Di antara perkataan para ulama' Hijaz di zaman dahulu adalah
نزلوا أحاديث أهل العراق منزلة أحاديث أهل الكتاب، لا تصدقوهم ولا تكذبوهم
"Sikapilah hadits Ahli 'Iraq dengan status seperti hadits Ahli Kitab. Jangan membenarkan hadits tersebut dan jangan pula mengingkarinya."
Ini karena pada saat itu para ulama' Hijaz meyakini bahwa pengetahuan Ahli Hijaz terhadap hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sudah lengkap, dan pengetahuan orang-orang dari daerah lain tidak selengkap mereka atau bahkan tidak dapat dipercaya, kecuali jika salah satu dari perawinya adalah dari Hijaz.
Pemikiran ini mendominasi sampai tiba al-Imam asy-Syafi'iy dengan perkataan beliau yang masyhur kepada Imam Ahmad rahimahumallah
يا أبا عبد الله إذا صح عندكم الحديث فأعلمني به أذهب إليه، حجازيا كان أو شاميا أو عراقيا أو يمنيا
"Wahai Abu 'Abdillah, jika ada hadits yang shahih menurutmu, beritahulah aku agar aku bisa berpendapat sesuai dengannya, baik itu hadits dari Hijaz, atau Syam, atau 'Iraq, atau Yaman."
Demikianlah keberanian ilmiah yang Allah berikan taufiq dari-Nya kepada al-Imam asy-Syafi'iy rahimahullah, yang memiliki laqab Nashirus-Sunnah (Penolong/Pembela Sunnah). Ketika beliau meyakini kesalahan pendapat yang mendominasi di kalangan para ulama' di daerahnya (atau madzhabnya), maka beliau pun berani menyuarakan pendapat lain yang beliau nilai benar tersebut secara ilmiah.
Ustadz Dr andy oktavian latief