Selasa, 21 Maret 2023

SAFAR DEMI BISA JIMA'

SAFAR DEMI BISA JIMA'

Jika ada seorang suami mengajak isterinya bersafar di bulan Ramadhan dengan niatan supaya bisa berjima di siang hari, maka hal ini terlarang di dalam islam, karena menyengaja dan merekayasa syariah. 

Tetapi kalau memang betul-betul mereka safar, maka diperbolehkan berjima disiang hari, karena orang yang safar, diperbolehkan makan, minum dan berhubungan badan. 

Berkata Ulama Al-Lajnah Ad-Daimah, 

"يجوز الفطر في السفر لمسافر في نهار رمضان ويقضيه لقوله تعالى : ( َمَنْ كَانَ مَرِيضاً أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ) البقرة/185 ، ويباح له الأكل والشرب والجماع ما دام في السفر" اهـ .

Dibolehkan bagi musafir di siang hari bulan Ramadan untuk berbuka dan mengqadanya.

Berdasarkan Firman Allah: "Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain." (QS. Al-Baqarah: 185)

Dia dibolehkan makan, minum dan berhubungan badan selagi dia dalam kondisi safar. (Fatwa Al Lajnah Ad Daimah (10/202)). Sumber : Al Islam Sual Wa Jawab No 50256.

Berkata Syekh Bin Baz rahimahullah, 

أما إن كان مسافرا أو مريضا مرضا يبيح له الفطر فلا كفارة عليه ولا حرج عليه ، وعليه قضاء اليوم الذي جامع فيه ؛ لأن المريض والمسافر يباح لهما الفطر بالجماع وغيره ، كما قال الله سبحانه ) فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضاً أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ) البقرة/184 .

Adapun jika dia dalam kondisi safar (bepergian) atau sakit yang dibolehkan untuk berbuka, maka dia tidak terkena kafarat dan tidak ada dosa baginya, namun dia harus mengqada untuk hari itu. Karena orang sakit dan musafir dibolehkan berbuka puasa, baik dengan berhubungan badan atau dengan yang lainnya.

Berdasarkan firman Allah: "Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain." (QS. Al-Baqarah: 184). (Majmu’ Fatawa (15/307)). Sumber : Al Islam Sual Wa Jawab No 50256.

Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah ditanya, 

عن رجل جامع زوجته في نهار رمضان وهو مسافر؟

Tentang seorang yang berhubungan badan dengan istrinya di siang hari bulan Ramadhan dalam kondisi safar?

Beliau menjawab, 

" لا حرج عليه في ذلك؛ لأن المسافر يجوز له أن يفطر بالأكل والشرب والجماع ، فلا حرج عليه في هذا ولا كفارة . ولكن يجب عليه أن يصوم يوماً عن الذي أفطره في رمضان .

كذلك المرأة لا شيء عليها إذا كانت مسافرة مفطرة أم غير مفطرة في ذلك اليوم معه ، أما إذا كانت مقيمة فلا يجوز له جماعها إن كانت صائمة فرضاً ؛ لأنه يفسد عليها عبادتها ويجب عليها أن تمتنع منه" اهـ . .

"Hal itu tidak mengapa, karena musafir dibolehkan berbuka dengan makan, minum maupun berhubungan badan. Maka hal itu tidak apa-apa dan tidak perlu membayar kafarat. Akan tetapi dia harus mengqada hari dia berbuka puasa. Begitu juga berlaku bagi isteri yang ikut safar bersamanya, baik dia berbuka maupun belum berbuka. Akan tetapi kalau istrinya dalam kondisi muqim (menetap) maka suaminya tidak boleh menggaulinya karena akan merusak puasanya dan sang isteri wajib menolaknya.". (Fatawa Shiyam (344)). Sumber : Al Islam Sual Wa Jawab No 50256. 

Dan Syekh Utsaimin Rahimahullah ditanya, 

ما حكم من جامع امرأته في نهار رمضان؟

Apa hukum orang yang menjimai isterinya di siang hari di bulan Ramadhan? 

Beliau menjawab, 

إن كان ممن يباح له الفطر ولها، كما لو كانا مسافرين فلا بأس في ذلك حتى وإن كانا صائمين، أما إذا كانا مما لا يحل له الفطر فإنه حرام عليه وهو آثم

Jika dia diantara orang yang dibolehkan baginya berbuka, seperti keduanya musafir maka tidak mengapa melakukan itu (jima') sampai walaupun seandainya keduanya puasa. Adapun apabila keduanya dari orang yang tidak halal berbuka, maka sesungguhnya haram dan berdosa baginya. 

وعليه مع القضاء عتق رقبة، فإن لم يجد فصيام شهرين متتابعين، فإن لم يستطع فإطعام ستين مسكيناً، وزوجته مثله إن كانت مطاوعة، أما إن كانت مكرهة فلا شيء عليها

Dan atasnya mesti qadha dan membebaskan budak. Jika tidak ada (tidak punya budak), maka puasa dua bulan berturut-turut. Jika tidak mampu (berpuasa), maka memberi makan 60 orang miskin. Dan isterinya semisalnya (kafarahnya sama dengan suaminya) jika dia melayani dengan penuh gairah. Dan adapun jika membencinya, maka tidak ada sesuatu atasnya (tidak terkena kafarah). Sumber : http://iswy.co/e2e188. 

AFM 

Copas dari berbagai sumber 

Bahasan terkait 
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1418975475108382&id=100009878282155