Syeikh Ali bin Hasan Al Halabi Al Atsari rahimahullahu ta'ala menyatakan :
"Ketahuilah bahwa bab *mengkafirkan* dan *tidak mengkafirkan* adalah perkara yang fitnah di dalamnya teramat sangat besar.
Keliru dalam mengkafirkan itu fitnah, sebagaimana keliru dalam sikap tidak mengkafirkan itu juga fitnah.
Namun fitnah yang lebih sedikit adalah seperti yang ditetapkan oleh Ibnul Wazir Al Yamani di dalam kitab Itsarul Haq 'Alal Khalq beliau berkata :
*Keliru dalam sikap tidak mengkafirkan itu lebih ringan dari pada keliru dalam mengkafirkan.*
Karena termasuk prinsip kaidah syariat adalah ; Keliru dalam memaafkan itu lebih ringan dari pada keliru dalam menghukum.
Engkau keliru dalam memaafkan orang itu yang lebih ringan, ataukah engkau keliru dalam membunuhnya ? Atau mengkafirkannya dan menghukuminya dengan kemurtadan?
Tidak ada keraguan sama sekali bahwa sikap pertama itu yang lebih utama."
(Syarah At Tabshir Biqawa'id At Takfir bag. 1).
Imam Al Qurtubi rahimahullah juga menjelaskan :
باب التكفير باب خطير ، أقدم عليه كثير من الناس فسقطوا ، وتوقف فيه الفحول فسلموا ، ولا نعدل بالسلامة شيئًا .
"Bab pengkafiran adalah bab yang sangat berbahaya. Banyak manusia berani menceburkan diri ke dalamnya sehingga mereka celaka.
Dan para ulama yang pilih tanding keilmuannya, mereka menahan diri dari nya sehingga mereka selamat. Dan kita tidak bisa menimbang nikmat keselamatan itu dengan apapun juga."
(Al Mufhim Syarah Mukhatashar Muslim : 3/111).
Imam Asy Syafi'i rahimahullahu ta'ala menyatakan :
لأن أتكلم في علم يقال لي فيه أخطأت أحب إلي من أتكلم في علم يقال لي فيه كفرت
"Aku berbicara dalam suatu permasalahan ilmu kemudian dikatakan kepadaku ; Engkau telah salah !
Itu lebih aku sukai, dari pada aku berbicara dalam suatu permasalahan ilmu kemudian dikatakan kepadaku ; Engkau telah mengkafirkan."
(Minhaju Ahlil Haq Wal Ittiba' Fi Mukhalafatil Ahlil Jahli Wal Ibtida' : 11 oleh Syeikh Sulaiman bin Sahman tahqiq oleh Syeikh Abdussalam Barjas).
✍🏻abul aswad.