Selasa, 12 November 2024

Karamah untuk Syaikh Abdul Qadir al-Jilani al-Hanbali rahimahullah: "Ilmu Kalam Bukanlah Bekal untuk Akhirat"

Karamah untuk Syaikh Abdul Qadir al-Jilani al-Hanbali rahimahullah: "Ilmu Kalam Bukanlah Bekal untuk Akhirat"

Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:

"Syekh Syihabuddin Abu Hafsh Umar bin Muhammad as-Suhrawardi menukil kisah ini, dan Syekh Izzuddin Abdullah bin Ahmad bin Umar al-Faruthi menyampaikannya kepadaku, bahwa dia mendengar cerita ini dari beliau (as-Suhrawardi) dan menemukan cerita ini tertulis dalam tulisan tangan Syekh Muwaffaquddin Abu Muhammad bin Qudamah al-Maqdisi. As-Suhrawardi berkata:

"Aku pernah berniat mempelajari ilmu kalam (teologi rasional) dan ragu apakah akan membaca *al-Irsyad* karya Imam al-Haramain, *Nihayat al-Iqdam* karya asy-Syahrastani, atau kitab gurunya. Maka aku pergi bersama pamanku Abu Najib, yang saat itu sedang shalat di samping Syekh Abdul Qadir. Syekh Abdul Qadir menoleh kepadaku dan berkata, 'Wahai Umar, itu bukanlah bekal untuk akhirat, itu bukanlah bekal untuk akhirat.' Maka aku pun membatalkan niat tersebut."

#Sumber: al-Istiqamah, Jilid 1, halaman 86

✅ Ibnu Najjar dalam *Tarikh*-nya menambahkan:

"Aku mendengar Syekh Umar bin Muhammad as-Suhrawardi, seorang guru sufi, berkata: "Di masa mudaku, aku belajar fiqh di Madrasah Nizamiyyah. Terlintas di benakku untuk mempelajari ilmu kalam, dan aku memutuskan hal itu dalam hati tanpa mengungkapkannya. Suatu hari, aku shalat Jumat bersama pamanku, Abu Najib, di masjid, dan Syekh Abdul Qadir hadir untuk memberi salam. Pamanku memohonkan doa untukku kepada beliau dan menyebutkan bahwa aku belajar fiqh. Aku pun berdiri dan mencium tangannya, lalu beliau memegang tanganku dan berkata, 'Bertobatlah dari keinginan mempelajari ilmu itu, agar engkau berhasil.' Kemudian, beliau diam dan melepaskan tanganku."

As-Suhrawardi melanjutkan, "Meski begitu, niatku untuk belajar ilmu kalam tidak berubah, hingga seluruh keadaanku menjadi kacau dan waktuku terganggu. Aku pun menyadari bahwa hal itu disebabkan ketidakpatuhanku terhadap nasihat beliau. Maka aku bertaubat kepada Allah sejak hari itu dan meninggalkan niat tersebut. Setelah itu, keadaanku membaik dan hatiku pun menjadi tenang."

Sumber: Dhayl Thabaqat al-Hanabilah, Jilid 2, halaman 202, tahqiq oleh al-'Uthaimin.

Diambil dari channel telegram:
                              الانتصار لأهل الحديث والأثر