Sabtu, 06 Juni 2020

Dalam belajar ilmu alat terkhusus (Nahwu) kita bisa mengklafikasikan manusia menjadi tiga kelompok yaitu berlebihan, meremehkan dan pertengahan.

01. Dalam belajar ilmu alat terkhusus (Nahwu) kita bisa mengklafikasikan manusia menjadi tiga kelompok yaitu berlebihan, meremehkan dan pertengahan.

Berlebihan ketika menjadikan belajar ilmu Nahwu sebagi ghayah (tujuan) bukan wasilah (prantara) hingga mengabaikan disiplin ilmu ilmu lainnya termasuk masalah aqidah yang benar.

Meremehkan ketika mereka merasa tak perlu dan gak penting untuk belajar ilmu nahwu, dan orang orang yang tipe seperti ini udah ada dari zaman dahulu dan menjamur saat ini, sebagai contoh :

al-Qāsim Ibn Mukhaimirah yang mengatakan :

تعلم النحو : أوله شغل ، وآخره بغي 

Belajar Nahwu itu permulaan nya menyibukkan dan akhirnya adalah baghyun (kesombongan).

Juga Bisyir al-Hāfi dalam pernyataan nya :

هذا أوله كذب ، لا حاجة إليه

Ilmu Nahwu ini permulaan nya adalah kedustaan, maka saya tidak membutuhkan nya.

Namun pernyataan pernyataan mereka telah di patahkan dan di bantah habis oleh al-Imam as-Syathibi dalam al-I'tisham dan konon Ibnu Mukhaimirah pun telah rujuk dari ucapan nya.

Pertengahan ketika menjadikan belajar ilmu Nahwu sebagai wasilah (perantara) yang dapat menopang memahami al-Quran dan Hadits serta agar bisa mempelajari islam lansung dari sumbernya.

02. Kalau ada pribahasa kita yang berbunyi tak kenal maka tak sayang, maka dalam bahasa arab sendiri ada sebuah pernyataan :

المرء عدو ما جهل 

Seseorang kerap menjadi musuh (baca membenci) apa yang dia jahil (goblok) tentang nya.

Jadi saya sarankan dari pada waktu anda habis untuk nyinyir, menunjukkan kebencian anda kepada ilmu alat (nahwu) yang justru itu menunjukkan kebodohan dan kedunguan anda, cobalah berkenalan dengan buku buku bahasa arab, nikmati proses nya insya Allah itu lebih bermanfaat dan bernilai ibadah disisi Allah, Baarakallahu fikum.

By Kang Ibnu | Bekasi, Sab, 6 Juni 2020 M.
Ustadz Ibnu Majah