Sabtu, 04 Maret 2023

TAUHID KIYAI HAJI DJARNAWI HADIKUSUMO: MEMOHON SYAFA'AT KEPADA ORANG MATI DI KUBURAN DAN MENJADIKAN MEREKA WASILAH (PERANTARA) DALAM DO'A KEPADA ALLAH, MERUPAKAN TINDAKAN KESYIRIKAN DAN PELAKUNYA MENJADI MUSYRIK

TAUHID KIYAI HAJI DJARNAWI HADIKUSUMO: MEMOHON SYAFA'AT KEPADA ORANG MATI DI KUBURAN DAN MENJADIKAN MEREKA WASILAH (PERANTARA) DALAM DO'A KEPADA ALLAH, MERUPAKAN TINDAKAN KESYIRIKAN DAN PELAKUNYA MENJADI MUSYRIK

Kiyai Haji Djarnawi Hadikusumo (Putra Ki Bagus Hadikusumo Dan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Tempoe Doeloe) -Rahimahullah- Berkata:

"...Pada ummat Islam, bid'ah i'tiqad ini melahirkan amalan yang kelihatannya seperti agama Islam tetapi sebenarnya mengandung unsur kepercayaan yang keluar dari tauhid. Di antara bid'ah i'tiqad dan amalannya itu adalah sebagai berikut: ....

....Mengambil wasilah (perantara) orang yang telah mati untuk mendo'a kepada Allah, Mereka menziarahi kuburan para wali dan ulama besar dan memohon kepada Allah agar do'a (permohonan) orang yang berziarah kuburnya itu dikabulkan. Ada yang memohon dapat jodoh, anak, rezeki, pangkat, keselamatan dunia dan akhirat, dan sebagainya. Mereka percaya bahwa dengan syafa'at (pertolongan) arwah para wali dan ulama itu, permohonan atau do'a mereka tentu dikabulkan Allah, karena wali dan ulama itu kekasih-Nya.

Maka pada hari-hari tertentu, ramailah kuburan keramat itu diziarahi orang siang dan malam, masing-masing membawa permohonannya sendiri-sendiri. Mereka berjongkok di sekeliling kuburan itu, memanggil nama yang telah dikubur serta menyampaikan permohonannya seakan-akan berbicara dengan orang yang masih hidup. Dengan begitu mereka mengharapkan dan percaya bahwa arwah kekasih-kekasih Allah dapat memberikan pertolongan atau syafa'at, baik yang terdiri dari anugrah di dunia maupun keselamatan pada hari Kiyamat. Akhirnya pada orang-orang yang tidak mengerti timbul kesalahan faham, yaitu kepercayaan bahwa benar-benar kuburan dan arwah itulah yang mengabulkan permohonan dan yang patut dimohoni pertolongan. Demikianlah jadinya, kepercayaan tentang wasilah dan syafa'at dapat menjadikan kemusyrikan yang berlawanan dengan tauhid. Dan kemusyrikan inilah, disamping taqlid, telah membelenggu akal dan kecerdasan manusia, menghambat kemajuan bangsa dan masyarakat.

Wasilah artinya perantara, yaitu sesuatu yang dapat menyampaikan kita kepada maksud, seperti belajar adalah wasilah untuk menjadi pandai, bekerja untuk mendapat rezeki, ber'amal untuk mendapat pahala, beribadat untuk mendekatkan diri kepada Allah, ta'at kepada Allah dan Allah ridla kepada kita. Juga termasuk wasilah pertolongan seseorang untuk memohon bagi kita. Umpama kita hendak memohon pekerjaan kepada sesuatu kantor, akan lebih diharap berhasil jika minta tolong kepada seseorang yang dikenal baik atau disayangi oleh kepala kantor itu, untuk menyampaikan permohonan kita itu. Kepala kantor itu menerima permohonan kita karena dibantu oleh orang yang disayangi itu, tetapi juga karena kita dianggap cakap dan baik. Jika kita tidak cakap dan buruk nama, tentu kepala kantor itu tidak mau menerima kita. Dengan demikian berarti bahwa gunanya wasilah semacam ini hanya untuk lebih memudahkan dan menyegerakan dikabulkannya sesuatu permohonan yang memang pada dasarnya dapat dikabulkan.

Tanpa wasilah, permohonan itu dikabulkan juga, tetapi setelah melalui pertimbangan yang teliti dan proses yang lama. Jadi gunanya wasilah manusia adalah untuk mendapat prioritas dan fasilitas atau penyegeraan dan kemudahan.

Pertolongan orang yang kita jadikan wasilah hingga permohonan kita terkabul, itulah yang dinamakan syafa'at. Yang dinamakan syafa'at para nabi dan para wali, ialah doa mereka kepada Allah hingga permohonan kita di kabulkan. Tetapi hanya orang yang masih hidup sajalah yang dapat mendo'akan kita. Para Nabi dan Wali atau siapa saja yang sudah mati tidak dapat berbuat apa-apa bagi dirinya, apalagi bagi kita.

Dengan demikian kita tidak layak, tidak dapat dan tidak ada gunanya memohon syafa'at kepada orang yang sudah mati meskipun dia nabi atau wali, dan ini bid'ah i'tiqad yang lekas menjadi syirk. Dinamakan bid'ah, karena tidak berdasar Al-Quran dan Sunnah. Menurut Quran dan Sunnah, mencari wasilah dan syafa'at hanya diizinkan kepada orang yang masih hidup.

Kata "syafa'at" dapat berarti: "pertolongan dengan daya gaib" dan dapat pula diartikan do'a. Pengertian pertama itulah yang menjadikan musyrik, dan pengertian kedua itulah yang dikehendaki dan diizinkan dalam ajaran Islam. Yaitu: seseorang yang dikasihi Allah mendo'akan kepada Allah untuk kita. Mereka yang dikasihi Allah ialah: para Nabi dan Rasul (sudah wafat semua sekarang ini) para orang mukmin yang taat dan tunduk selalu kepada Allah serta senantiasa menyediakan diri untuk mengabdi kepada Allah, mereka ini ada yang terdiri dari alim ulama, kiyahi, guru, orang pelajar, dan juga orang mukmin biasa yang tidak menduduki tempat yang tinggi dalam masyarakat. Allah memilih kekasih-Nya bukan tergantung pada ilmu dan martabat kemasyarakatan, tetapi berdasar atas taqwa dan pengabdian seseorang kepada-Nya.

Benar sekali bahwa ilmu agama yang tinggi dan mendalam terutama dalam ilmu ushuluddin, dapat menjadikan orang alim dan ma'rifat kepada Allah dengan jelas, yang menghasilkan taqwa serta ta'at mengabdi kepada-Nya dengan mengalahkan kesenangan dunia. Termaterilah dalam kalbunya kecintaan kepada Allah dan Allah cinta kepadanya, maka jadilah ia wall Allah atau kekasih Allah, manusia yang dapat memberi syafa'at selagi masih hidup, dan hanya kepada orang baik....."

[Lihat Buku Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Bid'ah Khurafat, Halaman 45 Sampai Halaman 48].

"....Kesimpulan

1. Wasilah yang harus, kita capai itu, ialah perantara untuk mendekatkan diri pada Allah, yaitu beribadat dengan khusyu' dan ta'at kepada-Nya. 

2. Dinamakan juga wasilah, ialah do'a orang lain kepada Allah untuk keselamatan atau terkabulnya permohonan kita.

3. Syafa'at artinya do'a yang dikabulkan Allah. Syafa'at itu terletak dalam kekuasaan Allah belaka. Para Rasul, Nabi, orang Shalih: mereka sekedar mendo'a memohon syafa'at itu.

4. Allah hanya mengizinkan syafa'at itu kepada hamba-Nya yang taat.

5. Mencari wasilah dan syafa'at kepada orang yang telah mati atau kuburan adalah laku kemusyrikan, orangnya menjadi musyrik."

[Lihat Buku Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Bid'ah Khurafat, Halaman 52 Sampai Halaman 53].

CATATAN TAMBAHAN:

Kiyai Haji Djarnawi Hadikusumo, Dalam Buku Beliau Berjudul: "Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Serta Bid'ah Dan Khurafat" Dengan Buku Berjudul: "Kitab Tauhid", Dari Kedua Buku Tersebut, Nampak Bahwa Beliau Dalam Aqidah Adalah Condong Kepada Madzhab Asy'ariy Dan Madzhab Maaturidiy. 

Akan Tetapi, Dalam Buku Yang Sama Juga: "Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Serta Bid'ah Dan Khurafat", Sebagaimana Yang Telah Terjelaskan Di Atas, Beliau (Kiyai Haji Djarnawi Hadikusumo) Adalah Merupakan Yang Menentang Keras Quburiyyun (Para Pengagung/Pemuja Kuburan), Menganggap Do'a/Istighotsah Kepada Mayat Sebagai Syirik/Kemusyrikan Begitu Pula Meminta Syafaat Kepada Kuburan Dan Menjadikannya Wasilah (Perantara) Do'a Sama Saja Pula Merupakan Tindakan Syirik/Kemusyrikan, Menolak/Menentang Keras Berbagai Kreasi/Inovasi Yang Tidak Ada Dasarnya Dalam Beribadah Sehingga Beliau -Dalam Buku Tersebut- Membid'ahkan Beberapa Amalan Seperti Tahlilan Di Kuburan, Selamatan Kematian, Merutinkan Dzikir/Do'a Berjama'ah Setiap Selesai Shalat, Dan Banyak Amalan Lainnya. 

Kemudian Dalam Buku "Aliran Pembaruan Dalam Islam: Dari Jamaluddin Al-Afghani Hingga Kiyai Haji Ahmad Dahlan", Beliau Memuji Dakwah Wahhabi Dan Syaikh Muhammad Bin 'Abdul Wahhab Sebagai Gerakan Yang Gigih Dan Berteguh Hati Dalam Memberantas Kesyirikan, Bid'ah, Khurafat, Dan Berbagai Kesesatan Berupa Pemujaan Terhadap Kuburan-Kuburan. 

Dengan Demikian, Kendatipun Beliau Kita Sebut Seorang Asy'ariy (Ataupun Maaturidiy), Maka Tetap Beliau Bukanlah Seorang Quburiy, Bukan Pula Seorang Penganut Salah Satu Tarekat Dari Tarekat-Tarekat Shufi Yang Ada, Dan Bukan Penentang Dakwah Wahhabi Bahkan Malah Memujinya, Itu Perkara Penting Yang Perlu Diingat.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid06niNcDr1YCZLBvHYLWPfNSJ7VPmKASCrgwDe19MFwymrxavagG85VPi7qVzm3o3Rl&id=100009762878097&mibextid=Nif5oz
Al akh Raihan ramadhan