Minggu, 15 September 2024

darul hadist fiyusy Yaman

Salah satu keistimewaan darul hadist fiyusy Yaman adalah bagaimana disini karya² al Imam al utsaimin rahimahullah disebarkan, dipelajari, bahkan di bahas di dars 'amm (pelajaran umum yang wajib diikuti oleh ribuan pelajar).

Mengapa dikatakan istimewa, bukankah sudah biasa karya syaikh utsaimin di bahas?

Jawabannya adalah dikarenakan pemimpin darul hadist fiyusy ini adalah murid syaikh utsaimin langsung, bertahun² duduk mengambil ilmu dihadapan syaikh shalih al utsaimin rahimahullah ta'ala. Murid beliau tersebut adalah fadhilatu as syaikh abdullah bin mar'i hafizhahullah ta'ala.

Sehingga hampir semua dars yg beliau ampu selalu menggunakan kitab guru beliau, yaitu syaikh utsaimin.

Dan ini adalah sebuah keistimewaan. Dan tentunya yang paling memahami seorang guru tentu adalah muridnya langsung.

Dari sini juga bisa diambil pelajaran bahwa menyebarkan karya² guru adalah hal yang dari waktu ke waktu dilakukan.

Sebagaimana murid²-nya as syafi'i menyebarkan karya beliau, sebagai mana Muhammad bin hasan as syaibani serta abu yusuf menyebarkan karya al Imam abu hanifah, sebagaimana ibnul qoyyim menyebarkan pemikiran guru beliau, syaikhul islam ibnu taimiyyah, sebagaimana ibnu abil izz menyebarkan bahkan memberikan penjelasan terhadap aqidah gurunya, At Thohawi. Dan juga sebagaimana diantaranya adalah ketika syaikh aman al jami mensyarah dari syarahnya aqidah wasitiyyah yg di buat oleh guru beliau al harros, syarah didalam syarah.

Dan begitulah sejatinya seorang penuntut ilmu, dia harus memiliki guru agar pemahamannya terhadap suatu ilmu menjadi benar, jika ada suatu isykal permasalahan bisa langsung bertanya dengan sang guru.

Dan belajar itu, butuh seseorang untuk duduk dihadapan guru, bersabar dengan waktu yg tidak sebentar, bersabar dengan terkadang sulitnya memahami pelajaran, harus bergadang untuk mengulang pelajaran, harus mengambil waktu santai demi sampainya ilmu.

Dan itulah seorang penuntut ilmu.

Dan jika ada diantara kita yg ngajinya cuma sepekan sekali itu pun cuma sejam atau kurang dari itu kemudian mengeluh dan merasa menuntut ilmu itu berat, maka dimana kita antara syurga dan khayalan?

__________

Akhukum, Abu Ruwayfi Al Maydani.