"Teman dan sahabat"
Persahabatan, pertemanan dan persaudaraan dalam Islam, memiliki "tujuan penting".
Yaitu teman dapat menolong saudaranya dalam kebaikan dan ketaqwaan. Menjaga dari ketergelinciran dan kesesatan serta dosa-dosa.
Maka berteman dan pilihlah yang bertakwa kepada Allah ta'ala, mentauhidkanNya, karena mereka adalah "bekal" di dunia dan akhirat.
Janganlah menyesal di kemudian hari, karena "salah" dalam memilih teman.
فَمَا لَنَا مِن شَـٰفِعِینَ ١٠٠ وَلَا صَدِیقٍ حَمِیمࣲ ١٠١ فَلَوۡ أَنَّ لَنَا كَرَّةࣰ فَنَكُونَ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِینَ ١٠٢
(Asy Syura: 100-102)
"Maka (sekarang) kita tidak mempunyai seorang pun pemberi syafaat (penolong),
"Dan tidak pula mempunyai teman yang akrab."
Maka seandainya kita dapat kembali (ke dunia) niscaya kita menjadi orang-orang yang beriman.”
Dan firmanNya :
{ یَـٰوَیۡلَتَىٰ لَیۡتَنِی لَمۡ أَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِیلࣰا }
{ لَّقَدۡ أَضَلَّنِی عَنِ ٱلذِّكۡرِ بَعۡدَ إِذۡ جَاۤءَنِیۗ وَكَانَ ٱلشَّیۡطَـٰنُ لِلۡإِنسَـٰنِ خَذُولࣰا }
[Surat Al-Furqan: 28-29]
"Wahai celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku)"
"Sungguh, dia telah menyesatkan aku dari peringatan (Al-Qur`ān) ketika (Al-Qur`ān) itu telah datang kepadaku. Dan setan memang pengkhianat manusia."
***
Teman sangat banyak di saat kita"sejahtera", "Makmur dan Kaya", "Senang dan Bahagia"
Akan tetapi saat kita "tertimpa musibah", sedikit sekali teman kita.
Oleh karena itu janganlah engkau tertipu dengan "persahabatan" temanmu
Karena, di saat tertimpa musibah engkau tidak punya teman
Setiap teman akan berkata "Aku Setia"
Namun dia tidak mewujudkan ucapannya
Kecuali teman yang memiliki kehormatan dan menjalankan "agama"
Dia akan mewujudkan ucapannya
قال حسان بن ثابت رضي الله عنه :
أَخِلّاءُ الرَخاءِ هُمُ كَثيرٌ
وَلَكِن في البَلاءِ هُمُ قَليلُ
فَلا يَغرُركَ خُلَّةُ مَن تُؤاخي
فَما لَكَ عِندَ نائِبَةٍ خَليلُ
وَكُلُّ أَخٍ يَقولُ أَنا وَفِيٌّ
وَلَكِن لَيسَ يَفعَلُ ما يَقولُ
سِوى خِلٍّ لَهُ حَسَبٌ وَدينٌ
فَذاكَ لِما يَقولُ هُوَ الفَعولُ
***
Tidak semua manusia pantas dan sesuai untuk dijadikan teman dan sahabat.
Teman dan sahabat yang melakukan pertemanan dan persahabatan dalam kemaksiatan kepada Allah ta'ala, kekufuran.Kecintaan dan kasih sayang mereka di dunia untuk selainNya, bukan karenaNya.
Maka pertemanan dan persahabatan mereka "tidak kekal".
Allah ta'ala berfirman,
{ ٱلۡأَخِلَّاۤءُ یَوۡمَىِٕذِۭ بَعۡضُهُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ إِلَّا ٱلۡمُتَّقِینَ }
[Surat Az-Zukhruf: 67]
"Teman-teman karib pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa."
Oleh karena itu Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
"Jangan bersahabat kecuali seorang mukmin, dan jangan memakan makananmu kecuali orang bertakwa"
"لاَ تُصَاحِبْ إِلاَّ مُؤْمِنًا ، وَلاَ يَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلاَّ تقيٌّ."
الراوي : أبو سعيد الخدري | المحدث : الألباني | المصدر : صحيح أبي داود
الصفحة أو الرقم: 4832 | خلاصة حكم المحدث : حسن
https://dorar.net/hadith/sharh/29471
Nabi shallallahu alaihi wasallam memerintahkan agar tidak mengambil sahabat kecuali orang beriman, mengapa?
Karena orang beriman akan memberi petunjuk teman dan sahabatnya kepada keimanan, petunjuk dan kebaikan. Penolongnya dalam ketakwaan.
Adapun yang tidak beriman akan membahayakan agamanya.
Demikian pula makanan, jangan memakan makananmu kecuali orang bertakwa, karena orang bertakwa akan semakin kuat beribadah jika memakan makananmu.
Adapun orang fasik, bukan orang bertakwa sebaliknya. Dan "memberi makan" itu akan menimbulkan cinta dan kelembutan, maka hendaknya hal ini dilakukan atau diberikan kepada orang beriman.
***
Di antara ciri-ciri dan tanda hal yang ada pada orang-orang beriman adalah, mereka melakukan persahabatan adalah "fillah" dan "lillah" di jalan Allah dan karenaNya.
أنَّ رَجُلًا زارَ أخًا له في قَرْيَةٍ أُخْرَى، فأرْصَدَ اللَّهُ له علَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا، فَلَمَّا أتَى عليه، قالَ: أيْنَ تُرِيدُ؟ قالَ: أُرِيدُ أخًا لي في هذِه القَرْيَةِ، قالَ: هلْ لكَ عليه مِن نِعْمَةٍ تَرُبُّها؟ قالَ: لا، غيرَ أنِّي أحْبَبْتُهُ في اللهِ عزَّ وجلَّ، قالَ: فإنِّي رَسولُ اللهِ إلَيْكَ بأنَّ اللَّهَ قدْ أحَبَّكَ كما أحْبَبْتَهُ فِيهِ.
الراوي : أبو هريرة.
المصدر : صحيح مسلم 2567
https://dorar.net/hadith/sharh/152108
Dalam hadits ini, seseorang mengunjungi saudaranya (sahabat se-iman), di suatu desa lain, lalu Allah ta'ala mengutus malaikat untuk mengikutinya.
Saat orang itu bertemu dengan malaikat, maka dia menanyainya: "Kamu mau kemana?"
"Aku ingin menemui saudaraku (se-iman, se-agama) di desa ini." jawabnya.
Malaikat bertanya kembali padanya: "Apakah seorang yang akan kau kunjungi ini memiliki kenikmatan dunia yang engkau akan menyerahkannya padanya?"
"Tidak, aku mengunjunginya karena aku mencintainya karena Allah ta'ala,(Aku mengunjunginya bukan untuk tujuan dunia") jawab orang itu.
Malaikat berkata: "Sesungguhnya aku malaikat, utusan Allah padamu, memberitahukan bahwa Allah ta'ala mencintaimu."
Mengunjungi "orang-orang shalih" memiliki keutamaan dalam Islam.
Demikian pula cinta karena Allah ta'ala, dan mengunjungi teman dengan niat "lillah, ikhlas karenaNya" adalah di antara amal yang paling utama.
Dan kita semua berteman dan bersaudara karena Allah ta'ala, di jalan Allah ta'ala, sekalipun kita belum pernah bertemu.
Saya mengatakan:
أُحِبُّكُمْ فِي اللّهِ
"Aku mencintai kalian karena Allah ta'ala".
https://makalahku.wordpress.com/2023/01/02/teman-dan-sahabat/
***
@hsn