Di dalam pembahasan ilmu mustholah hadits, disebutkan bahwa suatu hadits dapat di nyatakan shohih jika hadits tersebut memenuhi persyaratan keshohihannya. Dan di antara syarat² keshohihannya yg di sebutkan oleh para ulama adalah hadits tersebut tidak memiliki cacat ('illat), baik cacat yg jelas maupun cacat yg tersembunyi.
Adapun cacat yg sifatnya jelas, maka ini sangat mudah untuk di ketahui oleh setiap mereka yg menyibukkan dirinya dengan ilmu hadits. Berbeda dengan cacat yg sifatnya tersembunyi, di mana hal ini, tidak semua ahli hadits mampu mengetahuinya. Karena cacat jenis ini merupakan cacat yg sangat sulit untuk di deteksi. Kecuali oleh orang² yg sudah mendalam penyelamannya dan yg sudah luas pengalamannya terhadap ilmu yg mulia ini. Penyebab sulitnya terdeteksi jenis cacat ini, tidak lain karena objek pembahasannya, yaitu hadits yg secara zhohirnya shohih. Dan orang jika melihat ini tentunya akan langsung menetapkannya shohih. Namun berbeda dengan para dokternya, mereka betul² akan memastikannya terlebih dahulu secara mendalam, sehingga mereka dengan penelitiannya tersebut dapat memastikan hadits tersebut benar² shohih atau tidak. Atau terkadang, para dokter ini dapat langsung mengetahui cacatnya hadits yg secara zhohir sanadnya shohih ketika di bacakan sanad hadits tersebut di hadapannya, sebagaimana yg terjadi pada diri Imam al Bukhori ketika di sampaikan sanad hadits doa kaffarotul majelis oleh muridnya. Begitu juga yg terjadi pada diri Abu Hatim ar Rozi dan Abu Zur'ah ar Rozi, serta yg lainnya yg terkadang langsung spontan menyatakan bahwa hadits yg kelihatannya shohih itu memiliki cacat yg halus. Dan pengetahuan ini adalah ilham, sebagaimana yg di katakan oleh Abdurrohman bin Mahdi - rohimahulloh. Di mana pengetahuan ini tidak Allah berikan kecuali kepada hamba² pilihanNya dalam rangka menjaga hadits² RasulNya 'alaihish sholatu was salam.
Maka, bagi kita yg tidak mengetahui ilmu hadits kecuali di pinggirannya saja, hendaknya tahu diri dengan tidak menyalahkan orang yg berbicara tentang ilmu illat ini. Kecuali memang ia memiliki ilmu tersebut dan sudah luas tahqiqnya (penelitiannya) terhadap hadits² Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, barulah ia boleh angkat bicara tentang masalah ilmu yg pelik ini.
Dahulu di katakan:
رحمه الله امرأ عرف قدر نفسه
"Semoga Allah merohmati seseorang mengetahui kadar dirinya."
Dan ana pernah mendengar sendiri di majelis Ust. Abdul Hakim Abdat di Masjid al Mubarok Krukut kota di awal² majelisnya setelah pandemi, bahwa yg mengetahui ilmu tersebut dari seluruh dunia, hanya bisa di hitung dengan jari. Begitu juga yg di sampaikan oleh Syaikhuna Abul Hasan Ali Jaadullah di salah satu muhadhoroh yaumiyahnya yg menyebutkan hal yg sama sebagaimana yg di sampaikan oleh Ust. Abdul Hakim Abdat.
Ustadz abu yahya tomy