسلمين ، ولا يرثه أقاربه المسلمون ، تُطبق عليه أحكام الكفار بموجب فعله وقوله ، هذا الذي أمرنا به ، نحن ما لنا إلا الظواهر ، نحكم على الظاهر ، وأما فيما بينه وبين ا الله فالله أبصر وأعلم إن كان معذورًا ويعلم الله أنه معذور فهذا أمره إلى الله ، نحن لا نحكم على القلوب وإنما نحكم على ما يظهر لنا ، فمن أظهر الكفر والشرك حكمنا عليه بالكفر والشرك ، وطبقنا عليه أحكام الشرك وأحكام الكفر سواء كان معينا أو غير معين من فتاوى اللقاءات الأسبوعية ] رابط الفتوى https://youtu.be/P5Fc3fVp9b4

*Jawabannya:* *Ini adalah pendapat yang rusak dan salah diakibatkan karena kejahilan terhadap bab ini.* Saya katakan dan ulangi bahwa tidak diperbolehkan bagi siapapun untuk berbicara tentang permasalahan berbahaya ini *kecuali dia telah mempelajari, memahami dengan baik, dan mempelajari aqidah dengan benar kepada ahli ilmu.* Kemudian setelah itu, *jika keadaan mengharuskan untuk berbicarakanya , maka  berbicaralah, jika tidak maka jangan masuk dalam pembahasan ini* 

Siapa saja yang melakukan kesyrikan *dihukumi musyrik,* dan orang yang melakukan kekafiran akan *dihukumi kafir* menurut apa yang tampak bagi kita, dan *kita terapkan hukum orang-orang kafir kepadanya didunia, jika dia meninggal, kami tidak akan menguburkannya. di kuburan orang islam, dan saudara-saudaranya yang muslim tidak mendapat warisan darinya.* Diterapkan padanya Hukum orang-orang kafir berdasarkan perbuatan dan ucapannya. Inilah yang Allah perintahkan kepada kita. *Karena kita hanyalah bisa menghukumi apa yang tampak dari dhohirnya saja.*

Akan tetapi  *hukumanya disia Allah azza wajalla ( diakhirat )*  maka Allah azza wa jalla yang paling mengetahuinya *apakah dia mendapatkan udzur atau tidak maka hal ini urusannya dikembalikan kepada Allah azza wa jalla.* Kita tidak bisa menghukumi hati seseorang tapi hanya bisa menghukupi apa yang tampak pada kita. Maka Barangsiapa menampakan kekafiran dan kesyrikan, Maka kita hukumi dia dengan kekafiran dan kesyrikan padanya dan *kita menerapkan kepadanya hukum musyrik dan hukum kafir, baik kafir secara personal ( takfir muayyan ) atau kafir secara umum ( Takfir mutlaq ).*( min fatawa al-liqoat al-usbuiyyah ) 
https://youtu.be/P5Fc3fVp9b4 )

12. Tidak memvonis kafir pelaku atau individu tertentu ( takfir muayyan ) tapi hanya memvonis perbuatanya saja ( takfir mutlaq ) kepada seseorang yang melakukan salah satu pembatal keislaman *adalah berasal dari syubuhat firqoh MURJIAH* bukan dari ahli sunnah wal jamaah

*Syaikh Prof.Dr Sholeh al-fauzan hafidzhahullah :

السؤال: هل هذه العبارة صحيحة: كل من وقع في ناقض من نواقض الإسلام لا نحكم على الشخص بعينه،
فلا نقول: أنت كافر، بل نحكم على عمله أو قوله بأنه كفر.

 
*Pertanyaan:* Apakah ungkapan ini benar? “Siapa saja yang terjatuh kepada salah satu dari pembatal-pembatal keislaman kita tidak menilai pelakunya secara ta’yin (person tertentu). Kita tidak katakan; Kamu kafir, *melainkan kita menilai perbuatannya atau ucapannya sebagai kekufuran.”*

الجواب: هذا قول المرجئة، ترددون علينا كلام المرجئة، هذا كلام المرجئة، بل نطبق عليه الحكم بموجب ما فعل أو قال و ما لنا إلا الظاهر، ما نبحث عن غير الظاهر، فمن فعل الكفر كفرناه، من فعل الشرك اعتبرناه مشركا، ما لنا إلا الظاهر، أما القلوب فلا يعلم ما فيها إلا الله سبحانه و تعالى.
طيب، إذا صار أنه يدعو غير الله و يعبد القبور و الأضرحة ثم مات، هل تغسله أنت؟! تصلي عليه و هو مشرك؟! هل تدفنه في مقابر المسلمين و هو مشرك؟! أنت ما لك إلا الظاهر، تحكم بالأمر الظاهر، إلا إذا كان جاهلا ما يدري و مثله يجهل هذا الشيء تعذره بالجهل، أما أن تقول: نعتبر هذا كفر و لكن صاحبه ما هو بكافر، كيف يفعل الكفر و ما هو بكافر؟؟!! كيف يقول كلمة الكفر و ما يكون كافرا؟؟!! نعم.
السائل: يقول: و على المعين، هل يلزم شروط التكفير و وجودها؟
الشيخ: المعين و غير المعين، إنما لنا الظاهر يا إخوة، ما لنا إلا الظاهر، نحكم على الناس بما يظهر عليهم، أما البواطن و القلوب فلا يعلمها إلا الله سبحانه و تعالى.شرح نواقض الإسلام 
 

*Jawab: Ini ucapan Murji’ah! Kalian ulang-ulang kepada kami ucapan Murji’ah?! Ini ucapan Murji’ah!* Bahkan kami menerapkan atasnya hukum dengan sekedar perbuatan atau ucapannya. Tidak ada urusan bagi kami selain yang tampak, kami tidak mencari selain yang tampak.

*Barangsiapa melakukan kekufuran kami nilai kafir, barangsiapa melakukan kesyirikan kami nilai sebagai musyrik.* Tidak ada urusan kami selain yang tampak. Adapun urusan hati, tidak ada yang mengetahui isi hati selain Allah Ta’aala.

*Baiklah, apabila dia menyeru selain Allah dan beribadah kepada kubur dan pusara, kemudian wafat apa kamu tetap mandikan dia?! Kamu shalati dia padahal dia musyrik?! Apakah kamu akan kubur dia di pekuburan muslimin sedangkan dia musyrik?!* Tidak ada urusanmu selain yang tampak, kamu menilai sesuai yang tampak. Kecuali kalau dia jahil tidak tahu ( ahli fatrah ) , dan orang seperti dia tidak mengetahui perkara ini ( keadaan orang² yamg di qiyasakan seperti ahli fatrah ), kamu beri dia udzur karena kejahilannya. *Adapun kamu bilang; Ini perbuatanya kekufuran tapi pelakunya tidak kafir, gimana melakukan kekufuran tapi tidak kafir?! Bagaimana mengucapkan kalimat kekafiran tapi tidak kafir?!*

*Penanya:* Atas mu’ayyan (person/pelaku) apakah harus terpenuhi syarat-syarat takfir?

*Jawab:**Berlaku atas takfir mu’ayyan atau mutlaq sekaligus,  cukup bagi kita yang tampak wahai ikhwah, tidak ada urusan kita selain yang tampak. Kita menilai orang sesuai yang tampak darinya. Adapun batin dan hati orang tidak ada yang mengetahuinya selain Allah Ta’aala. ( https://www.youtube.com/watch?v=QEi41IyHm1w ) 

*Syaikh Prof. Dr. Shaleh al-Fauzan hafidzhahullah:*  

السؤال: هل اعتقاد كفر عباد القبور بأعيانهم خاص بالعلماء أم أنه واجب كذلك على العوام؟

Pertanyaan:* Apakah meyakini kafirnya penyembah kubur secara ta’yin (person/individu tertenti) khusus bagi ulama atau perkara ini wajib juga atas orang awam?* 

الجواب: كل من عبد غير الله من العلماء و من العوام و من الحضر و البدو فإنه مشرك، كونك تعذره و تقول: هذا جاهل، هذا الله أعلم، الجهل له حدود، وين يعيش هذا؟ هو يعيش في بلاد بعيدة عن الإسلام و لا يعرف شيئا فهذا جاهل، لكن الذي يعيش مع المسلمين و يحضر في المساجد و يسمع القرآن و يسمع الأحاديث و يسمع الدروس، إلى متى الجهل؟؟!!
يوم القيامة يزول جهله؟؟!!لا يصلح هذا، التماس الأعذار و تسهيل الأمور على الناس بهذه الطريقة، هذا أمر لا يجوز، و هذا مذهب المرجئة.مذهب المرجئة يطل علينا الآن على أيدي أناس من أبنائنا، فعلينا أن نحذر من هذا. ( شرح نواقض الإسلام )
 
*Jawab:* Siapa saja yang beribadah kepada selain Allah dari ulama, atau orang awam, apakah dia orang kota atau orang kampung maka dia musyrik. Kondisi kamu memberi udzur kepadanya dan kamu bilang: “Orang ini jahil” Wallahua’lam" *kejahilan itu ada batasan-batasannya.* Orang ini tinggal dimana? Dia tinggal di negeri jauh dari Islam, tidak mengenal apa pun (tentang Islam), orang ini jahil. *Tapi orang yang tinggal bersama muslimin, datang ke masjid-masjid, mendengar Al Qur’an, hadits-hadits, mendengar pelajaran-pelajaran, sampai kapan kejahilan??!! Sampai hari kiamat baru hilang kejahilan??!! Ini tidak benar.* Mencari-cari udzur dan meremehkan perkara-perkara (kesyirikan) kepada orang-orang dengan cara seperti ini tidak dibenarkan. *Ini madzhab Murji’ah. Madzhab Murji’ah menghampiri kita sekarang melalui orang-orang dari anak-anak didik kita.* Wajib bagi kita berhati-hati dari perkara ini. ( https://www.youtube.com/watch?v=6Dj15iqldhU )

*Syaikh Prof. Dr.Sholeh al-fauzan hafidzhahullah :

 سئل الشيخ صالح الفوزان حفظه الله : هل من سجد لصنم أو دعا صاحب قبر، هل يكفر بعينه؟

 *Penanya : Apakah seseorang yang bersujud kepada berhala atau berdoa kepada penghuni kubur, apakah dia dikafirkan personya ? ( takfir muayyan ) 

الجواب: نعم يكفر بعينه، إذا دعا صاحب القبر دعا غير الله، ومن دعا غير الله فهو مشرك شرح فتح المجيد الدرس رقم: ۸۸]

*Jawabannya:* Ya, dia dikafirkan personya ( takfir muayyan ) Jika dia menyeru kepada penghuni kubur, maka dia menyeru selain Allah, dan barangsiapa menyeru selain Allah, maka ia musyrik. ( Syarah fathul majid : pelajaran ke 88 dan ajwibah syaikh sholeh al-fauzan an masail al-kufri wal iman li syaikh abdulati ar-rowi : 10 )

*Syaikh Prof. Dr. Sholeh al-fauzan hafidzhahullah :

 سئل الشيخ صالح الفوزان حفظه الله: إذا رأيت شخصا يفعل الشركيات كدعاء الأموات وكطلب الشفاعة منهم، كيف أعامله ؟ هل أعامله كالمسلم أو كالكافر ؟

*Penanya :Jika saya melihat seseorang melakukan perbuatan syirik, seperti berdoa kepada orang mati dan meminta syafaat kepada mereka, bagaimana saya harus memperlakukanya ?
*Haruskah saya memperlakukannya seperti seorang Muslim atau seperti seorang kafir?*

الجواب: تعامله كالمسلم وهو يشرك وتسمعه يشرك ويدعو غير الله ؟! عامله معاملة المشرك لكن ادعه إلى الإسلام، بين له أن هذا شرك أكبر، وبين له خطر الشرك من باب الدعوة إلى الله والنصيحة (1) . (شرح فتح المجيد: الدرس رقم (٢١).

*Jawabannya:* Anda memperlakukannya seperti seorang Muslim padahal dia musyrik, dan Anda mendengar dia melakukan kesyirikan dan menyeru selain Allah ?! *Perlakukanlah dia sebagai orang musyrik,* namun ajaklah dia masuk Islam, jelaskan kepadanya bahwa itu adalah syirik besar, dan jelaskan kepadanya bahaya syirik itu karena merupakan mendakwahkan mereka ke jalan allah dan memberi nasehat (1). ( Syarah fathul majid no 21 dan ajwibah syaikh sholeh al-fauzan an masail al-kufri wal iman li syaikh abdulati ar

Point ke 13 sambung di kolom kementar
 👇

13. *Memberikan udzur secara mutlaq kepada palanggar salah satu pembatal-pembatal ke islaman seperti quburiyun bukan manhaj salaf bahkan manhajnya firqoh murjiah*

*Syaikh Prof. Dr. Sholah al-fauzan hafidzhahullah :

فضيلة الشيخ وفقكم الله، يقول السائل يقول: في بلدنا عالم سلفي يقول بأن من قال لا إله إلا الله ولم يكفر بما يعبد من دون الله فإنها تنفعه كما أنه يعذر الساجد للقبرجهلا ويعذر الجهال من أتباع القادينية

*Penanya : *Di negeri kami ada seorang alim salafy.* Dia bilang, bahwa orang yang mengucapkan Laa ilaaha Illallah dan belum kufur (mengingkari) apa-apa yang diibadahi selain Allah, maka sesungguhnya syahadatnya berguna baginya. *Dan dia juga member udzur kepada orang yang sujud kepada kuburan karena jahil. Dan orang ini (juga) member udzur kepada para pengikut Qadiyaniyah.*

الشيخ: هذا ما هو على مذهب السلف يا أخي. أنت تقول على مذهب السلف. مذهب السلف ما هو هكذا ما يعذر الذي يعبد القبر. ما يعذره إلا إنسان إما جاهل وإلا شاك في الكفر، نعم. والشاك في الكفر كافر

*Jawab: Orang ini tidak berada diatas madzhab salafi wahai akhi* Kamu bilang (dia) diatas madzhab salaf. Madzhab salaf tidak seperti itu. *Tidak ada udzur bagi orang yang beribadah kepada penghuni kubur.* Tidak ada yang memberinya udzur kecuali orang yang jahil atau ragu akan kekufuran. Dan orang yang ragu akan kekufuran, kafir. ( Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=tWtH7ycSJmE )

Alhamdulillah saya rasa ini cukup mewakili untuk meluruskan kesalahpahaman denngan mengatasnamakan Syaikh kami Syaikh  Prof. Dr. sholeh al-fauzan hafidzhahullah, karena kami begitu amat mengenal uslub-uslub beliau dan istilah-istilah dlm menjelaskan manhaj salafushale yang agung ini mudah-mudahan bermanfaat al-faqir dan bagi kaum muslimin. amin

والله أعلم

22 safar 1446 H pontianak
Abu nasyhita ridwan

13. *Memberikan udzur secara mutlaq kepada palanggar salah satu pembatal-pembatal ke islaman seperti quburiyun bukan manhaj salaf bahkan manhajnya firqoh murjiah*

*Syaikh Prof. Dr. Sholah al-fauzan hafidzhahullah :

فضيلة الشيخ وفقكم الله، يقول السائل يقول: في بلدنا عالم سلفي يقول بأن من قال لا إله إلا الله ولم يكفر بما يعبد من دون الله فإنها تنفعه كما أنه يعذر الساجد للقبرجهلا ويعذر الجهال من أتباع القادينية

*Penanya : *Di negeri kami ada seorang alim salafy.* Dia bilang, bahwa orang yang mengucapkan Laa ilaaha Illallah dan belum kufur (mengingkari) apa-apa yang diibadahi selain Allah, maka sesungguhnya syahadatnya berguna baginya. *Dan dia juga member udzur kepada orang yang sujud kepada kuburan karena jahil. Dan orang ini (juga) member udzur kepada para pengikut Qadiyaniyah.*

الشيخ: هذا ما هو على مذهب السلف يا أخي. أنت تقول على مذهب السلف. مذهب السلف ما هو هكذا ما يعذر الذي يعبد القبر. ما يعذره إلا إنسان إما جاهل وإلا شاك في الكفر، نعم. والشاك في الكفر كافر

*Jawab: Orang ini tidak berada diatas madzhab salafi wahai akhi* Kamu bilang (dia) diatas madzhab salaf. Madzhab salaf tidak seperti itu. *Tidak ada udzur bagi orang yang beribadah kepada penghuni kubur.* Tidak ada yang memberinya udzur kecuali orang yang jahil atau ragu akan kekufuran. Dan orang yang ragu akan kekufuran, kafir. ( Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=tWtH7ycSJmE )

Alhamdulillah saya rasa ini cukup mewakili untuk meluruskan kesalahpahaman denngan mengatasnamakan Syaikh kami Syaikh  Prof. Dr. sholeh al-fauzan hafidzhahullah, karena kami begitu amat mengenal uslub-uslub beliau dan istilah-istilah dlm menjelaskan manhaj salafushale yang agung ini mudah-mudahan bermanfaat al-faqir dan bagi kaum muslimin. amin

والله أعلم

22 safar 1446 H pontianak
Abu nasyhita ridwan

13. *Memberikan udzur secara mutlaq kepada palanggar salah satu pembatal-pembatal ke islaman seperti quburiyun bukan manhaj salaf bahkan manhajnya firqoh murjiah*

*Syaikh Prof. Dr. Sholah al-fauzan hafidzhahullah :

فضيلة الشيخ وفقكم الله، يقول السائل يقول: في بلدنا عالم سلفي يقول بأن من قال لا إله إلا الله ولم يكفر بما يعبد من دون الله فإنها تنفعه كما أنه يعذر الساجد للقبرجهلا ويعذر الجهال من أتباع القادينية

*Penanya : *Di negeri kami ada seorang alim salafy.* Dia bilang, bahwa orang yang mengucapkan Laa ilaaha Illallah dan belum kufur (mengingkari) apa-apa yang diibadahi selain Allah, maka sesungguhnya syahadatnya berguna baginya. *Dan dia juga member udzur kepada orang yang sujud kepada kuburan karena jahil. Dan orang ini (juga) member udzur kepada para pengikut Qadiyaniyah.*

الشيخ: هذا ما هو على مذهب السلف يا أخي. أنت تقول على مذهب السلف. مذهب السلف ما هو هكذا ما يعذر الذي يعبد القبر. ما يعذره إلا إنسان إما جاهل وإلا شاك في الكفر، نعم. والشاك في الكفر كافر

*Jawab: Orang ini tidak berada diatas madzhab salafi wahai akhi* Kamu bilang (dia) diatas madzhab salaf. Madzhab salaf tidak seperti itu. *Tidak ada udzur bagi orang yang beribadah kepada penghuni kubur.* Tidak ada yang memberinya udzur kecuali orang yang jahil atau ragu akan kekufuran. Dan orang yang ragu akan kekufuran, kafir. ( Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=tWtH7ycSJmE )

Alhamdulillah saya rasa ini cukup mewakili untuk meluruskan kesalahpahaman denngan mengatasnamakan Syaikh kami Syaikh  Prof. Dr. sholeh al-fauzan hafidzhahullah, karena kami begitu amat mengenal uslub-uslub beliau dan istilah-istilah dlm menjelaskan manhaj salafushale yang agung ini mudah-mudahan bermanfaat al-faqir dan bagi kaum muslimin. amin

والله أعلم

22 safar 1446 H pontianak
Abu nasyhita ridwan