Selasa, 28 November 2023

Apapun ketetapan Allah untukmu, berprasangka baiklah kepada-Nya

Apapun ketetapan Allah untukmu, berprasangka baiklah kepada-Nya 

Dari Anas bin Malik radhiallahu'anhu, dari Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bahwa Allah ta'ala berfirman:

وإنَّ مِن عِبادي المؤمنينَ لَمَنْ لا يُصلِحُ إيمانَهُ إلَّا الغِنى، ولَوْ أفقرتُهُ لأفسَدَهُ ذلكَ، وإنَّ مِن عِبادي المؤمنينَ لَمَنْ لا يُصلِحُ إيمانَهُ إلَّا الفقرُ، ولَوْ أغنيتُهُ لأفسَدَهُ ذلكَ، وإنَّ مِن عِبادي المؤمنينَ لَمَنْ لا يُصلِحُ إيمانَهُ إلَّا الصِّحَّةُ، ولَوْ أسقمتُهُ لأفسَدَهُ ذلكَ، وإنَّ مِن عِبادي المؤمنينَ لَمَنْ لا يُصلِحُ إيمانَهُ إلَّا السَّقَمُ، ولَوْ أصححتُهُ لأفسَدَهُ ذلكَ، إنِّي أُدبِّرُ أمْرَ عِبادي بعِلْمي بقلوبِهم، إنِّي عليمٌ خبيرٌ

"Sesungguhnya ada hamba-Ku yang beriman, yang tidak akan baik imannya, kecuali ia kaya raya. Andaikan Aku jadikan ia faqir, imannya akan rusak.

Sesungguhnya ada hamba-Ku yang beriman, yang tidak akan baik imannya, kecuali ia faqir (miskin). Andaikan Aku jadikan ia kaya raya, imannya akan rusak. 

Sesungguhnya ada hamba-Ku yang beriman, yang tidak akan baik imannya, kecuali ia sehat. Andaikan Aku jadikan ia sakit, imannya akan rusak.

Sesungguhnya ada hamba-Ku yang beriman, yang tidak akan baik imannya, kecuali ia sakit. Andaikan Aku jadikan ia sehat, imannya akan rusak.

Aku mengurus urusan hamba-hamba-Ku sesuai dengan ilmu-Ku terhadap kondisi hati mereka. Aku Maha Mengetahui Yang Nampak dan Yang Tidak Nampak" (HR. Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah [1249], didhaifkan oleh Syaikh Syu'aib Al Arnauth dan Syaikh Al Albani).

Walaupun sanad hadits ini dhaif, namun maknanya benar. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin membawakan hadits ini dalam Al Qaulul Mufid. 

Demikian juga Syaikh Ibnu Baz mengatakan: 

هذا أثر إسرائيلي، ما أذكر له سندًا صحيحًا، لكن معناه صحيح

"Ini adalah atsar Israiliy, saya tidak mengetahui adanya sanad yang shahih dari atsar ini. Namun maknanya benar".

Faedah dari hadits ini adalah hendaknya setiap orang terus berprasangka baik terhadap apapun yang Allah takdirkan kepada kita berupa kurangnya harta atau musibah penyakit. Karena itulah yang terbaik untuknya. 

ِAl Ajluni mengatakan:

الخيرة فيما اختاره الله

"Kebaikan untuk seseorang adalah apa yang Allah pilihkan untuknya".

Setiap kondisi, hadapi dengan syukur dan sabar. Maka semuanya dianggap sebagai kebaikan. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ؛ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik. Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang mu’min sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya” (HR. Muslim no.7692).

Semoga Allah ta'ala memberi taufik.
Ustadz yulian purnama