Rabu, 31 Juli 2024

TEMPAT DITIKAMNYA UMAR

*TEMPAT DITIKAMNYA UMAR*

Lingkaran kuning yang letaknya ada  didepan Raudhah atau dibelakang Mihrab Ustmani adalah tempat shalat Sahabat Umar bin Khattab ketika shalat dan beliau ditikam ketika sedang menjadi imam shalat subuh oleh Abu lulu Al majusy, tempat ini agak maju dari Mihrab Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam karena Umar bin Khattab membut perluasan Masjid Nabawi sehingga tempat imampun bergeser maju kedepan

________________

INFO HAJI & UMRAH

๐Ÿ“ฑ0822 3142 9912

๐Ÿ“ท Follow akun instagram kita 
https://www.instagram.com/nurramadhan_travel?ig

๐Ÿ“Ruko KJS Park Bisnis Center Jl Ketintang Selatan 1 No 15-17 Gayungan Surabaya

Jiwa yang baik akan merasa lezat dengan sikap memaafkan dan berbuat baik. Sedangkan jiwa yang jelek akan merasa lezat dengan berbuat jelek dan permusuhan

Al Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata :
" Jiwa yang baik akan merasa lezat dengan sikap memaafkan dan berbuat baik. Sedangkan jiwa yang jelek akan merasa lezat dengan berbuat jelek dan permusuhan."
( Majmu' Al Fatawa libni Taimiyah  560)

๐Œ๐€๐๐‡๐€๐‰ ๐’๐€๐‹๐€๐… ๐ƒ๐€๐‹๐€๐Œ ๐Œ๐„๐๐˜๐ˆ๐Š๐€๐๐ˆ ๐๐„๐‘๐๐„๐ƒ๐€๐€๐ ๐…๐ˆ๐Š๐ˆ๐‡ ๐ƒ๐ˆ ๐Š๐€๐‹๐€๐๐†๐€๐ ๐”๐‹๐€๐Œ๐€[๐ท๐‘–๐‘Ÿ๐‘–๐‘›๐‘”๐‘˜๐‘Ž๐‘  ๐‘‘๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘– ๐‘Ÿ๐‘–๐‘ ๐‘Ž๐‘™๐‘Žโ„Ž "๐‘…๐‘Ž๐‘“'๐‘ข๐‘™ ๐‘€๐‘Ž๐‘™๐‘Ž๐‘š" ๐‘˜๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘ฆ๐‘Ž ๐‘†๐‘ฆ๐‘Ž๐‘–๐‘˜โ„Ž๐‘ข๐‘™-๐ผ๐‘ ๐‘™๐‘Ž๐‘š ๐ผ๐‘๐‘› ๐‘‡๐‘Ž๐‘–๐‘š๐‘–๐‘ฆ๐‘ฆ๐‘Žโ„Ž]

๐Œ๐€๐๐‡๐€๐‰ ๐’๐€๐‹๐€๐… ๐ƒ๐€๐‹๐€๐Œ ๐Œ๐„๐๐˜๐ˆ๐Š๐€๐๐ˆ ๐๐„๐‘๐๐„๐ƒ๐€๐€๐ ๐…๐ˆ๐Š๐ˆ๐‡ ๐ƒ๐ˆ ๐Š๐€๐‹๐€๐๐†๐€๐ ๐”๐‹๐€๐Œ๐€
[๐ท๐‘–๐‘Ÿ๐‘–๐‘›๐‘”๐‘˜๐‘Ž๐‘  ๐‘‘๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘– ๐‘Ÿ๐‘–๐‘ ๐‘Ž๐‘™๐‘Žโ„Ž "๐‘…๐‘Ž๐‘“'๐‘ข๐‘™ ๐‘€๐‘Ž๐‘™๐‘Ž๐‘š" ๐‘˜๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘ฆ๐‘Ž ๐‘†๐‘ฆ๐‘Ž๐‘–๐‘˜โ„Ž๐‘ข๐‘™-๐ผ๐‘ ๐‘™๐‘Ž๐‘š ๐ผ๐‘๐‘› ๐‘‡๐‘Ž๐‘–๐‘š๐‘–๐‘ฆ๐‘ฆ๐‘Žโ„Ž]

Hendaknya diketahui bahwasanya "๐™ฉ๐™ž๐™™๐™–๐™  ๐™–๐™™๐™– ๐™จ๐™–๐™ฉ๐™ช๐™ฅ๐™ช๐™ฃ ๐™™๐™–๐™ง๐™ž ๐™ฅ๐™–๐™ง๐™– ๐™ž๐™ข๐™–๐™ข ๐™ฎ๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™™๐™ž๐™ฉ๐™š๐™ง๐™ž๐™ข๐™– ๐™ ๐™š๐™ž๐™ก๐™ข๐™ช๐™–๐™ฃ ๐™™๐™–๐™ฃ ๐™ฅ๐™š๐™ฃ๐™™๐™–๐™ฅ๐™–๐™ฉ-๐™ฅ๐™š๐™ฃ๐™™๐™–๐™ฅ๐™–๐™ฉ๐™ฃ๐™ฎ๐™– ๐™จ๐™š๐™˜๐™–๐™ง๐™– ๐™ก๐™ช๐™–๐™จ ๐™ค๐™ก๐™š๐™ ๐™ช๐™ข๐™–๐™ฉ ๐™ž๐™ฃ๐™ž, ๐™ฎ๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™ข๐™š๐™ฃ๐™ฎ๐™š๐™ฃ๐™œ๐™–๐™Ÿ๐™– ๐™ข๐™š๐™ฃ๐™ฎ๐™š๐™ก๐™ž๐™จ๐™ž๐™๐™ž ๐™จ๐™š๐™จ๐™ช๐™–๐™ฉ๐™ช๐™ฅ๐™ช๐™ฃ ๐™™๐™–๐™ง๐™ž ๐™จ๐™ช๐™ฃ๐™ฃ๐™–๐™ ๐™‰๐™–๐™—๐™ž, ๐™—๐™–๐™ž๐™  ๐™จ๐™š๐™™๐™ž๐™ ๐™ž๐™ฉ ๐™–๐™ฉ๐™–๐™ช๐™ฅ๐™ช๐™ฃ ๐™—๐™–๐™ฃ๐™ฎ๐™–๐™ ". 
Mereka semua bersepakat akan "๐™ฌ๐™–๐™Ÿ๐™ž๐™—๐™ฃ๐™ฎ๐™– ๐™ข๐™š๐™ฃ๐™œ๐™ž๐™ ๐™ช๐™ฉ๐™ž ๐™๐™–๐™จ๐™ช๐™ก๐™ช๐™ก๐™ก๐™–๐™, ๐™™๐™–๐™ฃ ๐™จ๐™š๐™ฉ๐™ž๐™–๐™ฅ ๐™ค๐™ง๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™—๐™ค๐™ก๐™š๐™ ๐™™๐™ž๐™–๐™ข๐™—๐™ž๐™ก ๐™™๐™–๐™ฃ ๐™™๐™ž๐™ฉ๐™ž๐™ฃ๐™œ๐™œ๐™–๐™ก๐™ ๐™–๐™ฃ ๐™ฅ๐™š๐™ฃ๐™™๐™–๐™ฅ๐™–๐™ฉ๐™ฃ๐™ฎ๐™– ๐™ ๐™š๐™˜๐™ช๐™–๐™ก๐™ž ๐™ฅ๐™š๐™ง๐™ ๐™–๐™ฉ๐™–๐™–๐™ฃ ๐™๐™–๐™จ๐™ช๐™ก๐™ช๐™ก๐™ก๐™–๐™".

Namun, apabila dijumpai perkataan dari sebagian ulama, yang secara dhohir menyelisihi hadits shahih, maka mereka memiliki udzur dan sebab mengapa meninggalkan hadits tersebut.

Dan udzur ini kembali kepada 3 sebab :
[1] ๐“๐ข๐๐š๐ค ๐ฆ๐ž๐ฒ๐š๐ค๐ข๐ง๐ข ๐›๐š๐ก๐ฐ๐š ๐ก๐š๐๐ข๐ญ๐ฌ ๐ญ๐ž๐ซ๐ฌ๐ž๐›๐ฎ๐ญ ๐ญ๐ฌ๐š๐›๐ข๐ญ/๐ฌ๐ก๐š๐ก๐ข๐ก ๐๐š๐ญ๐š๐ง๐  ๐๐š๐ซ๐ข ๐๐š๐›๐ข 
Diantara sebab dari poin pertama ini ialah :
(a) Hadits tersebut tidak sampai kepada mereka.
(b) Hadits tersebut sampai kepada mereka namun berpandangan akan kedhoifan hadits tersebut.
(c) Hadits tersebut shahih namun memberi persyaratan tertentu pada hadits yang sifatnya Ahad, seperti tidak boleh menyelisihi qiyas, atau tidak bisa diterapkan pada perkara yang menjadi hajat hidup orang banyak (mimma ta'ummu bihi al-balwa).
(d) Hadits tersebut sampai kepada mereka, namun mereka lupa.

[2] ๐Œ๐ž๐ฒ๐š๐ค๐ง๐ข๐ง๐ข ๐›๐š๐ก๐ฐ๐š ๐ก๐š๐๐ข๐ญ๐ฌ ๐ญ๐ž๐ซ๐ฌ๐ž๐›๐ฎ๐ญ ๐ญ๐ฌ๐š๐›๐ข๐ญ, ๐ง๐š๐ฆ๐ฎ๐ง ๐ญ๐ข๐๐š๐ค ๐ฆ๐ž๐ฆ๐š๐ก๐š๐ฆ๐ข ๐›๐š๐ก๐ฐ๐š ๐๐š๐›๐ข ๐ฆ๐ž๐ฆ๐š๐ค๐ฌ๐ฎ๐๐ค๐š๐ง ๐ฉ๐ž๐ซ๐ค๐š๐ญ๐š๐š๐ง ๐ญ๐ž๐ซ๐ฌ๐ž๐›๐ฎ๐ญ ๐ฉ๐š๐๐š ๐ฆ๐š๐ฌ๐š๐ฅ๐š๐ก ๐ฒ๐š๐ง๐  ๐ฌ๐ž๐๐š๐ง๐  ๐๐ข๐ก๐š๐๐š๐ฉ๐ข.
Diantara sebab dari poin kedua ini ialah :
(e) Tidak mengetahui dalalah dari hadits tsb.
(f) Berpandangan bahwa dalalah hadist tsb tidak seperti yang dipahami oleh ulama lain karena perbedaan dalam ushul-istidlal
(g) Hadits tersebut memiliki dalalah yang saling berselisihan, seperti umum dan khusus.

[3] ๐Œ๐ž๐ฒ๐š๐ค๐ข๐ง๐ข ๐›๐š๐ก๐ฐ๐š ๐ก๐š๐๐ข๐ญ๐ฌ ๐ญ๐ž๐ซ๐ฌ๐ž๐›๐ฎ๐ญ ๐ญ๐ฌ๐š๐›๐ข๐ญ ๐๐š๐ง ๐ค๐š๐ง๐๐ฎ๐ง๐ ๐š๐ง ๐ก๐ฎ๐ค๐ฎ๐ฆ ๐ฒ๐š๐ง๐  ๐ญ๐ž๐ซ๐ค๐š๐ง๐๐ฎ๐ง๐  ๐๐š๐ฅ๐š๐ฆ ๐ก๐š๐๐ข๐ญ๐ฌ ๐ญ๐ž๐ซ??๐ž๐›๐ฎ๐ญ, ๐ง๐š๐ฆ๐ฎ๐ง ๐ก๐ฎ๐ค๐ฎ๐ฆ ๐ญ๐ž๐ซ๐ฌ๐ž๐›๐ฎ๐ญ ๐๐ข๐ฉ๐š๐ง๐๐š๐ง๐  ๐ฆ๐š๐ง๐ฌ๐ฎ๐ค๐ก, ๐š๐ญ๐š๐ฎ ๐ฆ๐ฎ'๐š๐ฐ๐š๐ฅ (๐ญ๐ž๐ซ๐ญ๐š๐ค๐ฐ๐ข๐ฅ ๐๐ž๐ง๐ ๐š๐ง ๐ก๐š๐๐ข๐ญ๐ฌ ๐ฅ๐š๐ข๐ง).
Diantara sebab dari poin ketiga ini ialah :
(h) Berpandangan bahwa hadits tersebut maknanya menyelisihi hadits lain yang disepakati keshahihannya.
(j) Berpandangan bahwa hadits tersebut maknanya menyelisihi hadits lain yang shahih menurut pandangan mereka, meskipun sebenarnya tidak shahih dan tidak ada pertentangan.

Di risalah aslinya penulis menyebutkan pada setiap sebab contoh permasalahan dari para ulama salaf, terutama khilaf antar imam yang empat.

Silakan bisa mendownload dan membaca risalah tsb di : https://t.me/almeshkat2023/3472

IBNU TUMART SANG PENUMPAH DARAH

IBNU TUMART SANG PENUMPAH DARAH

Oleh : Ustadz Agus Susanto 

Ibnu Tumart adalah seorang tokoh asy’ariyah yang pernah berguru kepada Abu Hamid Al-Ghazali, dan beliau mempunyai kedudukan yang sangat agung di khalayak para penganut madzhab asya’irah.

As-Subki mengatakan perihal tentangnya : 
“Beliau adalah orang yang terdekat dengan 'Abdul Mu’min sang raja di Maroko, beliau adalah seorang yang shalih, zuhud, waro’ dan seorang faqih....
Beliau mendalami fiqih dengan bermadzhab Syafi’i, dan membela aqidah madzhab asy’ari." 
(Thabaqah Syafi’iyah 6/109)

Bahkan risalah yang dia tulis dengan judul “Aqidah Mursyidah”, merupakan risalah yang sangat diagungkan oleh kalangan asya’irah.

Berkata Muhammad bin Yusuf As-Sanusi :
“Para ulama (asya’irah) telah bersepakat akan kebenaran aqidah (yang terdapat dalam kitab ini) bukan yang lainnya, dan risalah itu merupakan risalah yang lurus dan bisa menunjukkan kejalan yang lurus.” (Syarah Mursyidah oleh Sanusi)

Dan berkata Al ’Alai : 
“ Risalah Aqidah Mursyidah ini telah ditulis dengan berada di atas jalan yang selamat dan lurus, dan penulisnya telah benar dalam mensucikan Allah yang maha tinggi lagi maha agung.” 
(Thabaqah Syafi’iyah 8/185)

Dan Ibnu Tumart dalam mengajak manusia untuk meyakini dengan Aqidah asya’irah tersebut, dia menempuh cara dengan cara kekerasan, bahkan siapa yang tidak tunduk dan tidak mau beraqidah dengan aqidah asya’irah ini dia langsung kafirkan dan halal darahnya.

Al-Imam Adz-Dzahabi menceritakan apa yang dilakukan oleh Ibnu Tumart kepada penduduk Maroko dengan berkata : 
“Ibnu Tumart pun mengkafirkan mereka disebabkan karena kebodohan mereka terhadap ‘Aradh dan Jauhar (salah satu metode asya’irah dalam menetapkan Allah sang pencipta), dan menurutnya siapa yang tidak mengetahuinya maka dia tidak mengetahui dan membedakan mana makhluk dan mana sang pencipta. Dan menurutnya siapa yang tidak mau berhijrah kepadanya dan tidak mau berperang bersamanya maka darahnya halal, dan murka Allah atasnya."
(Syiar ‘Alam Nubala, 12/550)

Bahkan Pemerintahan Muwahidin pun memaksa para penduduk Maroko untuk beraqidah seperti apa yang ditulis oleh Ibn Tumart dalam Risalahnya “Aqidah Mursyidah” dan barangsiapa yang tidak mau dan menyelisihi Ibnu Tumart maka dia akan dibunuh dan darahnya halal karena menurut mereka Ibnu Tumart adalah seorang Imam yang luas ilmunya dan Seorang Mahdi yang Maksum, sehingga sangat banyak sekali darah manusia yang ditumpahkan dengan sebab ini sebagaimana tertuang dalam kitab-kitab sejarah 
(Lihat Kitab Mawaidz wal I’tibar oleh Al-Maqrizi, 4/192)

Dari sini kita mengetahui akan kekejaman Ibnu Tumart seorang tokoh asy’ariyah yang mana Risalahnya “Aqidah Mursyidah” menjadi rujukan para pemeluk madzhab asya’irah.

Tapi anehnya kok bisa ya asya’irah belakangan ini menuduh dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dengan tuduhan gampang mengkafirkan dan menghalalkan darah kaum muslimin, sementara kenyataan yang ada justru takfir dan sikap gampang menumpahkan darah itu ada pada tokoh mereka yaitu IBNU TUMART.

Allahu a'lam

Selasa, 30 Juli 2024

Seorang yang beriman adalah orang sedikit bicaranya namun banyak amalnya. Sementara orang munafik adalah orang yang banyak bicaranya namun sedikit amalnya

Al Fudha-il bin 'Iyyadh rahimahullah berkata :
" Seorang yang beriman adalah orang sedikit bicaranya namun banyak amalnya. Sementara orang munafik adalah orang yang banyak bicaranya namun sedikit amalnya."
(Akhbar Asy Syuyukh wa Akhlaquhum lil Marudzi 129)

ISTRI & ANAK SYAIKH

ISTRI & ANAK SYAIKH

Suatu ketika anak & istri Syaikh Muhammad Hisyam Thahiriy mengeluhkan beliau yang waktunya digunakan untuk Ibadah, belajar, mengajar, & dakwah.

Berkata istrinya:
"Kami punya juga hak atas dirimu"

Dijawab oleh Syaikh :
"Hak kalian hanya hari kamis"

Begitulah para Ulama mereka gunakan waktunya sebaik mungkin

Kisah semisal juga dialami Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah

Sungguh benar kata Nabi shallallahu 'alaihi wasallam 

ู‚ู„ุจٌ ุดุงูƒุฑٌ ูˆ ู„ุณุงู†ٌ ุฐุงูƒุฑٌ ูˆ ุฒูˆุฌุฉٌ ุตุงู„ุญุฉٌ ุชُุนูŠู†ُูƒ ุนู„ู‰ ุฃู…ุฑِ ุฏู†ูŠุงูƒ ูˆ ุฏูŠู†ِูƒ ุฎูŠุฑٌ ู…ุง ุงูƒْุชَู†َุฒَ ุงู„ู†ุงุณُ
Hati yang bersyukur, lisan yang berdzikir, dan istri shlihah yang membantumu dalam urusan dunia dan agamamu, lebih baik daripada apa saja yang dikumpulkan oleh manusia (harta)
(Shahihul Jami' 4409)

Semoga Allah memberikan kita istri & anak-anak yang shalih-shalihah dan waktu yang barakah
Ustadz fajar Al Faris 
Daurah stai Ali bin Abi Thalib Surabaya 

Sama tapi Beda (1)seorang meninggal di ranjang perzinaan dan seorang yang mati ketika melakukan ritual kesyirikan.

Sama tapi Beda (1)

seorang meninggal di ranjang perzinaan dan seorang yang mati ketika melakukan ritual kesyirikan..

Keduanya sama² su'ul khotimah, namun berbeda, apanya yg beda?

Yang pertama, amal² kebaikannya belum terhapus, mungkin punya sedekah sirri, mungkin dia berbakti kepada kedua orang tua, mungkin dia bnyak membantu orang yg susah...semua masih ada catatannya di sisi Allah dan ada timbangannya...jika Allah berkehendak Allah mengampuninya, atau jika Allah berkehendak Allah mengazabnya dan menyelamatkannya.

Adapun yang kedua, seluruh amalnya hancur...dan tak bermanfaat baginya amal sholehnya, sholatnya, zakatnya, puasnya, hajinya bahkan jihadnya...semuanya hancur tak bernilai. 

inilah maksud dari Surat Annisa : 48 dan Az-Zumar 65.
Ustadz Dr fadlan fahamsyah

Baarokallaahu laka fil mauhuubi laka, wa syakartal waahiba, wa balagho asyuddahu, wa ruziqta birroh.

ุจَุงุฑَูƒَ ุงู„ู„َّู‡ُ ู„َูƒَ ูِูŠ ุงู„ْู…َูˆْู‡ُูˆْุจِ ู„َูƒَ، ูˆَุดَูƒَุฑْุชَ ุงู„ْูˆَุงู‡ِุจَ، ูˆَุจَู„َุบَ ุฃَุดُุฏَّู‡ُ، ูˆَุฑُุฒِู‚ْุชَ ุจِุฑَّู‡ُ

Baarokallaahu laka fil mauhuubi laka, wa syakartal waahiba, wa balagho asyuddahu, wa ruziqta birroh.

Semoga Allah memberkahimu dalam anak yang diberikan kepadamu. Kamu pun bersyukur kepada Sang Pemberi, dan dia dapat mencapai dewasa, serta kamu dikaruniai kebaikannya. Aamiin

Senin, 29 Juli 2024

Jarh (celaan) kepada seseorang dalam rangka menjaga agama itu di bolehkan hanya sesuai kebutuhan saja. Jika melampaui batas dan terdapat tambahan di luar kebutuhan, maka tambahan tersebut mardud (tertolak) dan terhitung sebagai ghibah yg terlarang

Jarh (celaan) kepada seseorang dalam rangka menjaga agama itu di bolehkan hanya sesuai kebutuhan saja. Jika melampaui batas dan terdapat tambahan di luar kebutuhan, maka tambahan tersebut mardud (tertolak) dan terhitung sebagai ghibah yg terlarang. Dan hal itu menunjukkan bahwa antara jarih dengan majruh ada permusuhan yg bersifat pribadi.

(Faidah dauroh kitab "Dhowabith Jarh wa Ta'dil pagi ini bersama Syaikhuna Abul Hasan Ali Jaadullah - hafizhohulloh)
ustads abu Yahya tomy