Kalau tidak ikut diundang seseorang sebagai tamu, sebaiknya jangan engkau nylonong masuk ke rumah atau majelis seseorang.
Ini adab yg perlu diperhatikan.
Ok, kita simak dulu kisah rasulullah shallallahi alaihi wa salam yg diundang makan di sebuah rumah milik sahabat bernama Abu Syuaib. Ia memerintahkan putranya,
اصْنَعْ لَنَا طَعَامًا لِخَمْسَةِ نَفَرٍ، فإنِّي أُرِيدُ أَنْ أَدْعُوَ النبيَّ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ خَامِسَ خَمْسَةٍ،
Buatkan untuk kami makana dengan porsi 5 orang, sesungguhnya aku ingin mengundang Nabi dan 4 orang lainnya.
Maka Nabi pun diundang dan beliau mengumpulkan 4 orang lainnya sehingga jumlah mereka ada 5 orang. Tetapi di tengah jalan, ternyata ada salah seorang sahabat yg ikut bersama mereka sehingga jumlah mereka sekarang ada 6 orang.
Maka nabi pun berkata kepada pemilik rumah,
إنَّ هذا اتَّبَعَنَا، فإنْ شِئْتَ أَنْ تَأْذَنَ له، وإنْ شِئْتَ رَجَعَ
Sesungguhnya ia ikut rombongan kami. Klo kamu mau maka ijinkan ia bergabung, kalau tidak maka biarkan ia pulang.
Dan pemilik rumah pun mengijinkan orang yg ke enam ini masuk.
Jadi klo misalkan seseorang diundang untuk mengunjungi sahabat lamanya di kota yg jauh, maka semisal ia datang bertamu ke rumahnya dengan membawa istri dan anak2nya, maka ia harus meminta ijin darinya terlebih dahulu. Jangan tiba2 tanpa kasih kabar, datang langsung satu kompi, istri bersama 7 anaknya. Kasihan nanti yg punya rumah.
Contoh yang nyata sering terjadi pada diri kita (kisah ini dicontohkan oleh Syaikh shalih al munajid dan sepertinya banyak terjadi juga pada kita)
Ketika ada seorang syaikh atau ustadz kibar yg diundang kajian di sebuah kota, maka panitia biasanya akan menyediakan ruang transit dan makan untuk syaikh atau ustadz tersebut.
Maka yg perlu diperhatikan agar tidak memberatkan tuan rumah, yg dalam hal ini adalah panitia kajian
1. Yang pertama, ustadz atau syaikh tersebut, mengabarkan jumlah orang yg ikut bersama beliau, agar panitia memiliki kesiapan menjamu dengan baik.
2. Jikalau ustadz tersebut sdh memberikan info jumlah orang yg ikut bersama beliau, semisal 5 orang, beliau, 1 orang murid beliau dan 3 orang kru media. Maka ya jangan ngajak orang ke enam dan ke tijuh sampai minta ijin kepada panitia pengundang.
Dan semisal ia sudah sampai di tempat ia mengisi kajian dan mendapati diantara jamaah yg hadir ternyata ada orang2 yg ia kenal baik, misalkan ia dahulu adalah muridnya/santrinya ustadz tersebut. Misalkan jumlahnya ada 10 orang.
Dan tiba-tiba 10 orang ini, setelah kajian menyapa ustadznya, ngobrol beranjak dari masjid membersamai si ustad, sampai ikut masuk ke ruang transit/makan. Maka hendaknya ustadz tersebut meminta ijin kepada panitia, atau orang tersebut yg meminta ijin langsung kepada panitia untuk bergabung bersama mereka. Jangan asal nylonong duduk ikut makan aja, padahal mereka awalnya tidak masuk daftar undangan.
3. Kalau memang syaikh atau ustadz yg ngisi pengajian di kota itu kita kenal, dan beliau pun mengenal kita, ya kita sapa biasa saja lah. Ga usah lah pakai acara ngikuti ustadz tersebut sampai tempat transit atau jamuan makan. Kasihan panitianya klo semisal g siap dengan penambahan jumlah orang yg dijamu makan.
Dikisahkan bahwa syaikh Abdurrahman As Sa'di diundang ke sebuah acara walimah, dan bersama beliau ada murid beliau yaitu syaikh Muhammad Ibnu Shalih al Utsaimin. Syaikh muhammad bin Shalih Al Utsaimin ini kemana pun syaikh Abdurrahman As Sa'di ini pergi maka beliau sering menyertainya, berjalan sambil bertanya ilmu atau meminta fatwa kepadanya. Nah, ketika beliau ini menuju acara walimahan, maka syaikh Muhammad bin Utsaimin pun mengambil kesempatan emas dengan membersamai beliau di perjalanan menuju tempat walimah sambil tanya2 dan minta fatwa.
Sesampai di depan pintu sahibul walimah, lalu beliau pun pergi dan tidak ikut masuk bersama gurunya (syaikh Sa'di). Kecuali kalau pemilik rumah itu ikut mengijinkannya masuk bersama gurunya.
Ustadz kukuh abu yumna