Kamis, 19 Januari 2023

CATATAN HARI KEDUA (Selesai)Diantara faedah-faedah ilmiah yang tercatat :

CATATAN HARI KEDUA (Selesai)

Diantara faedah-faedah ilmiah yang tercatat :

1. Menghajr (memboikot) pernah dilakukan Nabi Shallallahu 'alayhi wa sallam kepada Ka'ab bin Malik dan dua orang sahabat yang lainnya Radhiyallahu 'anhum, ketika tiada udzur untuk tidak ikut berjihad. Hingga turun ayat yang menerima taubat mereka.

2. Menanggapi atau membantah perbedaan termasuk fardhu kifayah, jika sudah ada ahli ilmu yang membantah untuk tujuan kemaslahatan syari'at, maka itu sudah mencukupi dengan mengingatkan umat atas perselisihan tersebut.

3. Ulama Ahlus Sunnah adalah orang-orang yang selamat Aqidah, dan kesungguhan mereka di dalam membela Sunnah Nabi Shallallahu 'alayhi wa sallam. Coba kita renungkan, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengampuni orang-orang yang terjatuh dalam keharaman, seperti minum khamr dan lainnya. Adapun kesalahan ulama itu biasa, karena mereka bukan ma'shum dan mereka telah berijtihad. Ulama Ahlus Sunnah berhak mendapatkan pahala atas kebaikan-kebaikan mereka, adapun ijtihad mereka yang salah, semoga Allah mengampuni mereka. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا...

Ya Rabb (Tuhan) kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah....

(QS. Al-Baqarah: 286)

4. Dua sikap yang harus diperhatikan di dalam menyikapi kesalahan ulama :
a. Bersikap adil dengan kebenaran
b. Menjaga kedudukan ulama.

5. Ahlul bid'ah adalah orang-orang yang menyelisihi aqidah Ahlus Sunnah dan manhaj (metode) nya pendalilan, pengajaran, pembelajaran dan dakwah mengajak kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena mereka mengikuti hawa.

6. Memberikan nasehat dengan cara yang lembut merupakan cara yang sangat cocok di zaman ini, dimana sekarang terdapat banyak fitnah, mengikuti hawa dan menyebarnya kejahilan.

7. Ingatlah pesan Nabi kepada Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma:

وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ
"Ketahuilah apabila semua umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak bisa memberikan manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan seandainya mereka pun berkumpul untuk menimpakan bahaya kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak dapat membahayakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena-pena (pencatat takdir) telah diangkat dan lembaran-lembaran (catatan takdir) telah kering."

(HR. Imam At-Tirmidzi)

8. Wahai yang berdakwah di jalan Allah, jagalah keikhlasan. Nanti semua akan ditampakkan di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala,

يَوْمَ تُبْلَى السَّرَائِرُ

"Pada hari ditampakkan segala rahasia."

(QS. Ath-Thariq: 9)

Di dalam sebuah hadits,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ   قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يَقُوْلُ : إِنَّ اَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيْكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ ِلأَنْ يُقَالَ جَرِيْءٌ, فَقَدْ قِيْلَ ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ, وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ اْلقُرْآنَ فَأُُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيْكَ اْلقُرْآنَ, قَالَ:كَذَبْتَ, وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ: عَالِمٌ وَقَرَأْتَ اْلقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِىءٌ ، فَقَدْ قِيْلَ ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ, وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ وَاَعْطَاهُ مِنْ اَصْْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: مَاتَرَكْتُ مِنْ سَبِيْلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيْهَا إِلاَّ أَنْفَقْتُ فِيْهَا لَكَ, قَالَ: كَذَبْتَ ، وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيْلَ, ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ. (رواه مسلم )

Dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : ‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab : ‘Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al Qur`an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta aku membaca al Qur`an hanyalah karena engkau.’ Allah berkata : ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca al Qur`an supaya dikatakan (sebagai) seorang qari’ (pembaca al Qur`an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya : ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.’”

(HR. Imam Muslim)

9. Sabar dan yakin adalah dua faktor yang akan menjadikan seseorang Imam (pemimpin) di dalam agama. Yakin adalah kekokohan ilmu yang dibangun di atas dalil yang shahih. Sabar merupakan sikap yang mengantarkan seorang thalibul 'ilmi menyibukkan diri dengan belajar dan mengamalkannya di sebagian siang dan sebagian malam.

10. Ketahuilah menghukumi kafir, bid'ah dan fasiq adalah haq Allah Subhanahu wa Ta'ala. Adapun kita hanya sekedar memperingatkan agar jangan sampai umat terperosok kepada kekafiran, kebid'ahan dan kefasiqan.

Yang mengkafirkan biasanya mereka dari kelompok khawarij, mu'tazilah dan rafidhoh. Sementara Ahlus Sunnah mengikuti kebenaran dari Rabbul'alamin dan apa-apa yang datang dari Nabi Shallallahu 'alayhi wa sallam. Sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah: "Ahlus Sunnah adalah orang yang paling mengetahui kebenaran dan paling kasih sayang dengan makhluk."

11. Jangan menghajr (boikot) saudara kita dengan hajr yang tidak sesuai dengan syari'at, begitu juga dengan tahdzir (memberi peringatan waspada). Sebagaimana kemarin telah disebutkan tujuan disyari'atkannya hajr dan tahdzir adalah terwujudnya kemaslahatan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh ulama kita terdahulu. 

12. Kedudukan imam (pemimpin) itu ada tiga :

a. Pemimpin kebaikan, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ

"Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami."

b. Pemimpin kebid'ahan, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

قُلْ مَنْ كَانَ فِي الضَّلالَةِ فَلْيَمْدُدْ لَهُ الرَّحْمَنُ مَدًّا

Katakanlah, "Barang siapa yang berada di dalam kesesatan, maka biarlah Rabb (Tuhan) Yang Maha Pemurah memperpanjang tempo baginya.."

(QS. Maryam : 75)

c. Pemimpin yang mengajak ke neraka, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ...

"Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka..."

(QS. Al-Qashah : 41)

Maka pilihlah, untuk menjadi pemimpin yang mana diri kita di masa yang akan datang?!

(Alhamdulillah....selesai dauroh du'at yang dihadiri oleh 355 peserta yang kami lihat dari lis daftar kehadiran yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala melimphkan pahala tiada terhingga kepada Syeikh Prof.Dr. Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaily hafizhahullahu Ta'ala, para da'i dan seluruh panitia pelaksana...Aamiin)

Pekanbaru, 26 Jumadal Akhirah 1444 H / 19 Januari 2023 M

diketik oleh : rahmat silaturahim
(Catatan ini tidak lengkap dan beberapa catatan  disesuaikan oleh penulis, semoga yang sedikit inj bisa bermanfaat, dan amanah bagi kami telah menyampaikan, meskipun hanya melalui tulisan)