WASPADALAH TERHADAP DA'I YANG NAMPAKNYA MENGAJARKAN KITAB-KITAB AQIDAH SALAFIYYAH NAMUN OBRAL VONIS TAKFIR & IRJA'
Syaikh Abu Abdil A'la Khalid bin Muhammad al-Mishri (Murid Syaikh Hasan bin Abdul Wahhab al-Banna as-Salafi), beliau berkata dalam syarahnya terhadap risalah AL-KAWASYIF AL-JALIYYAH LIL FURUQ BAINA AS-SALAFIYYAH WA AD-DA'AWAAT AL-HIZBIYYAH karya Syaikh Muhammad Ramzan al-Hajiri:
"Adapun kelompok ketiga, mereka menampakkan intisab kepada aqidah salaf secara ilmu namun tidak secara amal, mereka enggan menampakkan sikap bara' kepada kelompok-kelompok sesat, bahkan tidak mempermasalah sikap wala' dan tawaddud kepada kelompok-kelompok sempalan, terlebih jika itu bisa mewujudkan kepentingan politiknya atau mewujudkan persatuan lintas manhaj yang semu. Bahkan, mereka tidak segan untuk menolak sikap membela aqidah salaf dan memusuhinya serta menjulukinya dengan julukan-julukan yang buruk, seperti tuduhan pembakar api fitnah atau pemecah belah ummat.
Kelompok ketiga ini hakikatnya ingin mewujudkan satu tujuan yaitu tujuan politik berupa menyerang penguasa dan berusaha melengserkannya"
(Al-Kawasyif Al-Jaliyyah, halaman 68)
Beliau juga berkata di halaman-halaman berikutnya:
"Dari kelompok ketiga ini muncul model baru yang lahir dari rahim yang sama, yaitu terang-terangan menampakkan aqidah salaf dalam bab sifat-sifat Allah dan juga mau membantah syubhat-syubhat kelompok sesat, serta gemar mengajak manusia untuk mempelajari aqidah salaf, bahkan mereka juga mengajak manusia untuk bara' terhadap dai-dai bermasalah. Namun, di satu sisi mereka berjalan di atas paham khawarij berupa sikap ghuluw dalam vonis takfir bahkan mereka menggiring orang-orang awwam untuk merendahkan pemerintah. Kelompok yang baru ini lebih samar dan berbahaya bagi pemerintah dan masyarakat. Manusia akan lari menjauh dari aqidah salaf karena sebab paham pemberontakan yang diusung oleh dai-dai ini, masyarakat enggan mempelajari aqidah yang benar dari kitab-kitab ulama salafi karena takut akan digiring kepada sikap keras yang menjurus kepada pemberontakan terhadap penguasa. Mereka mengangggap sama antara ulama salafi sejati dengan dai-dai pengusung revolusi tersebut, dan beranggapan bahwa kitab-kitab aqidah salaf berisikan paham yang membahayakan. Dengan sebab itu manusia lari dari masjid-masjid yang diajarkan ilmu yang bermanfaat di dalamnya, karena telah tercampur antara majelis dai pemberontak dengan majelis ulama salafi. Terlebih banyak bermunculan dai yang mengaku bermanhaj salaf yang membuka majelis-majelis ilmu namun di sisi lain dai-dai revolusi tersebut berusaha menggoncang singgasana penguasa dengan membawa-bawa nama ulama salafiyyin namun sebenarnya tujuan mereka adalah kepentingan dunia semata."
(Al-Kawasyif Al-Jaliyyah, halaman 73-74)
Ustadz amir al kadiry