Rabu, 17 Juni 2020

Taqlid

💭 Taqlid 

   Imam Harb bin Ismail Al-Kirmaniy adalah murid langsung dari Imam Ahmad bin Hanbal dan para Ulama Ahlussunnah yang sezaman dengan Imam Ahmad. Beliau menukilkan ijma para Salafusshalih yang nukilan ini dijadikan pedoman oleh Para Ulama setelahnya dan dipuji oleh Imam Ibnul Qayyim dalam "Nuuniyyah" nya serta di '"Ijtimaa' Juyusy Islamiyyah" karena poin-poin ini merupakan poin-poin yang telah disepakati oleh Salafusshalih.

   Imam Harb bin Ismail berkata : "Ini adalah mazhab para Imam ilmu dan Ulama Atsar serta Ahlussunnah yang terkenal dan dijadikan panutan, Ulama sejak zaman para Sahabat sampai ulama pada hari ini, ulama yang aku temui dari para Ulama Iraq, Ulama Hijaz, dan yang selainnya.

   Barangsiapa menyelisihi mazhab-mazhab yang tertera ini, atau mengkritisinya, atau mencela orang yang berpegang dengan mazhab-mazhab ini, maka ia adalah orang yang menyelisihi (kebenaran), ahli bid'ah, keluar dari Jama'ah, menyimpang dari manhaj Sunnah dan jalan kebenaran.

   Dan ini mazhab Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Ishaq bin Ibrahim (Ibnu Rahawih), Imam Abdullah bin Zubair Al-Humaidiy, Imam Sa'id bin Manshur dan para ulama lainnya yang kami bermajlis bersama mereka...

   Lalu beliau menyebutkan di antara poin yang telah disepakati oleh para Salafusshalih seluruhnya :

ومن زعم أنه لا يرى التقليد، ولا يقلد دينه أحدا، فهذا قول فاسق، مبتدع، عدو لله ولرسوله ولدينه ولكتابه ولسنته، إنما يريد بذلك إبطال الأثر، وتعطيل العلم، وإطفاء السنة، والتفرد بالرأي، والكلام والبدعة، والخلاف،  فعلى قائل هذا القول لعنة الله والملائكة والناس أجمعين

"Barangsiapa yang berpendapat tidak boleh taqlid dan ia tidak taqlid kepada siapa pun dalam agamanya, maka ini adalah perkataan orang fasik, ahli bid'ah, musuh Allah dan Rasul-Nya serta agama-Nya, kitab-Nya dan Sunah Rasul-Nya. Sesungguhnya orang tersebut dengan berpendapat seperti itu (tidak boleh taqlid) ingin membatalkan atsar, menghilangkan ilmu, meredupkan Sunah, menyendiri dalam ra'yu nya, kalamnya, bid'ah dan penyelisihan, maka bagi orang yang berpendapat seperti ini (tidak taqlid dalam agama) laknat Allah, para malaikat serta manusia seluruhnya." (Ijma' Salaf: hal. 75, cet Dar Imam Ahmad).

   Taqlid bisa dalam bab Furu' Diin, bisa dalam Ushul-Diin. Adapun taqlid dalam Furu' maka hampir-hampir tidak ada khilaf para ulama akan kebolehannya, terutama bagi orang awam yang tidak memiliki syarat-syarat ijtihad, adapun apakah mujtahid boleh taqlid maka itu ada khilaf antara para Ulama Ushul Fiqh.

   Adapun taqlid dalam Ushul-Diin maka kebanyakan Ulama mutakallimun dengan berbagai mazhab mereka tidak memperbolehkannya, adapun kebanyakan Ulama Atsariyyah memperbolehkannya karena orang awam tentu saja amat mungkin tidak dapat melakukan nazhar dan istidlal dalam bab Ushul Diin, sebagiannya atau seluruhnya dan Allah tidaklah membebani hamba di luar kemampuannya.

   Adapun jenis taqlid yang haram adalah ketika taqlid tersebut kepada seorang Imam atau Syaikh yang itu 'jelas menyelisihi Rasulullah صلى الله عليه' baru inilah jenis taqlid yang haram, namun ini adalah jenis khusus, sebagaimana dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Majmu' Fatawa nya: 10/ 141 cet Al-Ubaikan atau 19/ 260 cetakan lama.
Ustadz varian Ghani hirma BA