Minggu, 19 Maret 2023

Haram melakukan ibadah fasidah

Haram melakukan ibadah fasidah

Seseorang yang meyakini tidak sahnya satu ibadah tetapi tetap ia kerjakan maka ia telah terjatuh dalam dosa karena melakukan sesuatu yang diharamkan.

Berikut faedah kasus ibadah puasa yang disebutkan dalam kitab Fathul Mu'in beserta Hasyiah I'anatut Thalibin.

فلو نوى أول ليلة رمضان صوم جميعه : لم يكف لغير اليوم الأول
قال شيخنا: لكن ينبغي ذلك، ليحصل له صوم اليوم الذي نسي النية فيه عند مالك، كما تسن له أول اليوم الذي نسيها فيه، ليحصل له صومه عند أبي حنيفة. 
وواضح أن محله: إن قلد، وإلا كان متلبسا بعبادة فاسدة في اعتقاده

"Jika seseorang niat pada malam pertama untuk puasa satu bulan ( Ramadhan ) penuh, maka niat tersebut hanya berlaku untuk hari pertama saja tidak untuk hari-hari setelahnya.

Guru kami ( Ibnu Hajar ) mengatakan, akan tetapi bagus juga hal itu dilakukan agar puasanya sah menurut imam Malik ketika lupa niat ( pada salah satu hari setelah hari pertama ) sebagaimana disunnahkan niat di awal hari agar puasanya sah menurut imam Abu Hanifah ketika lupa niat di malam hari.

Hal ini nampak jelas jika ia taklid pada imam tersebut ( Malik dalam hal bolehnya niat di malam pertama untuk puasa satu bulan penuh atau Abu Hanifah dalam hal niat setelah fajar ). Jika ia tidak taklid, maka ia melakukan ibadah fasid ( tidak sah ) menurut keyakinannya."
( Fathul Mu'in I/263 )

Al-'Allamah Abu Bakr Syatha ad-Dimyati mengomentari,

(وقوله: كان متلبسا بعبادة فاسدة) أي وهو حرام. 
(وقوله: في اعتقاده) متعلق بفاسدة - أي فاسدة في اعتقاد الناوي، وإن كانت صحيحة في اعتقاد غيره.

"Melakukan ibadah fasid hukumnya haram. Yang dimaksud dengan fasid adalah fasid menurut  keyakinan orang berniat meskipun sah menurut keyakinan orang lain."
( I'natut Thalibin 2/372 )

Dari sini dapat kita ambil kesimpulan bahwa seseorang tidak boleh melakukan ibadah yang ia yakini tidak sah. Yang nampak bahwasanya hal ini berlaku pada orang mengikuti madzhab tertentu ataupun mengikuti madzhab ustadznya. Dengan demikian jika seseorang mengikuti pendapat yang disampaikan ustadznya dan ia yakini maka tidak boleh ia langgar. Kita ambil contoh, semisal ia mengetahui dan meyakini bahwa berkumur itu wajib saat mandi junub, maka tidak boleh baginya mandi junub tanpa berkumur karena jika ia lakukan maka ia telah melakukan ibadah fasidah yang hukumnya haram.

Allahu a'lam.
Ustadz agus waluyo