Jumat, 26 Juli 2024

CARA MENUNTUT ILMU

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=420013618339520&id=100009926563522

CARA MENUNTUT ILMU

 [1]- MEMPERHATIKAN USHUUL (PONDASI-PONDASI ‘ILMIYYAH)

Syaikh Bakr Abu Zaid -rahimahullaah- berkata:

“- Barangsiapa yang tidak menguasai Ushuul (pondasi-pondasi); maka dia tidak akan sampai (tujuan).

- Barangsiapa yang ingin mendapatkan ilmu sekaligus; maka akan hilang sekaligus pula.

- Dan juga dikatakan: berdesakkannya ilmu pada pendengaran; akan menyesatkan pemahaman.

Oleh karena itu: maka harus dimulai dengan “Ta’shiil” (penguatan pondasi) dan “Ta’siis” (penguatan landasan) untuk setiap cabang ilmu yang ingin engkau cari; dengan cara penguasaan dasar ilmu tersebut dan ringkasannya melalui seorang guru yang menguasai (ilmu tersebut), BUKAN HANYA DENGAN CARA AUTODIDAK.

Seorang penuntut ilmu juga harus menuntut ilmu secara bertahap.

Allah -Ta’aalaa- berfirman:

وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلا

“Dan Al-Qur’an (Kami turunkan) dengan berangsur-angsur agar engkau membacakannya kepada manusia perlahan-lahan, dan Kami menurunkannya secara bertahap.” (QS. Al-Israa’: 106)

Allah juga berfirman:

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلا

“Dan orang-orang kafir berkata: “Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?” Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu dengannya, dan Kami membacakannya secara tartiil (berangsur-angsur, perlahan, dan benar).” (QS. Al-Furqaan: 32).”

[“Hilyah Thaalibil ‘Ilmi (hlm. 25-26)]

[2]- YANG DIMAKSUD DENGAN USHUUL

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin -rahimahullaah- berkata:

“Cara menuntut ilmu ini juga penting; agar seorang penuntut ilmu membangun pembelajarannya di atas Ushuul (pondasi-pondasi); sehingga tidak serampangan dan acak-acakan.

Dikatakan: “Barangsiapa yang tidak menguasai Ushuul (pondasi-pondasi ‘ilmiyyah); maka dia tidak akan sampai (tujuan)”…Karena Ushuul adalah ilmu, dan masalah-masalah adalah cabang. Layaknya pokok dari sebuah pohon dan dahan-dahannya, jika dahan-dahan tidak berada pada pokok yang bagus; maka akan layu dan mati.

Apakah yang dimaksud dengan Ushuul:

(1)- Apakah yang dimaksud adalah dalil-dalil yang shahih?

(2)- Ataukah kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip?

(3)- Atau kedua-duanya?

Yang dimaksud (di sini) adalah yang kedua. Engkau membangun di atas Ushuul yang terambil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan engkau membangun di atas kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip yang didapatkan dengan cara tatabbu’ dan istiqraa’ (meneliti) dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah; yang nantinya hukum-hukum Al-Qur’an dan As-Sunnah kembali kepada (Ushuul) tersebut. Dan ini termasuk hal yang paling penting bagi seorang penuntut ilmu.”

[“Syarh Kitaab Hilyah Thaalibil ‘Ilmi” (hlm. 51- cet. Daarul ‘Aqiidah)]

[3]- KOKOH DALAM ILMU

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin -rahimahullaah- juga berkata:

“At-Tsabaat (kokoh); maknanya adalah terus bersabar, tidak bosan, tidak mengambil sedikit dari sebuah kitab, atau sedikit dari sebuah cabang ilmu; kemudian ditinggalkan. Karena inilah yang akan membahayakan penuntut ilmu, dan akan menghabiskan waktunya dengan sia-sia tanpa faedah; jika dia tidak kokoh dalam sesuatu…Orang semacam ini biasanya tidak mendapatkan ilmu, dan kalaupun dia mendapatkan ilmu; maka hanya ilmu tentang beberapa permasalahan, bukan Ushuul (pondasi-pondasi) dari permasalahan-permasalahan tersebut….akan tetapi yang dibutuhkan adalah “Ta’shiil” (penguatan pondasi-pondasi), dan ilmu yang mendalam (kuat).”

[“Syarh Kitaab Hilyah Thaalibil ‘Ilmi” (hlm. 49-50- cet. Daarul ‘Aqiidah)]

[4]- KOKOH DALAM GURU

Syaikh Al-‘Utsaimin -rahimahullaah- juga berkata:

“Dan engkau juga harus kokoh dalam masalah guru yang engkau ambil ilmunya. JANGAN ENGKAU MENCARI YANG SESUAI SELERA: SETIAP PEKAN BELAJAR PADA SEORANG GURU (YANG BERBEDA), (ATAU) SETIAP BULAN BELAJAR PADA SEORANG GURU (YANG BERBEDA). MANTAPKANLAH TERLEBIH DAHULU: SIAPA GURU YANG AKAN ENGKAU AMBIL ILMUNYA, JIKA SUDAH MANTAP; MAKA KOKOHLAH (DENGAN GURU TERSEBUT).

Barangsiapa yang kokoh; maka dia akan terus berkembang, dan barangsiapa yang tidak kokoh; maka dia tidak akan berkembang, dan tidak akan mendapatkan apa pun.”

[“Syarh Kitaab Hilyah Thaalibil ‘Ilmi” (hlm. 50- cet. Daarul ‘Aqiidah)]

-ditulis oleh: Ahmad Hendrix-