Jumat, 26 Juli 2024

Salaf yang mana?

Salaf yang mana? 

Seringkali pembenci dakwah salaf melemparkan syubhat, “Beragama memang ikut salaf, tapi salaf yang mana? Sahabat Nabi kan banyak. Para sahabat saja berbeda pendapat”.

Orang yang memiliki syubhat seperti ini jahil terhadap keadaan para salaf dan jahil terhadap hakekat dari mengikuti manhaj salaf.

Syaikh Muhammad bin Umar Bazmul hafizhahullah pernah menjelaskan bahwa mengikuti manhaj salaf itu ada 4 bentuk:

Pertama: 
Jika para salaf ijma’ (bersepakat) dalam suatu perkara, maka kita tidak boleh keluar dari ijma’ mereka. Berpegang pada ijma’ salaf itulah manhaj salaf.

Dan para salaf bersepakat dalam masalah-masalah akidah, kecuali sedikit saja yang mereka perselisihkan. 

Kedua: 
Jika ada salaf yang jatuh pada kekeliruan dan ia menyelisihi jumhur (mayoritas) salaf, maka wajib mengikuti jumhur salaf. Itulah manhaj salaf.

Karena individu para salaf tidak maksum, mereka bukan Nabi, sehingga bisa jatuh pada kekeliruan. 

Namun mereka yang keliru, itu muncul dari ijtihad dan bukan karena bersengaja. Dan kekeliruan mereka diampuni oleh Allah dan tertutupi oleh banyaknya keutamaan mereka.

Ketiga:
Jika salaf berbeda pendapat dalam suatu perkara, maka kita tidak boleh keluar dari pendapat-pendapat mereka. Jika mereka berbeda menjadi dua pendapat, maka tidak boleh membuat pendapat ketiga. Dan seterusnya. Inilah manhaj salaf.

Dan kita memilih pendapat di antara mereka yang lebih mendekati kebenaran tanpa menyesatkan pendapat yang lainnya.

Keempat:
Dalam masalah-masalah yang belum dibahas oleh para salaf, seperti masalah kontemporer, maka kita menggunakan kaidah-kaidah yang digunakan para salaf. Inilah manhaj salaf.

Wallahu a’lam.
Ustadz Yulian purnama