WAKTU AKHIR SHALAT WITIR
٣٦٧. وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ اَلْخُدْرِيِّ رضي الله عنه أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( أَوْتِرُوا قَبْلَ أَنْ تُصْبِحُوا )
رَوَاهُ مُسْلِمٌ
367. Dari Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sholat witir-lah sebelum kalian masuk waktu Shubuh."
(Diriwayatkan oleh Muslim)
٣٦٨. وَلِابْنِ حِبَّانَ: ( مَنْ أَدْرَكَ اَلصُّبْحَ وَلَمْ يُوتِرْ فَلَا وِتْرَ لَهُ )
368.Menurut Riwayat Ibnu Hibban: "Barangsiapa telah memasuki waktu
Shubuh sedang dia belum sholat witir, maka tiada witir baginya."
Penjelasan
1. Dari sisi takhrij (sumber keluarnya) hafits, Asy Syaikh Abdullah bin Shalih Al Fauzan hafizhahulloh berkata :
في تخريجهما:
أما الأول: فقد أخرجه مسلم (٧٥٤) في كتاب «صلاة المسافرين»، باب «صلاة الليل مثنى مثنى، والوتر ركعة من آخر الليل» من طريق يحيى بن أبي كثير، عن أبي نضرة، عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه، مرفوعاً.
وأما الثاني: فقد أخرجه ابن حبان (٦/ ١٦٨) والحاكم (١/ ٣٠١ - ٣٠٢) من طريق هشام الدستوائي، عن قتادة، عن أبي نضرة، عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه، مرفوعاً.
قال الحاكم: (هذا حديث صحيح على شرط مسلم، ولم يخرِّجاه)، وسكت عنه الذهبي
" Dalam mentakhrij kedua hadits sbb :
--Adapun yang hadits yang awal (367) maka sungguh Al Imam Muslim (754) telah mengeluarkannya dalam kitab 'sholat Al musafirin' pada bab 'sholatul lail matsna matsna wal witri rak'atan min akhiril lail', dari jalan Yahya bin Abi Katsir, dari Abi Nadhroh, dari Abi Sa'id Al Khudriy radhiyallahu anhu secara marfu.'
--adapun hadits yang ke2 (368), sungguh Ibnu Hibban (6/168) dan Al Hakim (1/301-302)telah mengeluarkannya dari jalan Hisyam Ad Dustawa-iy, dari Qatadah, dari Abi Nadhroh, dari Abi Sa'id Al Khudriy radhiyallahu anhu secara marfu.''
Al Hakim berkata :
" Hadits ini shohih menurut syarat Imam Muslim. Namun keduanya (Al Bukhari dan Muslim) tidak mengeluarkannya. Namun Adz Dzahabiy mendiamkannya.
2. Kedua hadits ini mengandung makna yang Agung. Asy Syaikh Abdullah bin Shalih Al Fauzan hafizhahulloh berkata :
الحديثان دليلان على أن وقت الوتر قبل طلوع الصبح، فإذا طلع الصبح لم يشرع الوتر لخروج وقته، لأن الوتر عمل الليل فلا يجعل في النهار، فعلى المسلم أن يتحرى بوتره الوقت المناسب الذي يستطيعه أول الليل أو وسطه أو آخره، فإن تيسر له آخر الليل فهو أفضل، كما سيأتي إن شاء الله.
" Dua hadits ini adalah dalil bahwa waktu witir adalah sebelum munculnya waktu shubuh. Maka ketika sudah muncul waktu shubuh, tidak disyariatkan witir karena sudah keluar dari waktunya. Dikarenakan witir adalah amalan diwaktu malam, maka tidak boleh dijadikan di waktu siang. Bagi seorang muslim utk benar-benar berusaha melakukan witir diwaktu yang sesuai yang dia mampu melakukannya. Bisa diawal malam, pertengahan ataupun akhirnya. Jika dimudahkan untuk bisa melakukannya diakhir malam, maka inilah yang afdhol sbgmn akan datang bahasannya in sya-a Alloh."
3. Ada pembahasan seputar qadha witir. Namun ini berlaku hanya bagi orang yang meninggalkan karena tidak menyengaja. Adapun menyengaja, tdk ada qadha baginya. Oleh karena itu Asy Syaikh Abdullah bin Shalih Al Fauzan hafizhahulloh menjelaskan :
هذا في قضاء الوتر أن هذين الحديثين محمولان على من ترك الوتر متعمداً حتى طلع الصبح، فهذا قد فاتته السنة العظمى والخير الكثير، حيث فرط بالوتر، فلا يمكنه تداركه، ولا يقضيه على أحد الأقوال في المسألة.
وأما من نام عنه أو نسيه، فهذا جاء فيه الحديث الآتي، ويؤيده حديث: (من نام عن صلاة أو نسيها فليصلها إذا ذكرها)، واختار ذلك ابن حزم وقال: (هذا عموم يدخل فيه كلُّ صلاةِ فرضٍ ونافلةٍ، فهو بالفرض أمر فرض، وهو بالنافلة أمر ندب وحض، لأن النافلة لا تكون فرضاً)
" Hal ini dalam perkara qadha witir, 2 hadits ini dibawa kepada makna untuk orang yang meninggalkan witir dengan sengaja sampai masuk waktu shubuh. Maka untuk orang yang spt ini sungguh dia telah terlewat dari mendapatkan sunah yang teragung dan kebaikan yang banyak. Hal ini karena dia menyepelekan sholat witir. Shg tidak mungkin untuk dia mendapatkannya dan juga dia tidak boleh mengqadha' menurut salah satu pendapat dalam masalah ini.
Adapun orang yg tertidur atau lupa, maka untuk perkara telah datang dalam hadist yang akan datang. Dan yang lebih mengatakannya adalah hadits :
" Barangsiapa yang tidur atau lupa sholat, maka hendaklah dia sholat ketika dia ingat." Ibnu Hazm telah memilih pendapat ini. Dan dia berkata :
'' (Hadits) ini umum yang masuk padanya setiap sholat fardhu dan nafilah. Perkara (qadha'nya) untuk fardhu adalah perkara fardhu. Dan untuk nafilah adalah perkara nadb (anjuran) dan dorongan. Karena nafilah bukanlah fardhu (kewajiban).
4. Terdapat kesimpulan yang bagus dari Asy Syaikh Abdullah bin Shalih Al Fauzan tentang digabungkannya 2 hadits diatas dengan hadits setelahnya, yakni hadits no. 369. Beliau berkata :
ولعل هذا غرض الحافظ من إيراد هذه الأحاديث الثلاثة مجتمعة في هذا الموضع، وإلا فالأولى جمعها مع الأحاديث المتقدمة في وقت الوتر في موضع واحد، والله أعلم
" Bisa jadi ini adalah tujuan Al Hafizh dalam mewaridkan (menyebutkan) tiga hadits ini yang dikumpulkan dalam satu tempat (pembahasan). Dan andaikan tidak demikianpun, maka yang lebih utama adalah menggabungkannya dengan hadits-hadits yang sudah berlalu dalam pembahasan seputar waktu sholat witir dalam satu tempat pembahasan. Wallahu a'lam."
Hadits yang dimaksud yakni hadits no. 369. sbb :
مَنْ نَامَ عَن الْوِتْرِ أَو نَسِيَهُ فَلْيُصَلِّ إذَا أَصْبَحَ أَوْ ذَكَر.
رَوَاهُ الخَمْسَةُ إِلاَّ النَّسَائيَّ
" Barangsiapa yang tidur (tidak sempat) sholat witir atau dia lupa, maka hendaklah dia sholat walau sudah masuk shubuh atau ketika dia ingat."
Namun yang lebih nampak adalah di qadha disiang hari dengan digenapkan sbgmn dijelaskan dalam riwayat lain. Wallohu a'lam.
5. Asy Syaikh Utsaimin menyebutkan sebagian faedah hadits ini sbb :
وفي هذا دليل على ان العبادات المؤقتة لا تصح بعد وقتها كما انه لا تصح قبل وقتها
" Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa ibadah-ibadah yang ditentukan waktunya tdklah sah dilakukan setelah lewat waktunya, sbgmn juga tdk sah ketika dilakukan sebelum waktunya."
Oleh karena itu Asy Syaikh Utsaimn sampai berkata :
و بناء على ذلك يتبين ان الصواب ان من ترك فريضة حتى خرج وقتها متعمدا بدون عذر فإنه لا صلاة له ولو صلى الف مرة. ولكن ليس عليه الا ان يتوب ويستغفر ويخلص لله في توبته
" Dan berdasarkan (alasan) tersebut, menjadi jelaslah bahwa yang benar adalah bahwa barangsiapa yg meninggalkan sholat wajib sampai keluar waktunya dengan sengaja tanpa ada udzur, sesungguhnya tidak ada sholat baginya sekalipun dia sholat 1000 kali. Namun tidak ada kewajiban baginya kecuali bertobat, beristighfar dan mengikhlaskan untuk Alloh dalam tobatnya."
Ustadz enggar