FAWAID_DAURAH_ILMIYAH_SOLO
PONPES_IMAM_BUKHARI_SOLO
شرح أصول السنة
للإمام الحميدي رحمه الله
مع فضيلة الشيخ الأستاذ الدكتور إبراهيم بن عامر الرحيلي حفظه الله تعالى
*SYARAH USHUL AS-SUNNAH*
LIL IMAM AL-HUMAIDY rahimahullah
(bagian 11)
Dijelaskan oleh Fadhilah Syaikh Prof. Dr. Ibrahim bin ‘Amir ar-Ruhaily hafizhahullah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَصَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى عَبْدِهِ وَرَسُولِهِ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، أَمَّا بَعْدُ.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada hamba dan rasul-Nya, Muhammad, beserta keluarganya dan para sahabatnya semuanya. Amma ba'du (Adapun setelah itu).
نُوَاصِلُ دَرْسَنَا بِتَوْفِيقِ اللَّهِ فِي قِرَاءَةِ وَالتَّعْلِيقِ عَلَى أُصُولِ السُّنَّةِ لِلْإِمَامِ أَبِي بَكْرٍ الْحُمَيْدِيِّ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى، أَحْسَنَ اللَّهُ إلَيْكُمْ. بِسْمِ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَبَعْدُ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِمَشَايِخِنَا وَلِجَمِيعِ الْمُسْلِمِينَ، قَالَ الْإِمَامُ الْحُمَيْدِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ: وَالتَّرَحُّمُ عَلَى أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الدِّينِ، فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ: "وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ". فَلَنْ يُؤْمَنَ إلَّا بِالِاسْتِغْفَارِ لَهُمْ. فَمَنْ سَبَّهُمْ أَوْ تَنَقَّصَهُمْ أَوْ أَحَدًا مِنْهُمْ عَلَى السُّنَّةِ، فَلَيْسَ لَهُ فِي الْفَيْءِ حَقٌّ. أَخْبَرَنَا بِذَلِكَ غَيْرُ وَاحِدٍ عَنْ مَالِكِ ابْنِ أَنَسٍ رَحِمَهُ اللَّهُ، أَنَّهُ قَالَ: قَسَّمَ اللَّهُ تَعَالَى الشَّيْءَ، فَقَالَ لِلْفُقَرَاءِ الْمُهَاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ، ثُمَّ قَالَ:" وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ". فَمَنْ لَمْ يَقُلْ هَذَا لَهُمْ، فَلَيْسَ مِمَّنْ جَعَلَ لَهُ الْخَيْرَ.
Kita melanjutkan pelajaran dengan taufik dari Allah dalam membaca dan mengomentari kitab "Ushul Sunnah" karya Imam Abu Bakar Al-Humaidy rahimahullah. Semoga Allah memberikan kebaikan kepada kalian. Dengan menyebut nama Allah, segala puji bagi Allah, shalawat dan salam atas Rasulullah ﷺ, dan amma ba'du (adapun setelah itu).
Ya Allah, ampunilah kami, kedua orang tua kami, guru-guru kami, dan seluruh kaum muslimin.
(di halaman 39: Kitab Ushul Sunnah Lil Humaidy rahimahullah tahqiq Syaikh Musy’al Muhammad al-Hadadiy – Cet. Daar Ibni Al-Atsiir- Kuwait).
Imam Al-Humaidy rahimahullah berkata:
"Memohon rahmat bagi para sahabat Muhammad ﷺ adalah bagian dari agama, karena Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Mulia berfirman: 'Dan orang-orang yang datang setelah mereka mengatakan: Ya Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam keimanan.' (QS. Al-Hasyr: 10). Maka seseorang tidak akan dianggap beriman kecuali dengan memohonkan ampunan untuk mereka. Barang siapa yang mencela mereka atau merendahkan mereka atau salah satu dari mereka di atas sunnah, maka dia tidak memiliki hak atas al-Fai’ (harta rampasan perang yang diperoleh tanpa pertempuran langsung, misalnya harta yang ditinggalkan musuh tanpa perlawanan). Telah diberitakan kepada kami oleh lebih dari satu orang dari Malik bin Anas rahimahullah, bahwa dia berkata: "Allah telah membagi sesuatu, maka dikatakan untuk orang-orang fakir dari kalangan muhajirin yang diusir dari tempat tinggal mereka, kemudian dikatakan: 'Dan orang-orang yang datang setelah mereka mengatakan: Ya Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam keimanan.' (QS. Al-Hasyr: 8-10). Maka barang siapa yang tidak mengucapkan ini untuk mereka, maka dia bukanlah dari golongan yang Allah jadikan baginya kebaikan."
Syaikh Prof. Dr. Ibrahim bin ‘Amir ar-Ruhaily hafizhahullah menjelaskan:
قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللَّهُ: وَالتَّرَحُّمُ عَلَى أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلِّهِمْ. هَذَا عَطْفًا عَلَى مَا تَقَدَّمَ، وَهُوَ مَا ذَكَرَهُ فِي بِدَايَةِ الْكِتَابِ "أُصُولُ السُّنَّةِ" ، أَيْ وَمِنْ أُصُولِ السُّنَّةِ التَّرَحُّمُ عَلَى أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلِّهِمْ. وَهَذَا الْأَصْلُ يَتَعَلَّقُ بِمَكَانَةِ الصَّحَابَةِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ، وَمَا يَجِبُ عَلَى الْأُمَّةِ مِنْ التَّرَضِّي عَلَيْهِمْ وَالتَّرَحُّمِ عَلَيْهِمْ وَحَقِّهِمْ الَّذِي جَعَلَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى الْأُمَّةِ فِي صُحْبَتِهِمْ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلِحُسْنِ بِلَائِهِمْ وَجِهَادِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ. الصَّحَابَةُ جَمْعُ صَحَابِيٍّ، الصَّحَابِيُّ هُوَ مَنْ لَقِيَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُؤْمِنًا بِهِ وَمَاتَ عَلَى ذَلِكَ. وَيَشْمَلُ هَذَا كُلَّ مَنْ لَقِيَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَآهُ وَلَوْ لِسَاعَةٍ، فَهُوَ مِنْ أَصْحَابِهِ. وَالصَّحَابَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ يَتَفَاوَتُونَ فِي الْفَضْلِ وَالْمَنْزِلَةِ بِحَسَبِ الْإِسْلَامِ وَلِلصُّحْبَةِ وَلِلْجِهَادِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَمُوَالَاتِهِمْ جَمِيعًا مِنْ الدِّينِ، فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ أَثْنَى عَلَيْهِمْ فِي الْقُرْآنِ، وَأَثْنَى عَلَيْهِمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سُنَّتِهِ. وَقَدْ اجْتَمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى عَدَالَتِهِمْ وَفَضْلِهِمْ، وَعَلَى مَا شَهِدُوا بِهِ وَبَلَائِهِمْ فِي خِدْمَةِ هَذَا الدِّينِ.
Penulis, rahimahullah, berkata: "Memohon rahmat bagi para sahabat Muhammad ﷺ seluruhnya." Ini merupakan pelengkap dari apa yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu yang disebutkan di awal kitab "Ushul Sunnah," yakni bagian dari prinsip-prinsip sunnah adalah memohon rahmat bagi seluruh sahabat Muhammad ﷺ. Prinsip ini berkaitan dengan kedudukan para sahabat, radhiyallahu 'anhum, dan apa yang wajib bagi umat ini dalam hal mendoakan mereka dengan ridha dan rahmat serta hak mereka yang telah Allah Azza wa Jalla tetapkan bagi umat ini atas persahabatan mereka dengan Rasulullah ﷺ, atas kebaikan mereka, dan jihad mereka di jalan Allah. Ashhaab - Para sahabat adalah bentuk jamak dari "shahabi," yaitu orang yang bertemu dengan Nabi ﷺ dalam keadaan beriman kepadanya dan wafat dalam keadaan demikian. Ini mencakup semua orang yang bertemu dengan Nabi ﷺ, meskipun hanya sesaat, maka dia termasuk sahabatnya. Para sahabat, radhiyallahu 'anhum, memiliki perbedaan dalam keutamaan dan kedudukan sesuai dengan Islam, persahabatan, dan jihad mereka bersama Rasulullah ﷺ. Menyukai mereka semua adalah bagian dari agama, karena Allah SWT telah memuji mereka dalam Al-Quran, dan Nabi ﷺ juga memuji mereka dalam sunnahnya. Para ulama telah sepakat mengenai keadilan dan keutamaan mereka, serta apa yang mereka saksikan dan perjuangkan dalam khidmahnya terhadap agama ini.
وَأَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، مَعَ مَكَانَتِهِمْ وَمَنْزِلَتِهِمْ، فَإِنَّهُ قَدْ يَحْصُلُ بَيْنَهُمْ مَا يَحْصُلُ مِنْ الْأُمُورِ الَّتِي تَرْجِعُ إلَى الِاجْتِهَادِ وَإِلَى طَلَبِ الْحَقِّ وَإِلَى مَعْرِفَتِهِ. وَمَعَ هَذَا، فَيُتَرَضَّى عَنْهُمْ جَمِيعًا وَيُوَالُونَ، وَيَجِبُ الْإِمْسَاكُ عَمَّا شَجَرَ بَيْنَهُمْ وَمَا حَصَلَ بَيْنَهُمْ مِنْ اخْتِلَافٍ وَمِنْ اقْتِتَالٍ، وَيَحْرُمُ عَلَى أَحَدٍ مِنْ الْمُسْلِمِينَ أَنْ يَسُبَّهُمْ أَوْ أَنْ يَشْتُمَهُمْ أَوْ أَنْ يَتَنَقَّصَهُمْ. قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي، فَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَوْ أَنْفَقَ مِثْلَ أَحَدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ". فَنَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ سَبِّهِمْ، مَعَ أَنَّهُ أَخْبَرَ عَمَّا بَيْنَهُمْ مِنْ الْخِلَافِ، وَقَالَ فِي الْحَسَنِ ابْنِ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا:" إنَّ ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ وَسَيُصْلِحُ اللَّهُ بِهِ بَيْنَ طَائِفَتَيْنِ عَظِيمَتَيْنِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ". فَأَثْنَى عَلَى الطَّائِفَتَيْنِ وَأَثْنَى عَلَى مَنْ أَصْلَحَ بَيْنَهُمَا، وَتَحَقَّقَ هَذَا فِي الْحَسَنِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ لَمَّا تَنَازَلَ عَنْ الْخِلَافَةِ لِمُعَاوِيَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، وَسُمِّيَ ذَلِكَ الْعَامُ بِعَامِ الْجَمَاعَةِ وَهُوَ السَّنَةُ الْأَرْبَعِينَ مِنْ الْهِجْرَةِ. فَتَبَيَّنَ بِهَذَا أَنَّ كِلَا الطَّائِفَتَيْنِ عَلَى الْخَيْرِ وَعَلَى الْفَضْلِ، مِنْ أَصْحَابِ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَمِنْ أَصْحَابِ مُعَاوِيَةَ.
Dan para sahabat Nabi ﷺ, meskipun memiliki kedudukan dan posisi yang mulia, terkadang terjadi di antara mereka perselisihan yang kembali pada ijtihad dan semangat pencarian kebenaran serta pengetahuan agamanya. Namun demikian, kita tetap mendoakan rahmat untuk mereka semua dan menyukai mereka. Kita wajib menahan diri dari membahas perselisihan yang terjadi di antara mereka dan pertempuran yang terjadi di antara mereka, dan haram bagi seorang muslim untuk mencela, memaki, atau merendahkan mereka. Nabi ﷺ bersabda: "Janganlah kalian mencela para sahabatku, karena seandainya salah seorang dari kalian menginfakkan emas sebesar Gunung Uhud, itu tidak akan mencapai pahala satu mud mereka, bahkan setengahnya pun tidak." (HR. Al-Bukhari no. 3673 dan Muslim no. 2541). Nabi ﷺ melarang mencela mereka, meskipun beliau mengabarkan adanya perselisihan di antara mereka, dan beliau berkata tentang Hasan bin Ali, radhiyallahu 'anhuma: "Anakku ini adalah pemimpin, dan Allah akan mendamaikan melalui dia dua kelompok besar dari kaum muslimin." (HR. Al-Bukhari no. 2704). Beliau memuji kedua kelompok tersebut dan memuji orang yang mendamaikan di antara mereka, dan hal ini terbukti pada Hasan radhiyallahu 'anhu ketika dia menyerahkan kekhalifahan kepada Muawiyah, radhiyallahu 'anhuma, dan tahun tersebut disebut sebagai "Tahun Persatuan," yang merupakan tahun ke-40 Hijriyah. Ini menunjukkan bahwa kedua kelompok tersebut berada dalam kebaikan dan keutamaan, baik dari pihak sahabat Ali radhiyallahu 'anhu maupun dari pihak sahabat Muawiyah.
وَكَذَلِكَ مَا كَانَ بَيْنَ عَلِيٍّ وَبَيْنَ طَلْحَةَ وَالزُّبَيْرِ وَعَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ يَوْمَ الْجَمَلِ، وَكُلُّ مَا جَرَى بَيْنَهُمْ يَجِبُ الْإِمْسَاكُ عَنْهُ وَعَدَمُ الْخَوْضِ فِي هَذِهِ الْأُمُورِ إلَّا بِخَيْرٍ، وَالْتَمَسُ الْأَعْذَارُ لَهُمْ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ، وَأَنَّهُمْ كُلُّهُمْ عَلَى خَيْرٍ وَهُدًى وَفَضْلٍ، لِقَوْلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ: "وَكُلًّا وَعَدَ اللَّهُ الْحُسْنَى" ، وَالْحُسْنَى هِيَ الْجَنَّةُ.
Begitu juga dengan apa yang terjadi antara Ali dan Thalhah, Zubair bin Awwam, dan Aisyah radhiyallahu 'anhum pada peristiwa Perang Jamal (tahun 36 H). Semua yang terjadi di antara mereka, kita wajib menahan diri dari membahasnya dan tidak mendalami perkara ini kecuali dengan kebaikan. Kita memberikan udzur untuk mereka, radhiyallahu 'anhum, bahwa mereka semua berada dalam kebaikan, petunjuk, dan keutamaan, karena firman Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung: "Dan semua telah dijanjikan oleh Allah surga." (Shohih At-Tirmidzi no. 3032). Dan "Al-Husna" adalah surga.
وَذَهَبَ أَهْلُ الْعِلْمِ إلَى أَنَّ الصَّحَابَةَ كُلَّهُمْ فِي الْجَنَّةِ، مُحْتَجِّينَ بِهَذِهِ الْآيَةِ عَلَى هَذَا الْقَوْلِ، وَهُمْ كَذَلِكَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ. وَذَكَرَ الْمُصَنِّفُ مِمَّا يُوجِبُ الدُّعَاءَ لَهُمْ وَالثَّنَاءَ عَلَيْهِمْ قَوْلَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ: "وَاَلَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ". فَاَللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَمَرَ بِالِاسْتِغْفَارِ لَهُمْ، فَذَكَرَ الْمُهَاجِرِينَ وَذَكَرَ الْأَنْصَارَ وَأَمَرَ بِالِاسْتِغْفَارِ لَهُمْ. وَلِهَذَا قَالَ الْعُلَمَاءُ: النَّاسُ ثَلَاثَةٌ؛ مُهَاجِرُونَ وَأَنْصَارٌ وَاَلَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ. وَجَاءَ طَائِفَةٌ مِنْ الْمُتَشَيِّعِينَ لِعَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَلِأَهْلِ بَيْتِهِ، جَاؤُوا لِأَئِمَّةِ أَهْلِ الْبَيْتِ، فَقَالَ لَهُمْ: هَلْ أَنْتُمْ مِنْ الْمُهَاجِرِينَ ؟ قَالُوا: لَا. قَالَ: هَلْ أَنْتُمْ مِنْ الْأَنْصَارِ ؟ قَالُوا: لَا. قَالَ: وَأَنَا أَشْهَدُ أَنَّكُمْ لَسْتُمْ مِمَّنْ قَالَ اللَّهُ فِيهِمْ:" وَاَلَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ". وَإِنَّمَا النَّاسُ ثَلَاثَةٌ: مُهَاجِرُونَ وَمَنْ جَاءَ بَعْدَهُمْ مِنْ الْمُسْتَغْفِرِينَ لَهُمْ.
Dan para ahli ilmu berpendapat bahwa seluruh sahabat berada di surga, dengan berdalilkan ayat ini atas pernyataan tersebut, dan memang demikianlah, radhiyallahu 'anhum. Penulis menyebutkan bahwa yang mewajibkan kita untuk mendoakan mereka dan memuji mereka adalah firman Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung: "Dan orang-orang yang datang setelah mereka mengatakan: Ya Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam keimanan." Maka Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung memerintahkan kita untuk memohonkan ampunan bagi mereka, Allah menyebutkan Muhajirin dan menyebutkan Anshar, dan memerintahkan kita untuk memohonkan ampunan bagi mereka. Oleh karena itu, para ulama berkata: manusia terbagi menjadi tiga golongan; Muhajirin, Anshar, dan orang-orang yang datang setelah mereka yang berkata: “Ya Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam keimanan.” (QS. Al-Hasyr: 10). Sejumlah orang dari kalangan yang mendukung Ali radhiyallahu 'anhu dan keluarganya mendatangi para imam dari kalangan Ahlul Bait, dan berkata kepada mereka: “Apakah kalian termasuk muhajirin? Mereka menjawab: Tidak. Mereka berkata: Apakah kalian termasuk anshar? Mereka menjawab: Tidak. Mereka berkata: Aku bersaksi bahwa kalian bukan termasuk golongan yang disebutkan Allah dalam firman-Nya: "Dan orang-orang yang datang setelah mereka mengatakan: Ya Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam keimanan." (QS. Hasyr: 10) Sesungguhnya manusia terbagi menjadi tiga golongan: Muhajirin, Anshar, dan orang-orang yang datang setelah mereka yang memohonkan ampunan bagi mereka.
وَنَحْنُ فِي هَذِهِ الْعُصُورِ الْمُتَأَخِّرَةِ لَمْ يَبْقَ لَنَا مِنْ الْخَيْرِ إلَّا هَذِهِ الْخَصْلَةُ، فَذَهَبَ الْمُهَاجِرُونَ بِفَضْلِهِمْ، وَذَهَبَ الْأَنْصَارُ بِفَضْلِهِمْ، وَلَمْ يَبْقَ فِي الْأُمَّةِ مِنْ هَذِهِ الطَّوَائِفِ الثَّلَاثِ الَّتِي أَثْنَى اللَّهُ عَلَيْهَا إلَّا مَنْ يَدْعُو لَهُمْ وَيَسْتَغْفِرُ لَهُمْ، فَلَمْ يَبْقَ فِي الْأُمَّةِ إلَّا مَنْ اسْتَغْفَرَ لَهُمْ، وَأَثْنَى عَلَيْهِمْ وَتَوَلَّاهُمْ جَمِيعًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ.
Dan kita di zaman yang belakangan ini, tidak tersisa dari kebaikan kecuali karakter ini. Para muhajirin telah pergi dengan keutamaan mereka, dan para anshar telah pergi dengan keutamaan mereka. Tidak ada yang tersisa di umat ini dari tiga golongan yang Allah puji kecuali orang yang mendoakan dan memohon ampun untuk mereka. Maka tidak ada yang tersisa di umat ini kecuali orang yang memohonkan ampun untuk mereka, memuji mereka, dan mencintai mereka semua, radhiyallahu 'anhum.
وَمِمَّا يُوجِبُ مُوَالَاةَ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَاءَهُ رَجُلٌ وَقَالَ: كَيْفَ بِالرَّجُلِ يُحِبُّ الْقَوْمَ وَلَمْ يَلْحَقْ بِهِمْ ؟ يَعْنِي فِي الْعَمَلِ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ". قَالَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: فَمَا فَرَحُنَا بِشَيْءٍ بَعْدَ الْإِسْلَامِ أَعْظَمُ مِنْ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:" أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ". فَإِنْ نُحِبَّ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَلَمْ نَعْمَلْ بِأَعْمَالِهِمَا، فَإِذَا كَانَ الصَّحَابَةُ يَتَقَرَّبُونَ إلَى اللَّهِ بِمَحَبَّةِ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ، فَكَيْفَ بِنَا نَحْنُ خَاصَّةً فِي هَذِهِ الْعُصُورِ فِي أَزْمَانِ الْفِتَنِ وَكَثْرَةِ الْفِتَنِ ؟ فَإِنَّ أَعْظَمَ مَا يَرْجُو بِهِ الْإِنْسَانُ النَّجَاةَ وَرَفْعَ الدَّرَجَاتِ عِنْدَ اللَّهِ بَعْدَ التَّوْحِيدِ هُوَ أَنْ يَلْقَى اللَّهَ بِمَحَبَّةِ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Di antara hal yang mewajibkan mencintai para sahabat Nabi ﷺ adalah bahwa Nabi ﷺ didatangi oleh seorang lelaki yang bertanya: "Bagaimana jika seseorang mencintai suatu kaum tetapi tidak mampu mengejar mereka dalam amal?" Nabi ﷺ menjawab: "Engkau bersama dengan orang yang engkau cintai." Lelaki itu berkata: "Kami tidak pernah lebih bergembira dengan sesuatu setelah masuk Islam daripada perkataan Nabi ﷺ: 'Engkau bersama dengan orang yang engkau cintai.'" (HR. Al-Bukhari no. 6169 dan Muslim no. 2640) Jika kita mencintai Abu Bakar dan Umar radhiallahu’anhum tetapi tidak melakukan amal seperti mereka, maka jika para sahabat mendekatkan diri kepada Allah dengan mencintai Abu Bakar dan Umar, bagaimana dengan kita, terutama di zaman penuh fitnah dan banyaknya cobaan ini radhiallahu’anhum? Sesungguhnya hal terbesar yang dapat diharapkan oleh seseorang untuk selamat dan mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Allah setelah tauhid adalah bahwa dia menemui Allah dengan mencintai para sahabat Nabi ﷺ.
وَمِنْ لَوَازِمِ مَحَبَّةِ الصَّحَابَةِ التَّرَحُّمُ عَلَيْهِمْ وَالتَّرَضِّي عَنْهُمْ، وَمِنْ لَوَازِمِ مُوَالَاتِهِمْ وَمَحَبَّتِهِمْ تَرْبِيَةُ الْأَبْنَاءِ وَالْمَشْيُ عَلَى حُبِّهِمْ وَعَلَى تَوْقِيرِهِمْ وَعَلَى مَعْرِفَةِ سِيَرِهِمْ. وَمِنْ مَوَازِينِ مَحَبَّتِهِمْ اتِّبَاعُ هَدْيِهِمْ وَالِاقْتِدَاءُ بِهِمْ وَالتَّأَسِّي بِهِمْ فِيمَا كَانُوا عَلَيْهِ مِنْ الْخَيْرِ، لِقَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اهْتَدُوا بِاَلَّذِينَ مِنْ بَعْدِي أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ". الصَّحَابَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ كُلُّهُمْ عَلَى خَيْرٍ، فَمَنْ تَأَسَّى بِهِمْ وَسَلَكَ طَرِيقَهُمْ فَإِنَّهُ عَلَى خَيْرٍ وَفَضْلٍ.
Di antara keharusan mencintai para sahabat adalah mendoakan rahmat bagi mereka dan ridha untuk mereka, dan di antara keharusan mencintai dan mencintai mereka adalah mendidik anak-anak untuk berjalan di atas kecintaan mereka, menghormati mereka, dan mengetahui perjalanan hidup mereka. Di antara tanda kecintaan kepada mereka adalah mengikuti petunjuk mereka, meneladani mereka, dan meniru mereka dalam segala kebaikan yang mereka lakukan, karena Nabi ﷺ bersabda: "Berpedomanlah kepada yang datang setelahku, yaitu Abu Bakar dan Umar." Para sahabat, radhiyallahu 'anhum, semuanya dalam kebaikan, maka barang siapa yang meneladani mereka dan mengikuti jalan mereka, maka dia berada dalam kebaikan dan keutamaan.
قَالَ الْمُصَنِّفُ: فَلَمْ نُؤْمَرْ إلَّا بِالِاسْتِغْفَارِ لَهُمْ، فَلَمْ يُؤْمِنْ إلَّا مَنْ اسْتَغْفَرَ لَهُمْ. لِأَنَّ الِانْحِرَافَ عَنْ الصَّحَابَةِ يَتَنَافَى مَعَ الْإِيمَانِ، فَقَدْ ذَكَرَ شَيْخُ الْإِسْلَامِ ابْنُ تَيْمِيَّةَ فِي نِهَايَةِ كِتَابِهِ" الصَّارِمُ الْمَسْلُولُ عَلَى شَاتِمِ الرَّسُولِ "أَنَّ مَنْ كَفَّرَ الصَّحَابَةَ أَوْ زَعَمَ أَنَّ الْكَثِيرَ مِنْهُمْ قَدْ ارْتَدُّوا فَإِنَّهُ يُكَفَّرُ، لِأَنَّ هَذَا يَتَضَمَّنُ تَكْذِيبَ الْقُرْآنِ وَالتَّكْذِيبَ بِالسُّنَّةِ، وَقَدْ جَاءَ مَدْحُهُمْ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ فِي الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ. قَالَ: فَمَنْ سَبَّهُمْ أَوْ تَنَقَّصَهُمْ أَوْ أَحَدًا مِنْهُمْ فَلَيْسَ عَلَى السُّنَّةِ. وَالْمَقْصُودُ بِقَوْلِهِ" لَيْسَ عَلَى السُّنَّةِ "أَيْ لَيْسَ عَلَى الطَّرِيقِ الصَّحِيحِ وَلَيْسَ عَلَى الْعَقِيدَةِ الصَّحِيحَةِ الَّتِي كَانَ عَلَيْهَا سَلَفُ الْأُمَّةِ.
Penulis berkata: "Kita tidak diperintahkan kecuali untuk memohonkan ampunan bagi mereka, dan tidak beriman kecuali orang yang memohonkan ampunan bagi mereka." Karena penyimpangan dari para sahabat bertentangan dengan iman. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan di akhir kitabnya "As-Sarim al-Maslul 'ala Syatim ar-Rasul" bahwa barang siapa yang mengkafirkan para sahabat atau mengklaim bahwa banyak dari mereka murtad, maka dia dihukumi kafir, karena hal ini berarti mendustakan Al-Quran dan mendustakan Sunnah. Puji-pujian terhadap mereka, radhiyallahu 'anhum, terdapat dalam Al-Quran dan Sunnah. Dia berkata: "Barang siapa yang mencela mereka atau merendahkan mereka atau salah satu dari mereka, maka dia bukanlah di atas sunnah." Maksud dari "bukan di atas sunnah" adalah bahwa dia bukan di jalan yang benar dan bukan di atas akidah yang benar yang dipegang oleh generasi awal umat ini.
قَالَ: "عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ" ، فَمَنْ خَرَجَ عَنْ السُّنَّةِ وَقَعَ فِي الْبِدَعِ. وَلِهَذَا، مَنْ طَعَنَ فِي الصَّحَابَةِ أَوْ أَحْ، فَإِنَّهُ قَدْ خَرَجَ مِنْ السُّنَّةِ وَمِنْ عَقِيدَةِ أَهْلِ السُّنَّةِ وَوَقَعَ فِي الْبِدَعِ. وَلِهَذَا، لَا يُعْرَفُ عَنْ رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ السُّنَّةِ أَنَّهُ عُرِفَ بِالِاسْتِقَامَةِ عَلَى الْعَقِيدَةِ الصَّحِيحَةِ وَعُرِفَ بِامْتِثَالِ الشَّرْعِ أَنَّهُ يَتَعَرَّضُ لِأَحَدٍ مِنْ الصَّحَابَةِ بِسَبٍّ أَوْ شَتْمٍ، وَإِنَّمَا عُرِفَ هَذَا فِي أَهْلِ الْبِدَعِ، مِنْ الرَّوَافِضِ وَالْخَوَارِجِ وَالْمُعْتَزِلَةِ وَالنَّوَاصِبِ الَّذِينَ يَقَعُونَ فِي الصَّحَابَةِ.
Dia berkata: "Gigitlah sunnah itu dengan geraham, dan waspadalah terhadap perkara baru." Maka barang siapa yang menyimpang dari sunnah, dia akan terjatuh ke dalam bid'ah. Oleh karena itu, barang siapa yang mencela para sahabat atau salah satu dari mereka, maka dia telah keluar dari sunnah dan akidah Ahlus Sunnah dan terjatuh dalam bid'ah. Oleh karena itu, tidak dikenal dari seorang pun dari Ahlus Sunnah yang dikenal dengan teguh di atas akidah yang benar dan dikenal dengan ketaatan terhadap syariat bahwa dia mencela salah satu dari para sahabat. Sebaliknya, ini dikenal di kalangan ahli bid'ah, seperti Rafidhah, Khawarij, Mu'tazilah, dan Nawashib yang mencela para sahabat.
وَلِهَذَا، أَخْبَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ مِنْ عَلَامَةِ الْإِيمَانِ حُبَّ الْأَنْصَارِ، وَإِذَا كَانَ هَذَا ثَبَتَ فِي الْأَنْصَارِ، فَثُبُوتُهُ لِلْمُهَاجِرِينَ مِنْ بَابٍ أَوْلَى لِأَنَّهُمْ أَفْضَلُ. وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الْأَنْصَارُ لَا يُحِبُّهُمْ إلَّا مُؤْمِنٌ وَلَا يُبْغِضُهُمْ إلَّا مُنَافِقٌ" ، وَالْمُهَاجِرُونَ كَذَلِكَ يَدْخُلُونَ فِي هَذَا مِنْ بَابٍ أَوْلَى. وَقَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: "وَاَلَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إنَّهُ لَعَهْدُ النَّبِيِّ الْأُمِيِّ إلَيَّ أَنَّهُ لَا يُحِبُّنِي إلَّا مُؤْمِنٌ وَلَا يُبْغِضُنِي إلَّا مُنَافِقٌ".
Oleh karena itu, Nabi ﷺ mengabarkan bahwa di antara tanda iman adalah mencintai kaum Anshar. Jika ini terbukti pada kaum Anshar, maka lebih utama lagi bagi kaum Muhajirin karena mereka lebih utama. Nabi ﷺ bersabda: "Tidak mencintai kaum Anshar kecuali orang mukmin, dan tidak membenci mereka kecuali orang munafik." Demikian juga kaum Muhajirin termasuk dalam hal ini lebih utama lagi. Ali, radhiyallahu 'anhu, berkata: "Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya Nabi yang ummi telah membuat perjanjian denganku bahwa tidak ada yang mencintaiku kecuali orang mukmin, dan tidak ada yang membenciku kecuali orang munafik."
فَهَذِهِ مَنْزِلَةُ الصَّحَابَةِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ، وَلَيْسَ لَهُ فِي الْفَيْءِ حَقٌّ. الْفَيْءُ هُوَ مَا غَنِمَهُ الْمُسْلِمُونَ مِنْ الْكُفَّارِ عَنْ غَيْرِ قِتَالٍ، وَقَدْ جَعَلَ اللَّهُ قِسْمَتَهُ أَقْسَامًا وَجَعَلَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقًّا فِي أَحَدِ الْأَقْسَامِ الْخَمْسَةِ، وَلِأَهْلِ بَيْتِهِ وَلِلْفُقَرَاءِ. وَالْمَسَائِلُ كَمَا هِيَ، الْمُؤَلِّفُ بِمَا جَاءَ عَنْ الْإِمَامِ مَالِكٍ مِنْ أَكْثَرَ مِنْ طَرِيقٍ، أَنَّهُ قَالَ: "قَسَّمَ اللَّهُ تَعَالَى الشَّيْءَ، فَقَالَ: لِلْفُقَرَاءِ الْمُهَاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ، ثُمَّ قَالَ: وَاَلَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا". قَالَ:" لَمْ يَقُلْ هَذَا فَلَيْسَ مِمَّا مِمَّنْ جُعِلَ لَهُ شَيْءٌ، أَيْ إنَّ مَنْ خَرَجَ عَنْ هَذَا فَقَدْ خَرَجَ مِمَّنْ جُعِلَ لَهُ الشَّيْءُ مِنْ بَعْدِ الصَّحَابَةِ مِنْ الَّذِينَ يَسْتَغْفِرُونَ لَهُمْ".
Inilah kedudukan para sahabat, radhiyallahu 'anhum, dan tidak ada hak dalam harta fai' bagi mereka. Fai' adalah harta yang dirampas kaum Muslimin dari kaum kafir tanpa pertempuran, dan Allah telah menetapkan pembagian harta itu menjadi beberapa bagian, dan Nabi ﷺ memiliki hak dalam salah satu dari lima bagian, begitu juga keluarganya dan orang-orang miskin. Dan masalah ini sebagaimana adanya, penulis mengikuti apa yang datang dari Imam Malik dari lebih dari satu jalur, bahwa dia berkata: "Allah membagi sesuatu, maka dikatakan: Untuk orang-orang fakir dari kalangan muhajirin yang diusir dari tempat tinggal mereka, kemudian dikatakan: “Dan orang-orang yang datang setelah mereka mengatakan: Ya Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami." Dia berkata: "Barang siapa yang tidak mengucapkan ini, maka dia bukan termasuk dari golongan yang diberikan sesuatu setelah para sahabat dari orang-orang yang memohonkan ampunan bagi mereka."
وَجَاءَ عَنْ الْإِمَامِ مَالِكٍ أَيْضًا أَنَّهُ احْتَجَّ بِقَوْلِ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى بَعْدَ ذِكْرِ الصَّحَابَةِ: "لِيَغِيظَ بِهِمْ الْكُفَّارَ"، قَالَ: "فَمَنْ اغْتَاظَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَإِنَّهُ مِنْ الْكُفَّارِ". فَمَنْ سَبَّهُمْ أَوْ اغْتَابَ مِنْهُمْ أَوْ تَعَرَّضَ لَهُمْ، فَهَذَا دَلِيلٌ عَلَى خُرُوجِهِ مِنْ الْإِسْلَامِ، لِأَنَّ اللَّهَ قَالَ:" لِيَغِيظَ بِهِمْ الْكُفَّارَ "، فَلَا يَغْتَاظُ بِهِمْ وَلَا يَحْقِدُ عَلَيْهِمْ وَيُبْغِضُهُمْ إلَّا الْكُفَّارُ.
Diriwayatkan juga dari Imam Malik rahimahullah bahwa beliau berdalil dengan firman Allah setelah menyebutkan para sahabat: "Agar mereka membuat marah orang-orang kafir," beliau berkata: "Barang siapa yang marah kepada para sahabat Nabi ﷺ, maka dia termasuk dari orang-orang kafir." Maka barang siapa yang mencela mereka atau memfitnah salah satu dari mereka atau menentang mereka, ini adalah tanda keluar dari Islam, karena Allah berfirman: "Agar mereka membuat marah orang-orang kafir." Maka tidak ada yang marah kepada mereka, membenci mereka, atau memusuhi mereka kecuali orang-orang kafir.
وَمَنْ وَقَعَ فِي شَيْءٍ مِنْ الْبُغْضِ فَإِنَّ هَذَا دَلِيلٌ عَلَى أَنَّهُ مِنْ الْكُفَّارِ، فَإِنَّ الْمُؤْمِنَ لِمَحَبَّةِ اللَّهِ وَلِرَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَوَلَّى الصَّحَابَةَ جَمِيعًا، وَلَا يُبْغِضُهُمْ بَلْ يَتَوَلَّاهُمْ يُثْنِي عَلَيْهِمْ وَيَنْقُلُ مَا صَحَّ عَنْهُمْ، وَيَفْرَحُ بِهِ وَيُعْرِضُ عَمَّا جَاءَ فِي الْكُتُبِ مِنْ الْكَذِبِ عَلَيْهِمْ وَالطَّعْنِ فِيهِمْ وَنِسْبَتِهِمْ إلَى الِانْحِرَافِ، فَإِنَّهُمْ بَرِيئُونَ مِنْ هَذَا. وَلَكِنَّ أَهْلَ الْبِدَعِ قَدِيمًا وَحَدِيثًا يَطْعَنُونَ فِي الصَّحَابَةِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ، وَأَهْلُ السُّنَّةِ قُلُوبُهُمْ سَلِيمَةٌ وَأَلْسِنَتُهُمْ عَفِيفَةٌ مِنْ النَّيْلِ مِنْ الصَّحَابَةِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ، بَلْ يَتَقَرَّبُونَ إلَى اللَّهِ بِمَحَبَّتِهِمْ وَبِمُوَالَاتِهِمْ وَبِالدِّفَاعِ عَنْهُمْ، وَيَعُدُّونَ ذَلِكَ مِنْ أَرْجَى أَعْمَالِهِمْ الَّتِي يَتَقَرَّبُونَ بِهَا إلَى اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى.
Dan barang siapa yang terjatuh dalam kebencian kepada para sahabat, maka ini adalah tanda bahwa dia termasuk dari orang-orang kafir, karena seorang mukmin karena cinta kepada Allah dan Rasul-Nya ﷺ mencintai seluruh sahabat, dan tidak membenci mereka, melainkan mencintai mereka, memuji mereka, dan menyampaikan apa yang benar dari mereka, dan dia senang dengan hal itu dan menjauhi apa yang datang dalam kitab-kitab dari kebohongan tentang mereka dan fitnah terhadap mereka, serta menuduh mereka penyimpangan, karena mereka terbebas dari hal ini. Namun ahli bid'ah, sejak dahulu hingga sekarang, mencela para sahabat, radhiyallahu 'anhum, sedangkan Ahlus Sunnah, hati mereka bersih, lidah mereka suci dari mencela para sahabat, radhiyallahu 'anhum, bahkan mereka mendekatkan diri kepada Allah dengan mencintai mereka, mendukung mereka, dan membela mereka, serta menganggap hal itu sebagai salah satu amal yang paling diharapkan untuk mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi.
---Bersambung----
Lajnah Tafrigh Faedah Daurah - Mahad Imam Al-Bukhari Solo
#Daurah_Al_Ilmiyyah_Solo_Mahad_Imam_Al_Bukhari_Muharram1446H
Ustadz Zaki rakhmawan